Malam itu, tidak banyak kegiatan yang dapat kulakukan. Usai salat Tarawih, aku hanya duduk diam di pojokan balai pengajian. Untuk menghilangkan rasa bosan, aku memainkan smartphone sembari membalas pesan daring yang masuk.
Dari belakang, seorang teman datang mendekatiku. Dengan tiba-tiba dia menepuk pundak, sehingga membuat nyaris terkejut. Itu adalah cara dia menegurku yang asyik sendiri.
"Kawan, ayo kita ngopi!" ujarnya kemudian.
"Ngopi di mana?" balasku.
Tangannya kemudian memegang daun telinga sebelah kiri. Saya rasa dia sedikit gatal atau sedang memikirkan warung kopi yang cocok untuk kami berdua. Sementara dia yang sebelumnya berdiri, kini ikut duduk di kursi di sampingku.
"Di mana?" Ujarku lagi.
"Coba hubungi kawan-kawan lain,biar rame " ujarnya kemudian.
Lalu ku ambil smartphone yang sedari tadi aku letak kan di saku baju.
Jemari ku menggesek-gesek ke atas bawah sambil mencari-cari kontak kawan-kawan yg biasa nya kami ajak berburu kopi.
Tidak lama setelah berkumpul,kami pun langsung berangkat ke tempat biasanya kami ngopi.
Setiba disana, kopi tidak langsung kami pesan karna pelayan yg tak kunjung datang.
Sedikit cerita tentang kawan yg ngajak saya ngopi.
Mohd daini, begitulah panggilan kawan kepada beliau yg di kenal dengan sebutan "pemburu kopi hitam,kala hati lagi suram".
Beliau lah yg selalu mengajak kami menelusuri filosofi-filosofi kopi keumala.
Tak ayal bahkan beliau sudah beberapa kali menjelajah ke negeri "Teuku oemar" meulaboh.
Guna dan tujuan tidak lain merupakan untuk berburu secangkir kopi yg ku tau sajian kopi di sana lebih unik dari biasanya.
Gelas terbalik berisikan kopi.
Lazimnya orang menyebut "KOPI TUBRUK"
Belakangan ku tau kopi di sana setiap sajiannya tak lagi harus kita seduh,melainkan langsung bisa kita nikmati dengan cara di sedot memakai pipet.
Selepas dari kota "teuku oemar" beliau jgak pernah naik pesawat Berburu kopi di "kota juang" Bireun.
"Kopi di sana masih biasa cara santapannya."ujar beliau kepadaku
"Rasanya?" Tanyaku telak.
"Rasanya kalah sama kopi keumala" lanjut beliau.
Tidak sampai di situ,sampai tulisan ini saya muat beliau sedang berada di LHOKSEUMAWE melanjutkan perburuan beliau yg di vonis "pemburu kopi". Begitulah sedikit profil beliau.
Saya bersyukur semalam dapat menikmati kopi bersama beliau.
"Pesan apa bang?" Tanya pelayan.
"Torabika dek ?" Sahut ku.
"Rasa apa bang?"
"Rasa yg dulu pernah adaa" jawabku nada bercanda.
Malam itu kami berbicara banyak tentang rasa secangkir kopi yg sudah pernah beliau jelajahi.
![image]()
Habil Yue lapor U Sigli Sige ge
Sibok that bak kanto AJI i banda bang,lom pih dalee ngen Waria i banda pih naa! 😁😂
Mantap bener kopinya. Bisa masukin pipet tu @banglun
Gak bang,pipetnya cuma sekali masukin!
Mantap
Mantap
Mantap
Mantap