Bukan Gelar Warisan | Not an Inherited Degree

in #history7 years ago

WhatsApp Image 2017-10-27 at 22.05.26.jpeg

Dalam salah satu rapat tenaga ahli di satu instansi, saya pernah menyampaikan bahwa Gelar Teuku, Cut, Tuwanku dan Teungku bukanlah gelar yang diwarisi berdasarkan darah atau nasab, layaknya gelar Habib atau Sayed.

Hari ini saya coba posting kembali, mungkin membuka wacana diskursus dalam dialetika kita. Dimana saya menyaksikan beberapa kesalah-pahaman terkait hal ini. Jadi saya mohon maaf sebesar-besarnya pada teman-teman yang berlatar belakang gelar tersebut.

Teuku atau Cut adalah gelar para Ulee Balang yang diberikan oleh Kerajaan Aceh terkait statusnya sebagai pegawai Kerajaan. Namun demikian, orang yang menyandang gelar ini setidaknya harus memiliki 16 syarat yang ada pada seorang Imum Mukim dan 6 syarat sebagai Ulee Balang. Seseorang yang tidak memiliki syarat-syarat dimaksud maka ia gugur menjadi seorang Ulee Balang.

Demikian juga, seorang Sultan. Posisi ini tidak diwarisi sebagaimana pemahaman sebagian orang Aceh saat ini. Seorang Calon Sultan harus memiliki 23 Syarat. Dan ia akan dipilih oleh 26 perwakilan; Mulai dari tingkat Geuchik sampai para alim ulama Ahlussunnah wal Jamaah (bukan Wahabi, syiah, murjiah, muktazilah wa ikhwanihim). Oleh karena itulah, Sultan Aceh digelar dengan 'Alaiddin' Raja yang meninggikan panji agama Islam. Kön geujak peutinggi dröe atawa biëk dröe geuh.
Memang, Aceh dulu bukan negara 'Democrazy' seperti trend tata negara saat ini, pun bukan monarki. Aceh adalah Kerajaan dengan sistem Syura tanpa partai politik. Tapi mampu mencapai kegemilangannya, walaupun ada beberapa orang sawan yang menyangka bahwa adat dan budayanya primitif.

Yakinlah (walaupun dianggap primitif); Hukum, Qanun, Reusam, Adat, Budaya, dan Bahasanya telah membawa Aceh pada masa kegemilangan di Asia Tenggara. Dan itu mustahil dilakukan oleh beberapa penguasa Aceh pasca Kerajaan, walaupun ia alumni universitas langèt tujöh.
Maka dibalik sebuah gelar menyimpan tanggung jawab yang berat. Walaupun bukan gelar warisan tapi setidaknya bertingkah laku sebagaimana yang sudah diwariskan oleh Aceh adalah lebih baik. Terlepas apapun gelar kita, Aceh dan Islam adalah identitas yang selayaknya kita warisi. Salam Primitif dan Primata!


In one of the experts' meetings at one agency, I once mentioned that Teuku, Cut, Tuwanku and Teungku Degree are not titles inherited based on blood or nasab, like the title of Habib or Sayed.

Today I try to post again, maybe open discourse discourse in our dialetics. Where I witnessed some misunderstandings related to this. So I apologize profusely to the friends who have the background of the title.

Teuku or Cut is the title of the Ulee Balang given by the Kingdom of Aceh regarding its status as a Royal employee. However, the person who holds this title must have at least 16 conditions in the Imum Mukim and 6 requirements as Ulee Balang. Someone who does not have these conditions then he fell into a Ulee Balang.

Likewise, a Sultan. This position is not inherited as some Acehnese understand today. A Sultan Candidate must have 23 Terms. And he will be chosen by 26 representatives; Starting from the level of Geuchik to the scholars of Ahlussunnah wal Jamaah (not Wahabi, shia, murjiah, muktazilah wa ikhwanihim). Therefore, the Sultan of Aceh was held with 'Alaiddin' King who raised the banner of Islam. Kön geujak peutinggi dröe atawa biëk dröe geuh.
Indeed, Aceh was not a 'Democrazy' state as the current state-of-the-art trend, nor was it a monarchy. Aceh is a Kingdom with a Shura system without political parties. But able to achieve its glory, although there are some sawan who think that custom and culture primitive.

Be assured (though considered primitive); The Law, Qanun, Reusam, Adat, Culture and Language have brought Aceh into a glorious period in Southeast Asia. And that is impossible to do by some post-Kingdom Aceh rulers, even though he is a university graduate of langèt tujöh.
So behind a title holds a heavy responsibility. Although not a heritage title but at least behave as it has been inherited by Aceh is better. Regardless of our title, Aceh and Islam are the identities we should inherit. Primitive and Primate Greetings!

Sort:  

Nyan ka beutoi "tgk"

Gelar2 nyan ban mandum lê that ka terdegradasi di dalam masyarakat aceh nyoe. Bak geupike kabutoi lagë nyoe rupa. Rupa jih gelarnyan ata geujoek le indatu yang mustahak. Koen gejak lhat2 keudroe geuh le ureung nyan. Paleng han pasti na geupuduek muzakarah atawa rapat uenteuk geupusok saboeh2 pangkat atawa geular.. Teuma le ureung jinoe ka geu pike nyan geunareh bik geuh. Padahai pangkat gelarnyan mangkat ureung maka putoeh lah nan sandang nyan.. Koen nyoe meunan dum? Gelar nyang han putoeh nyang keuh nyang toeh teuma?..
Hoem hai..
Hahhaha
Wallahu a'lam bissawab.

Teurimong geunaseh tgk

Jempol untuk artikrel ini. Jangan lupa kunjungi blog saya.

I agree with what you post, one of Aceh's past glories because of the law applied indiscriminately, to the religious law, Sultan Iskandar Muda is a wise, just and religious leader. Aceh is glorious in the eyes of the world.
Thanks @Muhammadtegar, has followed me as a steemit friend, and vice versa.
May you continue to be as strong as your name.