Labilnya Hidup | Galah 1

in #blog6 years ago (edited)

Kau bergerak atau dimatikan oleh harap.

Pagi-pagi sekali aku telah berjalan menyusuri jalanan berbatu yang masih basah, dengan senyuman manis aku sapa siapapun yang aku temui di jalan.

Dok. Pribadi

"Hai bu... " sapaku kepada ibu-ibu yang sedang duduk di teras rumah panggungnya.
"Mau kemana nak?" tanya beliau ramah.
"Saya mau ke sekolah bu, insya Allah sampai 6 bulan kedepan saya akan mengajar disana" jawabku lembut.
"Alhamdulillah ada guru baru. Terima kasih banyak pak ya sudah mau mengabdi di tempat kami, kebetulan anak saya juga sekolah disana" timpal ibu bangga.
"Sama-sama bu, harusnya saya yang berterima kasih karena sudah diterima disini. Mohon doanya bu semoga semua berjalan lancar" pinta saya.
"Aamin" jawab ibu, lalu aku bergegas pergi agar tidak telat sampai ke sekoah.

Kenalkan namaku Abdurrahman, panggil saja Rahman, atau kalau mau panggil sayang juga boleh kok, hehe. Aku pelaku kriminal, pecandu narkoba, dan juga penjudi. Tetapi itu dulu, sekarang aku punya profesi baru sebagai guru yang paling tidak mampu membuat orang tuaku lega.

Dari sekian banyak peluang kerja yang ditawarkan pasca menjalani proses rehabilitasi narkoba, aku tertarik menjadi pengajar. Tidaklah mudah menemukan sekolah yang mau menerima mantan pecandu narkoba dan pernah tersangkut kasus hukum juga, tapi berkat kerja keras pihak terkait, akhirnya sebuah Sekolah Dasar di pulau terluar Indonesia menerima aku.

Sementara aku tinggal di rumah kepala desa, sejak sampai disini 2 hari yang lalu, aku masih perlu beradaptasi dengan kondisi desa penghasil cengkeh ini. Jarak dari rumah tinggal ke sekolah tempat aku akan mengajar hanya sekitar 1,5 KM, jadinya aku memilih untuk berjalan kaki saja.

Sesampai di sekolah aku disambut hangat oleh kepala sekolah dan para guru, serta oleh calon muridku yang lucu-lucu. Di hari pertama aku disini langsung terlihat mana anak yang aktif, over aktif, dan masih malu-malu. Aku jadi ingat pesan mamak waktu minta izin berangkat tempo hari "Ajak mereka belajar, bermain, dan makan. Maka hubungan kau dengan anak-anak itu akan baik."

Sekolahku ini berada dipinggiran gunung berapi yang masih aktif dan tidak terlalu jauh dari pantai. Bangunan sekolahnya sudah lumanyan bagus, namun berdasarkan survei-ku kemarin ditemukan bahwa persediaan buku bacaan masih sangat sedikit. Kedepan aku perlu bekerja ekstra untuk menambah koleksi buku sekolah ini.

"...Terus bermanfaat sampai suatu hari nanti Allah berbisik, saatnya kamu pulang" tutupku mantap saat dipercayakan menjadi pembina upacara sekaligus sebagai kesempatan untuk memperkenalkan diri.

Hari ini aku merasa belajar lagi bahwa hidup bisa sebegini labilnya. Rasanya baru kemarin aku berleha-leha menyelesaikan pendidikan sarjana yang hampir drop uot (DO), berhadapan dengan pihak berwajib atas tuduhan pembunuhan, dicambuk didepan umum karena kedapatan main judi, dan berjuang keras menjalani proses rehabilitasi. Nasib membawaku kesini, di pulau berbeda dengan pribadi yang Insya Allah akan berbeda juga.

Setelah sekian lama aku berkutat dengan dilema quarter life crisis, tepat saat ini aku merasa hidup lagi, aku merasa dihargai, dan paling nggak aku jadi punya kegiatan positif yang menjauhkanku dari kebiasaanku selama ini. Tapi apakah ini akan bertahan lama? atau malah kedatanganku disini malah akan membawa petaka?

Bersambung...

Follow me @sisilain and upvote, Thank you.