Nikmatnya Sate Taichan

in #food6 years ago

P_20170324_212458[1].jpg

Ribuan sepeda motor lalu-lalang di Jalan Teuku Panglima Nyak Makam, Lampineung. Jam sudah menunjukkan pukul 20.15 wib. Lampu kuning trotoar menerangi jalan. Malam ini jalan nampak lebih padat daripada biasanya. Tidak sedikit para muda-mudi yang nampak di atas sepeda motor berboncengan sambil tertawa.

Di saat orang lain ria menikmati malamnya, Iqbal Fajar (20) asik mengipas-ngipas sate daging ayam. Tangannya juga cekatan meramu bumbu sate. Kemudian diolesi menggunakan kuas kecil. Dikipas lagi hingga satenya matang. Sate pun siap disajikan kepada pelanggan yang sudah menunggu. Satu per satu pesanan di antar. Sementara itu masih ada sejumlah kertas pesanan. Digantung menggunakan penjebit sedemikian rupa di sehingga mudah dilihat.

Usaha bernama Sate Taichan Kuy ini baru saja dibuka. Lokasinya di Lampineung, tepat di depan Adi Coffee. Bersama temannya, Mirza Ashadi Prawighra (20), Iqbal mengumpulkan modal usaha mencapai tujuh juta rupiah. Uang tersebut digunakan untuk membeli gerobak kecil, serta kebutuhan untuk membuat sate. Sedikit demi sedikit modal usaha yang mereka keluarkan mulai kembali.

“Saya buka usaha berdua sama kawan. Kalau sudah balik modal, keuntungannya akan kami bagi bersama,” ujarnya.

Iqbal menjual sate mulai sekitar pukul 17.30 wib hingga pukul 23.00 wib. Laku semua atau tidak dagangannya, bila waktu tutupnya tiba, mereka tetap tutup. Tetapi biasanya dagangannya habis terjual pukul 21.30 wib. Semalam mereka mampu menghabiskan daging ayam sampai delapan ekor atau 250 tusuk. Pada malam Sabtu dan Minggu pelanggan yang datang lebih banyak. Umumnya, pelanggan sate ini berasal dari kalangan pemuda.

Menu sate yang tersedia seperti sate chantong Rp 15 ribu, sate chantok Rp 15 ribu, sican wings Rp 15 ribu, can wings Rp 16 ribu. Sedangkan menu tambahannya yakni lontong, nasi putih, sambal, dan keurupuk. Sambalnya sendiri terdiri daru varian rasa yaitu, sades (sangat pedas), dan lumayan pedae), dan kacang.

P_20170324_212017[1].jpg

Kecuali sumbangan pembinaan pendidikan kuliahnya di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Lampeuneurut, Aceh Besara, Iqbal bertekad supaya dirinya mandiri uang jajan maupun kebutuhan bahan perkuliahan. Biaya kuliah yang mahal tidak ingin ia bebankan kepada ayah ataupun ibunya. “Padahal sudah bilang sama orang tua supaya tidak dikirim lagi uang jajan, tapi masih aja dikirim,” pungkas Iqbal sambil tersenyum.

Sementara itu, Mirza menuturkan, orang tuanya sempat tidak menyetujui keinginannya berjualan. Perlahan ia memberikan pengertian hingga idenya pun diterima. Ayah Mirza beprofesi sebagai polisi. Sedangkan ibunya merupakan pegawai negeri sipil di salah satu rumah sakit di Banda Aceh.

“Kalau mengharap uang dari orang tua belum cukup,” tutur mahasiswa Teknik Sipil Unsyiah itu.

Katanya, selama ini usaha berjalan, respon pelanggan cukup baik. Ditambah lokasi strategis yang sangat mendukung usaha itu. Lapak Sate Taichan mereka sewa kepada Adi Kupi. Lokasi ini dipilih karena sebelum Adi Coffee adalah tempat berkumpulnya vespa matic. Mirza salah satu anggotanya.

Baik Mirza dan Iqbal mengaku kegiatan mereka berwirausaha tidak mengganggu kegiatan mereka. Sebab kebanyakan jadwal kuliah berlangsung pada pagi hingga siang hari. Selebihnya mereka gunakan mempersiapkan kebutuhan berjualan. Misalnya memotong ayam, membuat saus sambal, dan sebagainya. Setelah dipotong daging ayam tersebut langsung ditusuk.

"Kita mengatur waktu supaya tetap bisa berjualan," pungkas Mirza.

Selama ini promosi yang dilakukan melalui mulut ke mulut kepada teman-temannya. Seiring dengan besarnya pengaruh media sosial, mereka juga menggunakan instagram dan line. Terkadang mereka meminta temannya yang ngetrend untuk memposting foto Sate Taichan di instagramnya.