kalau Jodoh Gak Bakalan Kemana #Part 4

in #fiction6 years ago (edited)

Malam ini malam minggu, malam dimana semua remaja menghabiskan malam panjang bersama pasangan masing masing. Tidak terkecuali “Rinai”, Gadis manis itu mungkin saja sedang menikmati malam bersama pacarnya. Ah terserah, toh dia adalah pasangan orang yang kebetulan saja ku kagumi.


Malam ini suasana di jalan raya tanpak ramai, Mobil, sepeda motor lalu lalang padat tanpa ada sedikit jarang untuk pejalan kaki melintas. Dari atas lantai dua rumah aku duduk seorang diri sambil menikmati kopi buatan ibu, sambil bermain ponsel yang tersambung ke cas. Maklum, Hp jadul. Yang kalo tidak di charger gak ada kehidupan kata kawan-kawan. Sinar rembulan bersinar terang, angin berhembus damai sesekali. Tiba-tiba pesan dari seorang teman masuk. Mengajak ku keluar menikmati segelas kopi. Sebenarnya aku sedang malas keluar, apalagi di malam mingguan begini. Tentu kurang mengasyikkan. Karena aku bukan tipe penyuka keramaian. Tapi karena ini ajakan seorang teman. Kalaupun aku menolak dan berkata tidak. Ia akan tetap saja menghampiri ku kerumah.

Kami pun berangkat menikmati malam minggu, “Ek Pammm” (Ungkapan Kurang Suka) terbesit di pikirku. Kami pun singgah di salah satu kedai kopi. Kata kawan ku ini adalah kedai kopi yang paling enak. Cocok dengan mu. Segelas Sanger arabika yang menjadi minuman terbaikku sejak lama ku pesan. Jengkelnya adalah hanya aku seorang yang minum kopi. Kawan – memesan minuman yang serba pakek es. Memang hal ini sudah menjadi kebiasaan kebanyakan orang. Ketika awal nya mengajak untuk ngopi, toh ternyata setelah tiba yang di minum bukan kopi, tetapi minuman khas cewek-cewek lucu jaman ini.

Mereka pun sibuk bermain game, Katanya game PUBG tapi kata ku game PUB M, PUP = Pap dan M = Ma (Mother Fuck Game) Terlihat anarkis jika aku memilih kata itu. Tetapi sadar atau tidak ada sesuatu yang terkorbankan karena game, Salah satunya teman, Diskusi, dan lain yang biasa kita obrolkan saat minum kopi. Tetapi itu adalah kesenangan yang harus saya hormati. Karena setiap kita adalah pribadi merdeka. Kita bebas bertindak tanpa perlu arahan untuk bertindak, kita bebas bergerak tanpa harus menunggu titah untuk bergerak.


Sambil memainkan jari dengan berbagai diksi aku teringat akan pesan panjang tempo hari yang dia kirimkan. Terbesit di hatiku untuk mengirimkan ia balasan agar menjadi jawaban tegas.

“ Selamat malam atas sekecil harapan yang pernah kau beri.

Bukan maksudku untuk pergi, bukan juga ingin menghilang sesudah pertemuan yang berlangsung kemarin pagi.
Aku hanya lah menjadi aku yang tidak ingin hadir sebagai pengganggu.
Yang tidak ingin bertamu saat tuan rumah sedang mesra di pangkuan empuk itu.
Jika engkau mengibaratkan ku sebagai cahaya baru, maka cahaya ku akan ku redupkan jika hanya akan menjadi cahaya pendambing atas cahaya lama mu yang gemerlap.
Semoga engkau selalu dalam keadaan sehat.”
Jingga.

 

Dengan rasa penuh kaku terpaksa balasan itu kukirimkan. Semoga menjadi jawaban baik atas pesan penantian nya tempo hari.

“Bilang apa bang, Gak ada cahaya apa-apa disini” Rinai Via Pesan WhatsApp

Aku tertawa riang dalam hati. Balasan itu mengisyaratkan bahwa ia lagi sendiri. Keramaian malam ini tampak lebih nyata. Seperti aku sedang berperang dan aku adalah panglima perangnya. Malam ini kau merasa bahwa pepatah “kalau jodoh gak akan kemana” itu benar adanya. Apa memang harap ku yang terlalu besar, atau memang kami adalah jodoh yang benar benar tuhan kirimkan.


Chattingan pun berlanjut. Rinai mengajak ku ngopi bareng esok hari, di salah satu kafe pamannya, kebetulan kafe tersebut akan opening besok. Karena aku pu n sedang tidak ada kegiatan. Maka ajakan itu ku iyakan dengan penuh gembira.


Posted from my blog with SteemPress : https://samsolrizal.000webhostapp.com/2018/08/kalau-jodoh-gak-bakalan-kemana-part-4