Antara Cinta dan Taqwa

in #activities4 years ago

IMG_20200829_170747.jpg

"Perlahan namun pasti!" Kalimat tersebut membuat aku tak nyaman. Perlahan dan Pasti! Buktinya kini aku sudah menjalaninya hampir belasan tahun. Namun apa yang aku dapatkan?

Bukan sebuah balasan yang dinantikan, melainkan hati yang hancur. Ya, masih hancur. Belum mati rasa, untung saja bukan? Bayangkan jika akuati rasa? Siapa yang harus disalahkan? Aku juga tak tahu.

"Dura, kamu harus tahu bahwa si dia..." Alma tidak menyelesaikan kalimatnya ketika melihat raut wajahku masam. Hanya Alma yang tahu akan dalamnya rasaku. Rasa yang hampir tak dapat aku sebutkan.

"Sudahlah Al. Aku harap kamu tidak membawa berita yang terkait dengan kehidupannya. Aku rasa kamu dapat menerima permintaanku yang sederhana ini." Jawabku pada Alma sambil membereskan beberapa buku di atas meja santai yang tak tentu arah. Kuberikan senyuman yang manis namun sedikit kecewa pada Alma.

" Aku harus menemui Rangga untuk menyelesaikan tugas dari buk Idi. Sampai jumpa di kelas pak Yus! Jawabku. Raut wajah Alma terlihat kecewa. Dasar! Alma terlalu berlebihan dalam menyikapi permasalahan yang menimpaku.

Aku memilih beribu alasan untuk berpaling dari pembahasan yang membuatku tak nyaman. Aku rasa kebohongan yang aku lakukan terhadap Alma bukan kesalahan yang besar. Semoga saja! Andai saja Alma tahu kebohonganku dia pasti akan marah besar. Alma, Alma! Rempong banget.

Sesaat mataku tertuju pada minimarket yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Kamu tahu kan, bahwasanya jika suasana hati seorang perempuan sedang tidak karuan akan mencari apa?

Yes, cokelat! Aku tahu kamu alasannya. Dan ketika aku telah menghabiskan satu cokelat saja, aku merasa langit kembali menjadi warna biru. Meski hari ini cuaca sangat mendukung akan perasaanku.

Handphone aku berdering untuk kesekian kalinya. Aku rasa bukan hal yang penting. Aku bisa membuka pesan tersebut ketika sampai di kos bukan? Dan ternyata deringannya membuatku tak nyaman. Aku tak ingin hanya karena deringan ini membuat moodku tak karuan.

Benar saja, siapa lagi jikalau bukan Alma? Ups, mataku tertuju pada pesan yang tidak ada nama kontaknya. Jelas ini adalah nomor baru. Aku buka pesannya dan bunyi pesan itu....

"Modal menikah adalah taqwa. Kamu tidak harus menciptakan kisah cintamu seperti layaknya kisah cinta Khadijah dan Rasullullah, atau kisah cinta 'Aisyah dan Rasulullah, kamu hanya perlu memodalkan dirimu dengan taqwa. Kemudian... akan terbentuklah kisah cinta yang baru!"

Aku terdiam membaca pesan tersebut. Siapa dia? Dari mana dia mendapatkan kontakku? Sudah lah, pertanyaan ini sama sekali tidak penting. Yg terpenting adalah pesannya.

"Modal menikah adalah TAQWA!" Kalimat ini lebih sederhana untuk dimengerti. Dapat dicerna oleh pikiran dan juga hati. Namun kalimat, "Perlahan namun pasti!" Adalah kalimat yang kurang tepat dalam permasalahan hati.