TAMAN KOTA

in #fiction6 years ago

Taman kota tidak jauh dari hiruk pikuk keramaian manusia dalam menjalani opera sosial. Penyapu jalan memakai topeng. Orang-orang bersepeda menutup mulut dengan masker. Pengendara jazz menikmati kesejukan di dalam. Siang ini panas dan begitu penuh dengan awan-awan polusi yang berbaur dengan udara.

"inilah guna-ku" jika taman bisa berkata.

Di dalam taman itu begitu banyak pohon tanjung yang meneduhkan jalan setapak yang disusun dengan batu bata. Jalan setapak batu-bata merah muda. Beberapa beringin dan trembesi. Sudut kiri paling ujung ada kubangan kecil berwarna di antara anyelir merah, cukup besar untuk seekor kodok memainkan simphoni rintihan hujannya. Hanya seekor kodok yang bertubuh coklat yang hampir hitam di dalam taman yang di penuhi dengan berbagai burung yang beristirahat karena tersesat. Kota bukan tempat bagi mereka. Taman kota adalah oasis untuk para burung yang dadanya sesak seperti mendaki langit.

Kodok itu hanya binatang yang tersesat yang mencoba mengiyakan kebenaran atas ketersesatannya. Selalu dia mencoba tersenyum dan Selalu menyanyikan dana minor dari pita suaranya.

"aku selalu bisa dan mampu untuk melakukan, aku bisa melompat. aku melihat nyamuk-nyamuk itu. aku bisa berdendang. aku bisa begitu senang ketika ada beberapa manusia yang mengutuk di saat hujan menguyur bumi tercintanya".

Berguman lirih disaat melihat bunga *Lily* putih yang basah. Kodok yang tersepi oleh keadaan. Dia senang menjadi kodok karena dia terlahir sebagai kodok. Kodok yang biasa dan ingin menjadi luar biasa bagi dirinya sendiri.

Dalam sebuah kolam kecil, dilingkar dinding kecilnya ditanami bunga mawar merah dan kuning. Dalam kolam itu bunga Seroja muda hanya diam dalam keindahan putihnya. Mekar untuknya sendiri, hidup untuk makhluk dalam air itu. Sesekali tersenyum menikmati indahnya langit-langit biru yang berawan sepi. Tidak menoleh sedikitpun. Seroja manis.

Waktu adalah segala kejadian, segala kebetulan, segala dari segala. Waktu adalah ciptaan tuhan yang menciptakan semesta. Waktu pula yang mempertemukan kodok dengan seroja dalam sepinya hujan pada malam hari yang di spesialkan oleh para bohemian.



"belumkah kamu tidur untuk menikmati segala mimpi-mu dan melupakan sejenak kolam-mu?".
kodok menyapa mencoba membangun pertemanan.

"aku hanya ingin sejenak menikmati yang tak pernah ku gapai jika hanya berada dalam kolam ini"
Seroja berkata tidak peduli.

Kodok melihatnya. Kemudian dia menoleh, memandang para pecinta yang membuai cinta mereka dalam sentuhan bibir di atas kursi panjang berukir klasik bawah pohon beringin dan diterangi kuning lampu jalan.

"jika ku ungkapkan aku hendak menjadi burung kepada tuhan yang menciptakan-ku, apakah dia akan melahirkan-ku kembali untuk menjadi burung,?"
tanya seroja.

"tidakkah kamu senang berada dalam kolam ini,?"

Kodok menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Kedua makhluk memulai percakapan tidak serius namun bermakna.

"aku berterimakasih kepada tuhan telah menciptakan aku sebagai hewan yang tidak sempurna ini. Tidak dilihat oleh orang banyak, mereka hanya mendengar-ku ketika hujan yang seperti sekarang turun. Mereka memuja atau mereka mengutuk, itu terserah kepada mereka yang berakal. Mereka selalu mempunyai alasan di setiap tindakan mereka. Aku bahagia bersenandung tanpa alasan"

Kodok melanjutkan kata-katanya tanpa ingin mendengar jawaban dari seroja yang sibuk menunggu rasi orion.

*"entah seperti apa dunia lain selain kolam ini, begitu banyak burung-burung yang singgah untuk hanya sekedar melepas dehidrasinya atau hanya beristirahat sejenak, mereka menceritakan kehidupan yang luas. mereka datang ketempat-ku, begitu ingin aku membuktikan apa yang mereka katakan dan berada ketempat antah berantah, sudah terlalu lama aku disini"*

Seroja mencoba menarasikan keinginannya.

"nikmatilah hidup-mu sesuai keinginan tuhan-mu"

kodok mencoba menerangkan jiwa seroja yang mengeluh. Mereka terus berbincang sampai.lupa dengan nyatanya waktu.

"bolehkah aku mendekat dengan-mu,?"

tanya kodok

"silahkan,"

jawab seroja

Kodok tidak melompat, hanya merangkak pelan melewati mawar merah dan kuning disisi dinding kolam, lalu melompat melewati dinding yang tidak tinggi untuknya. Dia mendekati bunga seroja yang putihnya bersinar walau tidak ada cahaya yang bisa dia pantulkan. Cahaya absolut sang seroja. Dia berdiri diatas daun hijau seroja yang selalu kering.

"seberapa indah orion yang sedang kamu pandangi,?"

"sangat indah, mereka bersinar dalam gelapnya semesta"

"bagaimana kamu mengimajinasikan burung yang hendak engkau menjadi,?"

"bebas, melihat segala keindahan dari delapan sisi yang berbeda, menghirup aura nafas tumbuhan, setiap waktu yang berbeda berada di tempat yang berbeda"

Mereka saling bertanya-jawab, itu membuat mereka semakin intim.

"taukah kamu seroja, Orion itu terlihat begitu indah ketika kamu yang melihatnya dalam jarak hitungan cahaya. Namun, ketika kamu mendekat dalam hitungan angka, Orion akan membakarmu. Burung yang bebas itu akan selalu tertangkap jika keidahannya memikat. Mereka yang begitu berhasrat atas bulu dan suaranya. Kamu akan tersiksa ketika berada dalam kerangkeng yang mereka ciptakan, siksaan yang membuatmu memohon kepada tuhan untuk segera memastikan jarak antara tubuh dan jiwa, kamu ingin menjadi angin dari pada makhluk yang berbentuk nyata."

Kodok berkata kepada seroja tanpa menoleh sedikitpun tatapannya ke arah kelopak bunga-nya.

"kedelapan kelopak bungamu adalah wujud dari jalan hukum yang baik. Bunga-mu mekar melambangkan tubuh, jiwa dan pikiran sang dewi. Aku melihat-mu indah dari kejauhan, ketika aku semakin dekat dengan-mu aku merasakan suatu keindah yang tetap. Sungguh berbeda dengan rasi Orion itu. Kamu tidak mencari tempat yang indah untuk menjadi indah. Tapi, secara tidak kamu sadari, kamu telah memperindah kolam yang penuh dengan lumpur ini dengan pesona kepribadianmu. Aku menemukan notasi yang berbeda ketika aku berada di daun-mu. Kamu tetap berada dalam tempat-mu, di kolam yang diciptakan dengan sebuah rencana kertas mereka. Kebebasan sang burung hanya menciptakan keirian makhluk lain. Kamu membebaskan jiwa mereka yang sedang terkurung. Seorang suami yang sedang frustasi, setelah dia melihatmu bisa saja ia senyum bahagia akan makna dirimu yang akan dia berikan kepada istri tercintanya. Tidakkah kamu paham betapa beruntungnya menjadi dirimu yang sadar dengan siapa dirimu sebenarnya,?"

kodok itu menjelaskan atas keluhan sang seroja muda.

Seroja hanya diam. Memikirkan apa yang dikatakan oleh kodok yang kini telah pergi mencari sarapan paginya. Burung-burung mulai berkicau sayup-sayup. Hawa mendingin, alunan puisi tuhan bergema dalam keremangan subuh, Rintik hujan mulai berhenti, tidak ada embun untuk pagi ini. Seroja muda hanya berdiam tidak ingin terlelap menemui mimpinnya dan memikirkan lagi dirinya sendiri. Entah, dia berhenti mengeluh atau ingin segera tuhan mewujudkan cita-citanya.


**From Aceh with Love** salam manis cucoe raja

source
source
source

Sort:  

Ada kata kodok dan kolam, jadi ingat kecebong sekolam. *Maaf komennya gak nyambung bang :)

tnpa kecebong gk ada kodok, ni.koment termind blowing

ada yang tersirat dalam rentang waktu
mengalir deras memanggil rindu
seroja tetap terpaku dan membisu
sang burung menari, sang katak pergi melompat dan bernyanyi

Hehehe.... Mantap @omarkhayyam,
Hana pe long ikut-ikutan mellow ken?

lebih get nyan bang, mellow kok sendiri-sendiri,... bagi-bagi dong

Postingan yg SUPER!!! tapi itu kata yg sering di ucapkan oleh Mario Teguh hehhe..

Good post @omarkhayyam
Follow and vote saya jg ya @halim08

Congratulations @omarkhayyam! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

You published 4 posts in one day

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.

To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Upvote this notification to help all Steemit users. Learn why here!