Novel 2055 Kerajaan Aceh

in #en6 years ago (edited)

image
image
Novel 2055 Versi Lain
Ku menangis ditepian sungai disore hari
Orang berkata hentikan tangisannmu disungai kotor airnya tak jernih lagi
Biarkan sungai ini kotor tempat sampah dan limbah pabrik yang dibangun untuk kemegahan negeri
Hanya inilah milik kami sekarang ini
Lihatlah gedung, menara dan Bandara yang meugah sekali namun bukan milik kami
Bukan kami yang hidup antara kemegahan negeri
Kemanakah sawah yang menghijau dan sungai tempat ikan berenang semua telah hilang
Lihatlah bangunan megah namun kami hanya orang luar seperti para penyendiri
Orang berkata ini tanah kami lantas kenapa kita seperti kaum yang tak ada apa-apa lagi
Lihatlah mereka meratakan tanah ini dan kita menangisi tepian sungai di ufuk senja kala sendiri.

Tahun 2027
Sultan Awwal Syah Johan tertidur pulasdi balai Istana Darod Donya. Seorang tamu masuk dan mengucap salam Sultan segera bangun menjawab salam dan melihat tamu. "Maafkan saya tuan penjaga kamoe ureung jioh hana le sapue na (Maafkan kami penjaga kami orang jauh yang tidak punya apa-apa lagi)". Sultan awwal kaget dipanggil sebagai penjaga. Sultan bijak itu tersenyum dan menyuruh tamunya naik. Mereka berbicara tak lama makanan dihidangkan di balai. Orang jauh itu mengeluh dia gagal dalam bisnis kehilangan segalanya hanya tinggal bersama anak istri dan dililit utang. Dia berjanji jika penjaga atau sultan awwal membantunya menemui Sultan dan sultan memberi hadiah maka dia akan membagi hadiah itu dengan penjaga :"menurut anda saya penjaga istana?" tanya Sultan". orang jauh menjawab :" Ya". Sultan hanya tersenyum kemudian berbicara tentang kesabaran, rezeki dan kisah orang yang saleh masa lalu. Tamu jauh merasa senang berdiskusi walaupun masih kesusahan. Beberapa jam kemudian tamu itu merasa dia tidak akan dapat menemui Sultan dia mohon Izin, mendadak Panglima naik dan menyerahkan Surat kepada Sultan. Dan dia berkata :"Ini permintaan anda yang mulia Sultan". Tamu dari jauh pucat Pasi dia ingat tidak sopan sama sekali dengan Sultan menyebutkan sultan sebagai penjaga. Sultan tersenyum dan menyerahkan surat kepada tamu jauh yang berpikir ini pasti surat hukuman dia memegang surat itu dengan berkeringat dingin dan ketika membaca dia melihat itu surat rumahnya dan surat usahanya dan surat pelunasan utang dan surat Kesultanan bahwa semua asetnya dikembalikan. Dia menangis :"Wahai Sultan kita berbicara baru beberapa jam dan betapa tidak sopannya saya kepada anda menyebutkan yang mulia sebagai penjaga namun anda membalas dengan kebaikan yang sangat banyak, maafkan saya". Tamu jauh berdiri hendak berlutut dan bersimpuh didepan sultan namun tubuhnya tegak dan tidak bisa membungkuk dan dia tidak bisa bergerak. Sultan Awwal tersenyum :"Apa gunanya sultan jika tidak membantu rakyatnya. Dan saya telah berdoa kepada Allah bahwa tidak akan ada rakyatku yang membungkuk dan berlutut didepanku, Kemarilah saudaraku kita duduk dan menikmati hidangan ini". mendadak tamu jauh itu bisa bergerak dan duduk disamping sultan penuh takzim. Panglima Kesultanan Aceh terkesima melihat kejadian itu.

Tahun 2030
Muka Qadhi Malikul Adil memerah Giginya gemeretak melihat kelakuan anak-anak Sultan Awwal. Namun suaranya terdengar lembut :"Paduka yang mulia Sultan Fihriz Johan Berdaulat Zilallulahi Fil Alam saya tidak memprotes keputusan Anda namun kita sekarang kedatangan musuh kaum Bajak Laut Armadion telah memasuki lautan Aceh dan merusak banyak pelabuhan, sekarang terserah keputusan anda apakah anda akan meninggalkan kami atau berperang dengan kami membela negeri ini". Muka Pangeran Mihriz penuh ekspresi terkejut ingatan itu kembali :"Fihriz kemarilah". Suara Sultan Awwal lemah ketika sakit :"Berjanjilah padaku Apapun yang terjadi kamu akan membela rakyat dan negeri ini" Pangeran Fihriz mencium tangan Sultan Awwal dan berkata :"Aku Berjanji Ayah akan menjaga negeri ini apapun yang terjadi". Fihriz berjanji dengan teguh didepan ayah angkatnya. Pangeran Fihriz bangun dan berkata didepan Sultan aku berjanji akan melindungi negeri ini apakah aku sultan atau bukan. Qadhi Malikul Adil tersenyum dan tak lama pihak Istana memahkotai Sultan Fihriz yang terlihat sangat gagah dan tampan. Sultan Fihriz mencium Tangan Qadhi Malikul Adil dan segera berpaling dan bersuara lantang :"Panglima, Pangeran Munawar Syah, Pangeran Mighal dan Kakanda Bentara Siapkan segala kelengkapan kita. Kitak akan berperang". Semua menjawab serempak :"Siap". Pangeran Fihriz menatap Putri Mihriz yang dikawal pasukan Istana dan dia menatap Tuan Putri cukup lama kemudian berpaling dan berkata :"Siapkan semua pasukan dan armada laut"..... Bajak laut Armadion membuat kerusakan hampir disemua pelabuhan Aceh. Laksamana Melihat ratusan kapal Armada Armadion mencoba mengepung Aceh mereka bukan lagi bajak laut pikir Laksamana. Laksamana semenjak Muda berpengalaman dalam perang laut tidak merasa gentar dengan armada bajak laut ini dia hanya bingung dengan kabar desas desus Pangeran Fihriz mengundurkan diri dan lari dengan Putri Mihriz. Tak lama sebuah Helikopter canggih mendarat Panglima, Pangeran Mighal, Bentara dan Pangeran Munawar Syah keluar. Sultan Fihriz keluar Laksamana tersenyum disusul teriakan penuh semangat oleh Prajurit. Sultan meneropong Armada Bajak laut dia melihat banyak sekali armada ratusan jumlahnya disana juga ada kapal kayu. Memang semenjak negeri ini kacau balau orang cari selamat sendiri ada yang mau bersabar yang tak sabar jadi bajak laut atau perampok. Pemimpin Bajak laut yang Gondha berdiri dengan pengeras suara berteriak :"Aku komandan Bajak laut Armadion dengan armadaku dapat menjatuhkan beberapa negeri". Dia terus membanggakan dirinya sultan dan yang lain melihat kesombongannya dari atas kapal induk. Bentara mendekati dan memukul kepala Panglima dengan gagang pedang, Panglima kaget bukan main kepalanya juga pusing karena dipukul dengan gagang peudeung on jok. "Kalau kamu dari pertama mengatakan Bahwa Mihriz adikmu maka Fihriz tidak perlu membawa dia lari dan kami tidak akan kena urusan sampai seperti ini dengan Qadhi Malikul Adil". Panglima tidak Menjawab namun mencabut pedang dan menyerang Bentara yang sudah memukul kepalanya Pangeran Mighal dan Pangeran Munawar Syah juga menyerang Panglima sepertinya mereka masih kesal. Laksamana dan Sultan Fihriz berusaha menenangkan sedangkan para perwira dan prajurit ketakutan. Gondha pemimpin Armada Bajak Laut Armadion melihat dirinya tidak diperdulikan merasa amat kesal :"Kurang ajar kalian meremehkanku" tidak ada yang perduli muka Gondha memerah :"Serang mereka". Komandannya menyahut:"Yang mana pimpinan?" Gondha bertambah marah :"Dasar Bodoh semuanya. Seraaaang". Tembakan meluncur dahsyat termasuk torpedo. Semuanya di kapal Induk Kesultanan berhenti berkelahi. Laksamana tersenyum senang :"Sudah dimulai ya".

Sort:  

WARNING - The message you received from @wande is a CONFIRMED SCAM!
DO NOT FOLLOW any instruction and DO NOT CLICK on any link in the comment!

For more information, read this post:
https://steemit.com/steemit/@arcange/phishing-site-reported-steemautobot-dot-ml

If you find my work to protect you and the community valuable, please consider to upvote this warning or to vote for my witness.