Untuk apa bicara tauhid hakikat sedangkan hakikat rezeki saja masih ragu

in #esteemapp5 years ago

cbyxskzrnb.jpg

Gambar di atas merupakan pernyataan yang sering datang dari pengikut majelis klaim ilmu tauhid tingkat tinggi.

"Ilmu tauhid yang diajarkan di dayah tidak sampai selesai yaitu sampai tahap tauhid hakikat..."

Kesan negatifnya adalah "ulama-ulama dayah seakan-akan melakukan kejahatan dengan menyembunyikan ilmu yang seharusnya diajarkan".

Saya tidak akan mengomentari gurunya, tidak mengomentari pelajaran tauhidnya. Saya hanya akan menjawab secara tulisan kepada yang sederajat dengan saya yaitu orang luar yang bukan pengabdi di dayah, tapi hanya ikut majelis ilmu sekali-sekali dan saya termasuk bagian itu, tapi sangat menghargai guru-guru dayah.

Dia seorang pedagang yang sering menghadiri pengajian seorang ulama anak dari ulama terkemuka yang berasal dari daerahnya.
Hal yang mengganggu dari pikiran saya adalah ketika dia menuduh guru-guru alumni dayah orang yang mata duitan, saat diundang ceramah protes kalau bayaran tak cukup, ilmu tauhidnya cetek hanya sebatas syariat tidak sampai hakikat.

Tentang guru mata duitan, saya menjawab, barangkali dia cuma berteman dengan panitia yang sibuk mengurus acara sampai tak sempat shalat. Sedangkan dia tidak bertemu langsung dengan guru itu. Penilaian karena mendengar omongan orang lain. Padahal semenjak mereka masih murid mereka sudah diajarkan untuk tidak mengejar harta. Sedangkan kebahagiaan bisa didapatkan dengan ilmu meskipun bukan dengan harta. Guru yang berceremah sama sekali tidak mengharap uang, jika anda mencoba setelah mereka datang dan tidak anda beri apa-apa, mereka pulang tanpa berberat hati. Tapi, semestinya kita yang mengundangnyalah setidaknya harus punya otak, mereka sudah datang jauh-jauh atas permintaan kita, bisa saja dia luangkan waktu meninggalkan mencari nafkah demi kita, apa salahnya kita memberi banyak rasa terima kasih kepada mereka. Malah kitalah yang gila harta, lebih sedikit menuntut ilmu dan lebih banyak buang-buang waktu mencari dunia.

Ilmu tauhid cetek, saya menjawab, saya lebih sependapat dengan ulama yang mengatakan "jangan memberikan silet kepada anak kecil, jika dia salah pegang, dia akan celaka."

Kemudian, dia menjawab, "kita bukan lagi anak kecil, kita sudah dewasa"

Saya menjawab dengan membandingkan otak anda. Kemampuan anda main hp hanya sebatas menggunakan aplikasi, menggunakan belum tentu mampu menikmati.

Contoh aplikasi edit gambar. Jika orang ilmu tauhid rendah, akan menggunakan edit gambar yang instan, karena ketidakmampuannya mengedit secara manual, aplikasi memberikan pilihan, dan hasil edit instan itu bagus.
Jika orang ilmu tauhid tinggi, bukannya hanya sebatas edit manual apalagi edit instan, tapi juga mampu mengotak atik aplikasi dengan menambah fitur sendiri yang tidak disediakan oleh pabrik.
Sedangkan anda orang berilmu rendah mencoba main ilmu tinggi, kemampuan anda baru edit instan mencoba main edit manual yang ada gambarnya jadi jelek, apalagi sampai main otak-atik aplikasinya, yang ada aplikasinya rusak.

Jadi bukan berarti karena sudah dewasa anda bisa bermain di situ, jangan bermain pada yang bukan tempat anda karena belum waktunya.

Bila sudah datang pada waktunya yaitu pada tauhid hakikat itu, saya sangat setuju bila ulama mengatakan jangan ajarin kepada orang lain, cukup anda saja yang tau. Umpamanya anda sudah mampu otak-atik aplikasi anda menyuruh mencoba pada teman anda yang edit gambar saja dia belum bisa, salah dia pakai maka aplikasi jadi rusak, maka hp pun harus instal ulang. Instal ulang sama dengan syahadat ulang.

Setelah itu kita perhatikan diri kita, terutama mengevaluasi mulut kita. Jangan ngakunya tiap hari belajar tauhid hakikat, hakikat rezeki saja masih ragu, kita masih ngibul sana-sini agar terus mendapatkan tambahan harta tanpa mau tau apakah Allah ridha dengan cara kita.

Yakinlah apa yang disampaikan ulama-ulama itu sangat akurat, benar atau salah kita serahkan kepada Allah, kita yakin saja pada akuratnya. Jangan kau menuhankan logikamu, karena logika adalah pemberian Tuhan dan itu pun cuma sedikit. Karena diakhirat nanti kamu baru akan paham, logikamu ternyata tak berguna sama sekali.

Sekian dari saya, bila teman-teman menemukan ada kesalahan atau hal yang melenceng dari tulisan saya, mohon diluruskan. 🙏😁