Technological Progress and Loss of Unique Traditions in Our Village

in OCD4 years ago (edited)

IMG_20200529_144809.jpg


As far as the eye can see, the green expanse of rice fields here is so tempting. Grains of rice plants already contained, more or less a harvest will soon arrive. This is my hometown, everything still looks the same, nothing has changed. Here the rice planting season is carried out three times a year.


IMG_20200529_144745.jpg


In a beuleuko, where young people in my village gather, I stared at the green rice fields. Something was bothering my mind because, during the week I was here, during the Eid celebration, I did not hear the booming sound of the bamboo cannon which had become a tradition in our village during the month of Ramadan and Eid al-Fitr.


IMG_20200529_144736.jpg


Neither do I see small children who are usually in groups, or convoying in pickup trucks, each carrying a toy gun, playing war with one another, like separatist gangs fighting with government troops.


IMG_20200529_115854.jpg


I asked a friend, why there is no longer the sound of bamboo cannons, or children no longer playing war with their fellow friends. "You see in the corner, they don't care about tradition anymore, like we did before," Brahim explained to me, "because they have been preoccupied with gadgets or smartphones, they are 'drowning' with war games in cyberspace."


IMG_20200529_114712.jpg


And sure enough, I saw in a coffee shop not far from us sitting, many children whose eyes did not move from the front of the smartphone screen, they were busy playing games. They have forgotten the old tradition that has been passed down for generations in our village. Advances in technology have changed the generation of young people in our village. Technological advances have 'submerged' the unique tradition that has long been in force in our village.

Njong Village, May 30, 2020.


Bahasa Indonesia

IMG_20200529_144809.jpg


Sejauh mata memandang, hamparan hijau sawah di sini begitu menggoda. Bulir-bulir tanaman padi sudah berisi, kurang lebih sebulan lagi panen akan segera tiba. Beginilah kampung halamanku, semua masih tampak sama, tidak ada yang berubah. Di sini musim tanam padi dilakukan tiga kali dalam setahun.


IMG_20200529_144745.jpg


Di sebuah beuleuko, tempat anak-anak muda di kampungku berkumpul, aku menatap ke arah sawah yang hijau itu. Ada yang mengusik pikiranku, karena selama sepekan aku di sini, pada perayaan idul fitri, aku sama sekali tidak mendengar dentuman suara meriam bambu yang sudah menjadi tradisi di desa kami selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.


IMG_20200529_144736.jpg


Aku juga tidak melihat anak-anak kecil yang biasanya bergerombol, atau berkonvoi naik mobil pick up, masing-masing mereka menenteng senjata mainan, mereka main perang-perangan satu sama lain, layaknya gerombolan separatis bersenjata yang berperang dengan tentara pemerintah.


IMG_20200529_115854.jpg


Aku bertanya kepada seorang teman, kenapa di sini tidak ada lagi suara meriam bambu, atau anak-anak tidak lagi main perang-perangan dengan sesama teman mereka. "Kau lihat di pojok sana, mereka tidak peduli lagi dengan tradisi, seperti yang kita lakukan dulu," Brahim menjelaskan padaku, "karena mereka sudah disibukkan dengan gawai atau ponsel, mereka 'tenggelam' dengan game-game perang di dunia maya."


IMG_20200529_114712.jpg


Dan benar saja, aku melihat di sebuah kedai kopi tidak jauh dari kami duduk, banyak anak-anak yang mata mereka tidak lepas dari layar gawai, mereka sedang asyik memainkan game. Mereka sudah lupa dengan tradisi lama yang sudah berlaku turun-temurun di desa kami. Kemajuan teknologi sudah mengubah generasi anak-anak muda desa kami. Kemajuan teknologi sudah 'menenggelamkan' tradisi unik yang sudah lama berlaku di desa kami.

Desa Njong, 30 Mei 2020.

Regards
@akukamaruzzaman

Sort:  

Shared on Twitter

Pemandangan sawah yang sangat memanjakan mata kita heehhe mantapp. 😆😊

Hallo admin @puncakbukit, saya minta kepada anda untuk tidak memasukkan bots voter bukit anda di postingan saya, karena saya tidak butuh vote dari @puncakbukit, @bukitcantik, @bukitsejuk, @bukitcerah, dan anda beserta bots bukit anda tidak usah resteemed postingan saya. Saya sudah menyadari siapa anda, dan cukup kawan saya saja @dilimunanzar yang punya keluhan tentang anda. Terimakasih atas perhatiannya.

Sekali lagi saya minta kepada admin @puncakbukit, tolong hentikan aksi anda nge-spam di postingan saya. Saya merasa sangat terganggu dengan bots voter "spam" dan resteem bertubi-tubi bots anda. Saya serius, sebelum saya laporkan ke @hivewatchers.

Hard work. Congrats !