TRADISI YANG HAMPIR PUNAH

in #aceh6 years ago

45AFE656-7475-437B-9F56-1BBC0A6BEC7E.jpeg
setiap kali saat manusia memulai kehidupan barunya, pasti ada ritual baru yang selalu mengiringnya baik itu yang bersifat upacaraa yang rumit maupun hanya ritual biasa. sehingga ritual ini menjadi suatu elemen yang tidak pisah dipisahkan dari kehidupan masyarakat. salah satu kebiasaan yang masih dilestarikan pada daerah saya seperti gotong royong pindah rumah, yang biasa terjadi pada umumnya diartikan pindah rumah ialah memindahkan isi dari rumah itu seeprti perabot rumah tangga dan lain lain, namun berbeda yang dimaksud dengan pindah rumah pada daerah saya yaitu pindah utuh sebuah rumah ketempat lain dengan cara gotong royong mengangkat kerangka rumah tersebut. Dan disini tentunya terpikir karena apa harus dipindahkan rumah atau diangkatnya dengan cara utuh.
3C552B3F-A3FC-4B90-97B6-AE55D962AF1F.jpeg

        Hal yang terpenting dari tradisi tersebut yang dapat kita pelajari oleh kalangan sarjana yang sedang mencari dan mendalami makna dari sebuah sejarah ataupun peristiwa yang masih di lestarikan hingga saat ini adalah mengapa orang-orang terdahulu mempunya spirit dan semangat yang luar biasa dalam kebersamaan dan kekompakan. Salah satunya bisa kita lihat dari tradisi atau kebiasaan pindah rumah ini. Dikeranakan tepatnya pada kampung saya masih bertahan hingga sekarang ini jika ada hal yang harus dikerjakan sama-sama dan dapat dikerjakan dengan singkat waktu sehingga beban dari masyarakat itu lebih ringan. Maka oleh pihak Ureung Tuha Gampoeng mengambil kebijakan untuk bergotong-royong sama-sama. Contohnya seperti tradisi pindah rumah yang kita bahas saat ini.

77359471-5690-4AA3-A87E-85F80849FB6B.jpeg
Adapun rumah yang bisa teman-teman lihat pada gambar ini yang dalam proses pindah merupakan rumah seorang tokoh gampong dan beliau menghibahkan rumah tersebut kepada dayah yang baru didirikan tepatnya pada kampung saya, dan rumah ini dijadikan balee (tempat pengajian) untuk kedepannya. Disini masyarakat dengan bahu-membahu menyalurkan tenaganya untuk mengangkat kerangka rumah tersebut. Dikatenakan jarak antara rumah yang sedang di bongkar tersebut dengan kampung saya berselang dua kampung maka proses angkat rumah ini dibongkar bagian bagian yang mudah dipasang kembali, dan bagian lainnya diangkat dengan utuh.

Kerangka rumah Aceh ini terdiri dari tiang dan balok yang dirangkai tanpa menggunakan paku. Tiang-tiang penyanggah rumah biasanya dibuat dari kayu pilihan yang kuat. Tiang-tiang rumah ini dipancang hanya diletakkan di atas batu dengan perhitungan keseimbangan yang akurat. Tentu saja ketahanan rumah sangat tergantung dari jenis material terutama kayu yang digunakan untuk membangunnya, serta kecakapan tukang merangkai material tersebut menjadi rumah panggung yang utuh. Banyak dari rumah-rumah ini tetap berdiri kokoh selama puluhan tahun, bahkan sampai penghuninya beranak-cucu di rumah tersebut.

Dewasa ini, karena semakin berkurangnya minat membuat rumah panggung, tradisi mengangkat rumah juga semakin jarang ditemukan. Setelah beberapa tahun tidak menyaksikan kejadian seperti ini, di bulan lalu, saya sempat menyaksikan dan ikut serta kembali kegiatan gotong royong mengangkat rumah ini di desa saya tepatnya di Busu Gampoeng, sebuah kampung yang berkecamatan Mutiara. Kabupaten Pidie, Jarak pemindahannya lumayan jauh, hanya berselang dua kampung. Ini berbeda saat rumah mantan imam kampung setempat yang sebelumnya diangkat tidak begitu jauh dan rumahnya diangkat dengan cara utuh. Tetapi meski pun rumah yang akan diangkat lumayan jauh dari asalnya, tetapi acara angkat rumah pagi itu terlihat sangat semarak.

Sort:  

Believe you can and you're halfway there.

thanks boy