Experience in educating // Pengalaman dalam mendidik

in #esteem6 years ago (edited)




Berikut kisah nya

Here's the story

Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya. Dengan besar hati Dia memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah. Di bawah lukisan dia menulis : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah ".

An elementary student admired the painting he had just made. He considered that it was his best work. With great heart he put his painting in a public window at his school. He hopes for an assessment of his paintings from schoolmates. Under the painting he wrote: "Whoever finds fault with this painting, please give a sign using red ink".

Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi .

In the afternoon he found his best painting was full of red scribbles. So many scribbles that the original paintings are no longer recognized.

Merasa gagal menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal ini pada saya sebagai guru nya. Saya menasehati menasihati : " Besok kamu taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah. Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini : " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ." Dan dia pun melaksanakan nasihat saya

riginal paintings are no longer recognized.

Feeling unable to showcase his best work, he complained about this to me as his teacher. I advise advising: "Tomorrow you put your best painting in the school window again. Write it under your painting this sentence:" Whoever finds fault with this painting, please use a brush that is available to repair. "And he also carried out his teacher's advice.

Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.

From a distance he watched, no one dared to get close to the painting. Even until late in the afternoon, no one of his schoolmates tried to improve the painting

Dia pun kembali kepada saya. Saya menjelaskan menjelaskan : " Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak sekali. Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang/langka. Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satu pun yang datang dengan solusi ".

He returned to me. I explained explaining: "People who are able to find and find fault / disgrace are numerous. But people who are able to repair and do something to cover it are very rare. That's how we are today. Very many are proficient in criticizing and criticizing, but not one who came up with a solution ".
Semoga Menginspirasi ini kisah nyata dari saya.
Hopefully Inspire this true story from me
Sort:  

Adun @good-darma keren. Do sino bereh. Di weku juga boleh. Ne tulong vote lon sige2 adun "sastra" nama akun lon di weku.
Hehe
Nyak bereh lage dro neh bacut adun.

Posted using Partiko Android