Untuk Steemit, Aku kan Menulis lagi

in #cerita6 years ago

Cerbung : Mustafa Ibrahim Delima

Untuk Steemit, Aku kan Menulis lagi

Ini pagi ke dua belas di Bulan November. Aku seperti biasa menjalani hari-hari sebagai abdi negara. Berangkat kekantor pukul 07.30 pagi dan pulang pukul 16.00 sore. Disela-selanya, aku berkerja apa yang menjadi kewajibanku. Sebaik mungkin, semampuku. Aku berkerja dari senin sampai jumat. Lima hari dalam sepekan.

Sabtu dan minggu kugunakan sebagai hari keluarga dan sahabat. Ya, pada hari-hari inilah waktuku lebih banyak untuk keluarga dan sahabat, setelah lima hari sebelumnya berkutat dengan angka-angka, data-data. di kantorku.
Sebelumnya, ya sebelum tahun 2018 aku tidak mengenal steemit. Hingga pada pertengahan akhir januari lalu, saya mulai diajak oleh seorang teman yang bergabung di Forum Aceh Menulis (FAMe) Pidie Raya untuk membuat akun Steemit. Saat diajak itu aku belum juga memenuhi ajakannya. Namnu karena beberapa kali didesak, akhirnya aku buat juga akun steemit.

“Steemit sama dengan Facebook?” tanyaku

“bisa iya, bisa juga juga” jawabnya!

“kok begitu?” tanyaku lagi

“iya, memang begitu!” jawabnya, kali ini sebuah sunggingan senyuman kulihat dari bibirnya. Sepertinya ia menikmati rasa penasaranku!

“kamu, mau maudapat uang, ga?” kali ini ia yang bertanya.

“iya, maulah” jawabku

“jadi begini ya, Steemit itu pada dasarnya adalah sebuat platform media sosial juga, kita bisa berinterakasi dengan teman-teman maya kita, dimanasaja, kapan saja! Kamu juga mengomentari tertahap ‘status’ yang dipostingnya di akun steemit. Nah sampai disini steemit sama kan dengan Facebook?” jelasnya setengah bertanya.
“iya, terus tidaknya dimana?” tanyaku yang sudah mulai sedikit mengerti

“di Steemit, setiap postinganmu akan dihargai dalam bentuk dollar, jadi semakin banyak kamu menulis semakin banyak pula dollar yang akan kamu dapatkan!” jawabnya lagi.

“bisa kaya dong saya” timpal saya sekenanya!

“bisa iya, bisa juga tidak” jawabnya.

Aku penasaran, mengapa disetiap penjelasannya selalu ujung-ujungnya menimbul penasaran baru lagi. Ini kawan memang ‘kurang ajar’ selalu saja bikin aku penasaran.

Matahari mulai memancarkan cahaya jingganya. jam ditangan menunjukkan angka lima, lewat limabelas menit. gelas terakhir kopi pancung didepanku baru saja kuteguk.

“oke, biar aku saja aku yang bayar, selain sanger dan kue apa saya yang kau ambil” kataku
“tambah kacang goreng satu” katanya.

Akupun mengeluarkan uang pencahanan lima puluh ribu rupiah seraya memanggil pelayan warung itu untuk membayar pesanan kami.

“Oke sekarang aku pulang, dulu ada titipan istri yang harus aku beli. Oya nanti malam kita ketemu lagi, disini, diwarung ini, kau meharus menjelaskan kepadaku tentang steemit dan cari jadi orang kaya dengan menulis” kataku

“ oke, sampai jumpa nanti setelah salat isya” katanya

Aku menghidupkan sepeda motorku, dan terus melaju….

Bersambung……………

Sort:  

Mantap bang Mustafa, terkadang uang itu juga bisa menjadi salah satu motivasi kita untuk menulis

Tentu. Kuta tidak visa menafikan gal yang Saturday ini

tetap semangat bang...