Semalam di Cianjur Bersama Seniman Korban Gempa

in #indonesialast year (edited)

Senin, 28 November 2022, kami berempat -- saya, Zaim Rofiqi, Willy Ana dan Mahwi Airtawar -- mengunjungi teman-teman penulis di Cianjur, Jawa Barat. Sebetulnya ada sejumlah teman lain hendak turut serta ke sana, tapi mereka bentrok dengan jadwal lain maka kamilah yang bisa ke sana.

Saya tak begitu fit, karena sehari sebelumnya seharian demam, flu, radang, dan sakit gigi. Tapi pagi itu -- meski baru tidur sekitar 3 jam -- saya merasa sangat sehat untuk jalan. Zaim dan Mahwi juga baru tidur beberapa jam karena ada pekerjaan yang mereka selesaikan. Willy Ana tampak cerah pagi itu.

Saya bertemu Zaim dan Willy Ana di sebuah titik di jalan raya Sawangan. Sementara Mahwi, sempat saya jemput di kedai Adakopi, di Jalan Terusan Haji Nawi Malik, Serua -- sekitar 2 km dari Unpam -- tapi rupanya masih berada di sebuah tempat di Pondok Cabe untuk menyelesaikan editing buku seorang penulis. Setelah mengantar anak ke sekolah, saya bergerak bertemu Zaim dan Willy, sambil terus menelpon Mahwi yang belum terkontak.

Baru sekitar pukul 11.30 kami kami bertemu lengkap. Kami menunggu Mahwi di depan sebuah restoran cepat saji di kawasan Bojongsari, Depok. Dari sana, kami bergerak ke arah Bogor lewat Parung, lalu masuk tol keluar di sentul. Setelah mengisi perut di sebuah warung Sunda di sentul, habis salat dhuhur, kami bergerak ke jalan tol Jagorawi untuk meneruskan perjalanan ke Puncak.

Hari mulai mendung dan gelap. Setelah sempat berhenti sebentar selepas pintu tol Ciawi, cuaca makin gelap. Baru beberapa puluh meter kami jalan, hujan turun. "Kita santai saja ya," kata saya. Teman-teman mengangguk. Sambil jalan, kami ngobrol sambil guyonan tentang berbagi hal, mulai dari aktivitas kami bersastra, hingga urusan-urusan personal.

Suasana yang gayeng dan santai membuat perjalanan terasa lebih cepat. Padahal di beberapa titik perjalanan tersendat karena jalanan padat, bahkan macet. Sebelumnya, seorang kawan sempat mengingatkan jika ke Cianjur sebaiknya tidak hari libur. Tapi rupanya hari kerja pun perjalanan ke sana padat, mungkin karena banyak yang hendak ke sana membawa bantuan atau menjeguk kerabat.

Deden Abdul Aziz (bermasker), berfoto bersama MI, Willy Ana, dan Zaim Rofiqi.

Di jalan kami menelpon beberapa kawan untuk janjian ketemu. Selepas ashar, kami baru tiba di sana. Kami bertemu kang Dédén Abdul Aziz, Subhan Ihsan, Faisal Syahreza, dan sejumlah teman penulis dan pegiat seni lain di Cianjur di beberapa tempat berbeda. Kang Deden kami temui di pendopo Bupati Cianjur, yang menjadi posko utama penanganan gempa. Kami tidak sempat mengobrol banyak, karena suasana begitu sibuk dan hiruk-pikuk.
Dari sana, kami bertolak bertemu dengan Faisal dan kawan-kawan di Posko Kilometer 95 Coffee -- di pusat kota Cianjur.

Rumah Faisal, yang dikenal sebagai penyair dan penulis cerita ini, sangat parah dihantam gempa. Kondisinya bisa dilihat di simak di media sosialnya. Ia cukup tegar dan aktif menjadi relawan yang menggerakkan anak-anak muda bersama sejumlah penulis dan pegiat seni lainnya untuk penyaluran bantuan.

Kami mengobol lama dan mendengar cerita aktivitas teman-teman muda di sana yang menembus tempat-tempat sulit untuk menyalurkan bantuan. Bantuan pun terus berdatangan ke posko itu. Anak-anak muda itu, laki-laki dan perempuan, sigap menyambut. Mereka bahu-membahu mengangkat bantuan itu ke dalam posko yang sehari-hari adalah ruang kreatif berkesenian.

"Teman-teman pakai motor trail ke lokasi," kata Faisal sambil menunjukan foto dan video prosesi penyaluran bantuan. Faisal dan teman-teman penulis pegiat seni di sana -- yang sebagian masih sangat muda-muda -- terus bersemangat mengelola bantuan dan donasi dari berbagai pihak. Mereka bergerak cepat.

Dari posko KM 95 Coffee, kami bergerak ke rumah penulis Subhan Ihsan di sebuah perumahan berjarak sekitar 2 kilometer dari kota Cianjur. Tiba di sana, kami disambut sebuah tenda kecil di teras rumah. "Sejumlah keluarga pada mengungsi di sini. Termasuk ibu," kata Ihsan. "Alhamdulillah rumah kami tidak apa-apa. Hanya retak-retak kecil. Memang agak jauh dari pusat gempa."

Tapi rumah orang tua dan keluarganya yang lain rusak. Salah seorang sepupunya ikut menjadi korban meninggal. Seorang adiknya, yang tinggal di Bekasi dan datang menjenguk ibunya di Cianjur, ikut terkena musibah itu. Matanya terkena pecahan kaca karena berusaha menerabas jendela demi menyelamatkan diri ketika gempa susulan terjadi. Kami merasa sedih tak terkira.

Sebetulnya ada seorang teman lagi yang kami tuju yakni cerpenis Trudonahu Ar R. Rumahnya juga rusak berat. Namun tidak berhasil kami kontak. Tadi pagi baru kang Trudonahu mengabarkan bahwa ia tepar seharian kemarin. Tapi tak apa, kami akan datang lagi nanti -- rencannya 18-20 Desember 2022. Mungkin kami akan berada di sana dua-tiga hari untuk ikut menemani teman-teman di sana.

Sebelum pulang, kami sempat pula mampir ke sebuah rumah seorang seniman, yang menjadi posko lain, tempat Faisal dan teman-teman "mengungsi". Kali ini obrolan lebih renyah dan kami semua merasa seperti sebuah keluarga. Faisal dan teman-teman itu adalah motor penggerak kegiatan seni dan literasi di KM95 Coffee, yang kerap mengadakan berbagai kegiatan dan ekspresi seni.

Tak terasa malam terus beranjak. Sebelum pukul 22 terjelang, kami pamit. Kami menembus malam menuju ke arah Jakarta. Saya, yang bertugas menjadi supir, menjalankan kendaraan dengan kecepatan santai meliuk-liuk di jalan pegunungan. Hawa dingin makin menusuk hingga tulang sumsum. Sesekali Willy Ana menyeru, "Awas, hati-hati." Zaim dan Mahwi kadang ikut menimpali.

Kami begitu bersyukur bisa bersilaturrahmi dengan kawan-kawan di sana, meski datang hanya dengan bingkisan kecil titipan teman-teman dan beberapa orang lainnya. Niat utama kami datang karena ingin menemani dan menghibur mereka yang sedang berduka dan lara. Semoga semua kembali menjadi lebih baik dan Cianjur kembali bangkit.

MI 291122


NOTE:
Bagi teman-teman yang ingin berbagi dengan korban Gempa Cianjur, silakan berdonasi di rekening di poster di bawah ini. Boleh juga mengirim Hive di akun saya ini, kasih catatan sebagai donasi Cianjur. Kami akan menyampaikan kepedulian itu lewat teman-teman seniman yang mengelola posko gempa.

Sort:  

Congratulations @musismail! You received a personal badge!

Happy Hive Birthday! You are on the Hive blockchain for 5 years!

You can view your badges on your board and compare yourself to others in the Ranking

Check out our last posts:

Christmas Challenge - Offer a gift to your friends
HiveBuzz World Cup Contest - Sponsor Feedback and Feedback Request
HiveBuzz World Cup Contest - Prizes from our sponsors
The Hive Gamification Proposal Renewal
Support the HiveBuzz project. Vote for our proposal!