Cerita Dosen Bahasa Inggris Mengajar di Tengah Isu Covid-19

in #edukasi4 years ago (edited)

Perkuliahan dalam jaringan (daring) atau online diterapkan Universitas Malikussaleh (Unimal) selama masa tanggap darurat Virus Corona (Covid-19) sejak tanggal 16 Maret hingga 29 Mei 2020 mendatang.

Dalam perkualiahan daring tersebut, mahasiswa dan dosen saling terkoneksi melalui sistem kuliah elearning.unimal.ac.id dan berbagai aplikasi pendukung lainnya. Peran pendidik yang melekat pada diri mereka, tetap dijalankan ditengah mewabahnya Covid-19. Apalagi sesuai seruan Presiden Republik Indonesia mengenai Sosial Distancing untuk memperlambat penyeberan COVID-19 .

Salah satu Dosen yang mau berbagi kisah adalah Dewi Kumala Sari M.Hum. Menurutnya, pandemi Virus Corona yang saat ini melanda dunia berdampak pada kegiatan belajar mengajar disemua kalangan. Kegiatan belajar mengajar yang seharusnya dilaksanakan disekolah, kampus, tempat tertentu kini menjadi berubah karena himbauan pemerintah untuk #dirumahaja demi memutus rantai penyebaran virus korona tersebut.

“Kami sebagai dosenpun terkena dampak yang sama, harus mngajar secara online atau yang kerap disebut daring. Awalnya merasa sedikit terkendala dengan sistem belajar mengajar online ini, saya harus belajar membuka aplikasi e-learning kampus yang belum familiar digunakan, seperti memasukkan data, memasukkan absen mahasiswa, dimana poin-poin tersebut ada juga ketentuan yang harus diisi,” kata Dewi Kumala Sari salah seorang Dosen Bahasa Inggris di Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh itu.

Untuk beradaptasi dengan aplikasi itu bukan hal yang mudah, karena penggunanya bukan hanya dosen, tetapi juga semua mahasiswa yang mengikuti mata kuliah yang di ajarkan diwaktu yang sama. Seiring berjalan waktu dan kegiatan belajar mengajar itu terus dilakukan, menjadikan Dewi dan mahasiswa sudah bisa untuk mengoperasikan aplikasi tersebut.

“ Alhamdulillah karena belajar kembali sekarang sudah sedikit lebi mudah. Saya pribadi harus belajar secara dadakan dan intens selama seharian penuh untuk setiap aplikasi yang akan saya gunakan sebelum memulai perkuliahan online,” terang Dewi.

Namun, dibalik kemudahan itu ada tantangan yang harus dihadapi dosen ini, pasalnya mata kuliah yang di ajarkannya adalah Bahasa Inggris, dan berbeda dengan mata kuliah lainnya. Untuk mengajar bahasa inggris memerlukan materi ability seperti speaking, listening, writing dan reading.

“Ada sedikit tantangan bagi saya yang mengajar mata kuliah bahasa inggris, mengajar bahasa sedikit berbeda dengan mengajar mata kuliah lain. Kenapa? Karena ada materi ability didalamnya,” ungkap dewi.

Lanjut Dewi, di antara materi ability itu yang agak susah diterapkan adalah listening dan speaking. Dua materi itu membutuhkan aplikasi khusus seperti zoom atau google meet untuk bertatap muka langsung dengan students.

“Memakai aplikasi WhatSapp juga bisa tapi terbatas orangnya maksimal 4 orang untuk video call. Kuliah online menggunakkan aplikasi zoom juga ada kendala. Seperti sinyal dari mahasiswa yang lelet, ada yang tiba-tiba putus koneksi karena kehabisan kuota,” terang Dewi.

Dewi menyebutkan, untuk aplikasi zoom ataupun video call melalui WhatSapp membutuhkan kuota yang lumayan besar. Banyak mahasiswa kesulitan karena biaya untuk mengisi kuata internet, namun semua itu tidak patah semangat bagi mereka untuk terus berusaha belajar.

“Bagaimanapun show must go on right? tetap dilakoni. Saya berharap semangat dan support harus selalu kita sebarkan dan berikan kepada rekan-rekan tenaga pengajar dan adik-adik mahasiswa. Agar proses belajar mengajar ini dapat terlaksana dengan baik dan mahasiwa bisa mengerti dengan maksimal. Tetap semangat semua,spread love and care wherever you are,” tutup Dewi, istri Muhammad Yusuf yang saat ini memiliki dua anak perempuan.[]