Women and Coffee: A Sign of Peace and Liberty in Aceh [Bilingual]

in #history6 years ago (edited)
If only the peace condition had never been happened in Aceh, Acehnese women will have no chance to enjoy the coffee in a coffee shop. On the top of that, due to the fear of conflict, I would hardly ever have a chance to greet all of you with this sentence.

Andai hingga kini Aceh belum juga damai, tampaknya para perempuan Aceh tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menikmati secangkir kopi di warkop seperti saat ini. Lebih buruk dari itu, kekhawatiran akan konflik bahkan akan membuat saya tidak berani menyapa Anda semua dengan kalimat ini.

Good day, good people.

Because at that time, even the good people would never have a good time.

Karena pada saat itu, bahkan orang baik sekali pun tidak akan pernah merasakan waktu yang menyenangkan.

Women and Coffee.jpg


The story of conflict happened in Aceh would be a nightmare that everyone wanted to bury. The time that was darker than the dark of the coffee. The bitter era where the women would not be allowed to enjoy the sweet-bitter taste from a cup of coffee. It's because Aceh had been fulled with the bitter of fear.

Fortunately, Acehenese people,including the women, can safely enjoy the coffee time at coffee shop nowadays. Women and coffee have become a strong sign which told the world that Aceh has reached its level of peace. I mean, in term of liberating itself from tremendous conflict. The momentum where Acehnese women can enjoy their coffee in the coffee shop until the evening is an ordinary thing now. However, this activity might be a precious moment for acehnese women to enjoy for a decades ago.

Women and coffee is one of harmony symbol that reflect the peace condition of Aceh people today. As Acehnese women who had been living and facing conflict, even though in short period of time, I have realized that how blessed the people that can live in a peaceful condition.

Kisah konflik yang terjadi di Aceh merupakan mimpi buruk yang ingin dikubur oleh setiap orang. Masa kegelapan yang kepekatannya melebihi warna kopi. Era pahit yang bahkan tidak memungkinkan para perempuan Aceh untuk sekadar menikmati pahitnya rasa kopi di luar rumah. Hal itu disebabkan karena para perempuan Aceh telah terlalu banyak menegak kepahitan dari rasa takut yang tak kunjung usai.

Beruntung, kini masyarakat Aceh telah melewati masa kelabu. Hari ini semua orang, termasuk para perempuan, dapat dengan aman menikmati waktu ngopi di warkop sekitar. Perempuan dan kopi telah menjadi tanda kuat bagi dunia bahwa Aceh kini baik-baik saja. Maksudnya, Aceh telah satu langkah lebih aman dibandingkan pada masa-masa konflik yang luar biasa mengerikan. Bahkan kini, para perempuan Aceh yang menikmati kopi di warkop pada malam hari dianggap sebagai hal yang wajar-wajar saja. Padahal, bisa jadi kegiatan ini menjadi momen tak biasa bahkan luar biasa berharga bagi para perempuan Aceh di masa konflik berpuluh tahun silam.

Perempuan dan kopi merupakan salah satu simbol harmonis yang mencerminkan kondisi damai masyarakat Aceh saat ini. Sebagai perempuan Aceh yang pernah hidup di masa-masa konflik, meski sesaat, saya menyadari bahwa ternyata hidup dalam kondisi damai merupakan sebuah anugerah yang tak terkira. Kesyukuran itu akan sangat disadari ketika kita mampu memahami betapa buruknya momen konflik tersebut.

Creative Team.jpg

Furthermore, conducive conditions in Aceh make the number of coffee shops growing rapidly. Today, Aceh is well-known as territory with 1001 coffee shops. When most people of the world are going to the coffee shop to relax and to have fun, Acehnese people are doing more than that. In Aceh, a coffee shop is a place to communicate, to interact, to learn, to trade even a place to make an important decision. The relaxed atmosphere and non-discriminating impression between the ruler and the common man, the poor and the rich, have made the coffee shop become a symbol of peace and familiarity for the people of Aceh. This condition is equally applied to women in Aceh too. Nowadays, Acehnese women can enjoy their coffee time in coffee shop without feeling taboo and without fear.

Acehnese women can use the coffee time as momentum of liberty. Momentum to free themselves from fear, ignorance and adversity. To reflect these ideals, my friends and I have used the coffee shop as a place to do some work and discussion about our creative projects. The coffee shop has become a headquarters for our creative production. For instance, the book under the tittle Kreasi dan Prestasi Mahasiswa Fakultas Hukum Unsyiah that we had produced after helding the discussion about it at the coffee shop several months ago. Please take a look to the several pages below that had been selected from the total 80 book pages.

Di samping itu, kita juga menyadari bahwa kondisi kondusif di Aceh membuat jumlah warkop berkembang pesat. Saat ini, Aceh dikenal sebagai wilayah 1001 warung kopi. Meskipun kebanyakan orang mengunjungi warkop untuk sekadar menikmati kopi dan bersantai , orang Aceh justru menjadikan warkop sebagai tempat untuk melakukan berbagai aktivitas produktif. Di Aceh, warung kopi menjadi tempat untuk berkomunikasi, berinteraksi, belajar, berdagang bahkan tempat untuk mengambil keputusan penting. Suasana santai dan kesan yang tidak diskriminatif antara penguasa dan orang awam, tak membeda-bedakan status miskin dan kaya, menjadikan kedai kopi sebagai simbol kedamaian dan keakraban masyarakat Aceh. Kesetaraan ini juga berlaku untuk perempuan di Aceh. Saat ini, perempuan di Aceh dapat menikmati kopi di warkop dengan santai tanpa merasa tabu atau pun malu.

Saat ini, perempuan Aceh dapat menggunakan kopi sebagai lambang kebebasan. Momentum untuk membebaskan diri dari rasa takut, kebodohan dan kesengsaraan. Sebagai contoh, saya sering menggunakan warkop sebagai tempat berdiskusi bersama teman-teman terkait proyek kreatif yang sedang kami jalankan. Kedai kopi juga menjelma sebagai markas besar produk-produk kreatif yang telah kami hasilkan. Salah satu contohnya adalah buku Kreasi dan Prestasi Mahasiswa Fakultas Hukum Unsyiah yang kami kerjakan di warung kopi baru-baru ini.


Women and coffee have become a sign of peace and liberty.
So, enjoy the coffee and be grateful for the moment.

Perempuan dan kopi kini telah menjadi sebuah simbol perdamaian dan kebebasan.
Maka, nikmatilah kopi selagi bisa sembari mensyukuri momen damai yang telah tercipta.


That's all. Hope you enjoy the reading.
For the @betterperson.
See you next time~

Sort:  

kebersamaan kumunitas no 1 lah

follow dan vote back ya kak! @channa

Thank you for visiting.

Postingan yang sangat mencerahkan

Thanks for visiting kakak. 😉

Perempuan berkelas semuanya, terus bergerak hingga paradaban kembali bersinar😎

Sepakat.
Masa damai harus digunakan sebagai momen untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 😊

Ayuu...di mana Cipas sekarang? Kakak kok gak pernah lihat lagi dia di BNA?

But btw thanks for the writing, such a beautiful though of you. I agree that women at the coffee shop describe peace in Aceh...

Thank you too for reading this article kakak. 😉

keren ah kak ayu dkk, byk menghasilkan karya

Ketika seorang steemian pro nganggap kami keren, maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? (mandangin cermin).

Terima kasih sudah bertandang. 😊

ya sama-sama kak.

pro atau tidak kan cuma masalah waktu di steemit. Namun track record kakak sebelum di steemit lebih pro. bisa kita lihat dari gaya bahasa. lebih halus dan enak di baca tidak seperti kami yang masih amatiran

Alhamdulillah. Ini pun masih belajar. Thanks untuk motivasinya.

Masyarakat Tanoh Gayo mengidentifikasi kopi sebagai perempuan. Di sini, dalam istilah kuno, kopi disebut Siti Kewe...

Wah, baru tahu nih. Thanks untuk infonya.

Its interesting to know about your country through your writings..I found this article from OCD..All the best!

Thank you for reading my story. 😊

Selamat kepada @betterperson! Tulisanmu ini masuk terpilih dalam Kompilasi International @OCD #131. Silahkan cek link ini untuk melihatnya lebih lengkap: https://steemit.com/oce/@ocd/ocd-international-daily-issue-131.

Jangan lupa follow @ocd dan memilih @ocd-witness sebagai witness Steem.

Terima kasih mbak @mariska.lubis untuk berita yang menggembirakan ini. 😍

Selamat, ya Mbak...

Selamat juga untuk kamu.
Bener dugaanku kan? Tulismu bagus. 😊