HEDON. Menjadi hedon. Ini satu cita-cita yang sebetulnya susah-susah gampang. Banyak betul susahnya, terutama jika kita hidup terus menerus dalam gelimang kepapaan. Mungkin kita pernah dan lagi berulang kali berusaha agar kata miskin atawa papa tidak kekal menyertai hidup, dan kita terhindar dari himpunan orang-orang yang menyalahi takdir.
Apa lacur. Kerap usaha-usaha yang pernah kita kerjakan sama sekali tak membuahkan hasil. Untung nihil. Hingga paska kemalangan yang kesekian kalinya, kita mulai mengutuk diri, pasrah pada nasib, menyerapahi takdir, dan ujung-ujungnya emosi tak penting beranak pinak membangun koloni dalam benak.
Sampai di sini pikiran kita berubah jadi beragam kandang. Kita akan mengembik ketika menemukan halaman rumah tetangga rumput tumbuh menghijau, berkilau. Kali yang lain kita berubah jadi anjing, menggonggong, lantang, hingga pita suara minta ampun sendiri menyisakan bunyi lenguhan pendek. Umpama sapi.
Ada semacam denging yang menggema di kepala saat melihat orang-orang bercengkerama di sebuah cafe. Kita merutuki nasib sendiri sekaligus berserapah tanya dalam hati, "Bajingan. Kapan aku bisa kaya seperti mereka?"