Kamping di Pos 2 Gunung Agung via Taman Edelweis

in Outdoors2 years ago

Setelah melewati proses adaptasi selama tinggal di Bali, saya menemukan beberapa komunitas untuk menjalankan hobiku seperti lari, berkemah, dan naik gunung.

Namun, komunitas yang membawa saya naik gunung justru bukan berasal dari komunitas khusus pendaki gunung, melainkan komunitas backpacker.

Gunung pertama yang saya daki pada tahun pertama saya tinggal di Bali adalah Gunung Batukaru. Yaitu gunung tertinggi kedua di Pulau Bali setelah Gunung Agung.

Bersama anggota dari komunitas tersebut, saya mendaki beberapa gunung yang populer di kalangan pendaki di Bali. Seperti Gunung Sanghyang, Lesung, Batur, Abang, Batukaru, Adeng, Tapak, Pucak Mangu, Adeng, dan terakhir Gunung Agung.

After going through the adaptation process while living in Bali, I found several communities to pursue my hobbies such as running, camping, and hiking.

However, the community that brought me up the mountain did not come from a special mountaineering community, but the backpacker community.

The first mountain I hiked in my first year living in Bali was Mount Batukaru. That is the second highest mountain on the island of Bali after Mount Agung.

Together with members of the community, I climbed several mountains that are popular among the hikers in Bali. Such as Mount Sanghyang, Lesung, Batur, Abang, Batukaru, Adeng, Tapak, Pucak Mangu, Adeng, and finally Mount Agung.

Gunung Agung adalah gunung tertinggi di daratan Bali yang memiliki cukup banyak jalur pendakian. Jalur tersebut adalah Pura Pasar Agung, Taman Edelweis, Pengubengan, Besakih, dan Puregae.

Saya sendiri baru bisa menjelajahi Gunung Agung pada tahun ketiga saya tinggal di Bali. Karena saya merasa bukan pendaki dengan 'jam terbang' yang tinggi jadi saya memutuskan untuk berlatih.

Mount Agung is the highest mountain on the mainland of Bali which has quite a number of hiking trails. The routes are Pura Pasar Agung, Taman Edelweiss, Pengubengan, Besakih, and Puregae.

I myself was only able to explore Mount Agung in my third year living in Bali. Because I think I'm not good enough to higher mountain so I decided to practice.

Latihan fisik yang saya lakukan seperti lari dan mendaki gunung-gunung yang tak setinggi Gunung Agung. Selain itu saya juga harus mempersiapkan peralatan pendakian dan kamping. Saya tentu tak mau mendaki gunung secara asal-asalan seperti yang dilakukan oleh para pendaki gunung yang sedang mengikuti tren saat ini.

Saya membeli tenda serta perlengkapan memasak dan alat makan, P3K, pakaian khusus mendaki, sepatu mendaki, senter, lampu, dan alat-alat penunjang lainnya yang juga cukup penting dalam pendakian gunung.

The physical exercises I do include running and hiking mountains that are not as high as Mount Agung. In addition, I also have to prepare hiking and camping equipment. I certainly don't want to climb the mountain carelessly like what mountain climbers do who are following current trends.

I bought a tent as well as cooking and eating utensils, first aid kits, special climbing clothes, hiking shoes, flashlights, lamps, and other supporting tools that are also quite important in mountaineering.

Salah satu jalur yang saya lalui untuk menuju Pos 2 Gunung Agung adalah jalur Taman Edelweis yang ternyata akan berbagi jalur yang sama dengan jalur Pengubengan.

Pendakian ke Pos 2 Gunung Agung memakan waktu kurang lebih 4 jam. Saya beserta teman pendaki yang lain sempat diguyur hujan lebat saat melewati jalur. Saya dan seorang teman harus menyantap makan siang di tengah hujan sambil berdiri di tepi sebuah aliran sungai. Untung saat itu saya membawa payung sehingga makanan kami tidak basah oleh air hujan.

One of the paths that I took to get to Pos 2 Gunung Agung was the Taman Edelweiss route which turned out to be sharing the same path as the Pengubengan route.

The hike to Mount Agung Pos 2 takes approximately 4 hours. I and other climbing friends had heavy rain while passing through the path. A friend and I had to eat lunch in the rain while standing on the bank of a stream. Luckily at that time I brought an umbrella so that our food did not get wet by the rain.

Semakin tinggi, tenaga semakin terkuras. Rasanya tubuh ini semakin berat. Mendekati pos 2, cuaca kembali cerah, pakaian yang saya pakai kering dengan sendirinya. Kecuali sepatu dan kaos kaki yang tetap basah.

The higher it is, the more energy it drains. It feels like this body is getting heavier. Approaching Pos 2, the weather is sunny again, the clothes I wear dry by themselves. Except for shoes and socks that stay wet.

Pemandangan di Pos 2 cukup indah. Terlebih lagi pada saat matahari terbenam. Langit jingga dan lampu-lampu dari rumah penduduk di bawah sana mulai berkelap-kelip seiring berkurangnya cahaya matahari dari balik cakrawala.

Setelah mengalami lelah yang luar biasa pada kaki dan pundak, saya memutuskan untuk tidak mendaki hingga ke puncak untuk summit attack keesokan harinya. Tiba di Pos 2 dan berkemah saja saya rasa sudah cukup. Ke puncak bisa lain kali saja. :D

The scenery at Pos 2 is quite beautiful. Especially at sunset. The sky was red and the lights from the houses below began to twinkle as the sun waned from behind the horizon.

After experiencing extreme fatigue in my legs and shoulders, I decided not to climb all the way to the top for the summit attack the next day. Arriving at Pos 2 and camping, I think that's enough. To the top can be another time. :D

Thank for reading. :)

Sort:  

The fourth photo was beautiful! The trees and boulders seemingly look mystical! well, we hope to read more of your climbing stories here on Hive.