Pengalaman kuliah: Aku dan kelas makeup

in #aceh6 years ago

image
Selasa itu, hari terakhir ujian akhir semester (UAS), dan mata kuliahnya adalah tata rias dan busana. Aku baru sadar, kalau nama mata kuliahnya tata rias dan busana, sebab yang terngiang di pikiran dari awal perkuliahan sampai menjelang UAS, adalah kelas makeup - dandan atau tata rias saja.

Sehingga ketika UAS, aku syok, betapa tidak? Sang dosen menyuruh mengonsepkan semua yang berkaitan dengan satu tokoh/karakter film yang telah dipilih. Lalu mempraktikkannya ketika hari UAS berlangsung. Demikian juga mengumpulkan laporan konsep.

Nah, baru kali ini aku bingung, caranya untuk mengonsep. Kenapa ya? ku bertanya pada diriku saat itu. Padahal, Sang dosen telah sebulan yang lalu memperingatkan. Akan tetapi beda rasanya dengan mata kuliah: penulisan naskah, penyutradaraan, sinematografi, dan editing. Kepala ku lancar saat berpikir, namun beda rasanya dengan mata kuliah makeup, kepala seakan buntu ketika berpikir.

Setiap mahasiswa berkelompok dua orang. Aku berkelompok dengan Director of Photography (DOP) di filmku yang berjudul "IJAB QABUL". Karya pada semester sebelumnya yang ku sutradarai. Kami berdua sama-sama lelaki yang tak tahu dengan alat-alat makeup itu.

Di awal-awal kuliah, setelah dua kali pertemuan teori, kita langsung dihadapkan dengan praktik, harus mendandani diri sendiri. Tergantung tema yang di tentukan oleh sang dosen seperti: make up korektif, beauty, tengkorak, gothic, wajah yang luka-luka (memar), dan lain-lain. Aku menarik napas panjang setiap berangkat kuliah untuk mengikuti kelas "boh celak" itu, (dalam bahasa Indonesia kelas tata rias/dandan).

Walaupun tidak menyenangi matakuliah itu, namun tiada daya upaya untuk menolaknya, sebab mengingat susahnya si orang tua dalam menjalankan perannya, masak si anak, malah berlarut-larut dengan ketakutan dan kekalahan. Kadang ketika itu, Aku tersadar dan bangkit lagi, ah, tak apalah, kan tinggal cat-cat aja di wajah, apa susah sih, kataku dalam hati. Setelahnya, "Geuthat geupap matakuliah", ku berkata. Brerrrrr, "Pap Wang keuh". Hih hih hih, ku tertawa lirih.

Sekarang aku menjadi tahu setelah pergolakan dengan pikiranku. Apa itu foundation, concealer, bedak, eye liner, pensil alis, eye shadow, blush on, dan lain sebangsanya yang tidak begitu teringat. Memang setelah dipahami, tata rias dan busana sangat berpengaruh dalam pembuatan film, terutama memperkuat tiga dimensi karakter si tokoh pada film.

Sampailah pada titik darah penghabisan, "ah lebay", "gak papalah sesekali" . Hehe. Akhirnya, untuk menuntaskan mata kuliah ini, Aku dan kawanku memilih karakter Charlie Chaplin untuk dipraktikkan Pada UAS semester ganjil ini. Kami sepakat dan tertarik dengan tokoh Chaplin, sebab ia salah satu figur berpengaruh dalam sejarah industri film, khususnya pada era film bisu. Chaplin bukan hanya aktor, ia juga pembuat film dan komposer. Bahkan sebagian besar karyanya ia sutradarai, menuliskan naskahnya, hingga proses editing film ia kerjakan.

Nilai pun telah keluar, untuk standar lelaki yang baru dalam dunia dandan mendandani, aku dan kawanku merasa bersyukur dengan hasil penilaian itu.

Bagi diriku tiada hal yang tidak bisa dilakukan Si Manusia bila Tuhan mengkhendaki. Yang penting nikmati prosesnya dan jalani. Azeeekk.

Kutarik nafas dan kuhembuskan melalui mulut. Akhirnya Merdekaaaa. Tanpa harus mengulang semester depan. Syukur alhamdulillah.


Ini sepenggal kisah, yang aku ceritakan hanya di steemit.

Salam stemian

Ig: @hendrikemul
Fb: @MuhammadHendri
Email: [email protected]

Sort:  

Topp

Salam steemit čak

mantrapp boss

Salam steemit Chaju