SALAH satu berita yang kerap muncul di media, namun selalu membuat hati miris dan menyiksa adalah tentang kasus pelecehan seksual seorang ayah kandung atau ayah tiri terhadap putrinya. Sejatinya, laki-laki yang dipanggil ayah adalah sosok yang melindungi, mengayomi dan mengasihi sepenuh hati.
Karena itu, tak ada ruang dalam akal sehat setiap manusia normal, yang bisa membaca berita seperti ini secara logis. Yang terbayang justru betapa beringas dan kejamnya sikap seorang pelaku, yang tega melakukan pelecehan terhadap korban yang dipanggilnya anak.
Lebih lagi jika itu berkaitan dengan darah dagingnya sendiri. Tentu saja, perilaku ini lebih kejam dari semua perilaku yang paling kejam.
Apapun alasan yang diungkap pelaku, pada dasarnya tetap tidak bisa diterima. Karena ada pelau yang mencoba mencari justifikasi tentang betapa berat dia memendam hasratnya, setelah istrinya meninggal, atau setelah keluargnya berantakan hingga harus menceraikan istrinya.
Meski demikian, anaknya tetap anaknya. Tak bisa difungsikan untuk mememuaskan hasrat biologisnya.
Yang lebih menyesakkan adalah jika hal ini terjadi pula di bulan suci Ramadan. Pelakunya pun muslim dan berlangsung di tengah masyarakat yang katanya senantiasa hidup dalam norma-norma keagamaan yang kental.
Kasus yang paling menyedihkan adalah yang terjadi di Semarang bulan lalu. Seorang ayah tega memerkosa anaknya yang masih kecil dan baru berusia delapan tahun hingga korban meninggal dunia.
Congratulations @zainalbakri! You have completed the following achievement on the Hive blockchain and have been rewarded with new badge(s):
You can view your badges on your board and compare yourself to others in the Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOPCheck out the last post from @hivebuzz:
Support the HiveBuzz project. Vote for our proposal!