LELAKI BRENGSEK DAN BRENGSEK BANGET

in INDONESIA4 years ago (edited)

ADBF27BD-D03F-4270-B253-22AB026FF7F5.jpeg

Kalimat di atas bukan dari saya, tapi dari lelaki juga. Seseorang yang pernah mengucapkan itu sambil menikmati kopi di suatu tempat yang saya sendiri lupa di mana persisnya. Kopi yang rasa pahitnya itu bisa saya nikmati tanpa gula setelah ia mengajari saya. Sepahit itu pula kenyataan yang menyertai: kami tak mungkin bersatu. Tak mengerti, katanya cinta yang besar bisa mengalahkan apapun. Tapi selain bicara suratan takdir, apakah ia pernah berupaya memperjuangkan? Entah, saya lupa. Selupa saya pada rasa yang pernah diberikan padanya, selupa itu pula saya pada genggaman tangannya sambil merayu dengan standar, “kamu cantik, otakmu lumayan.”

Saya tersipu seperti perempuan lain pada umumnya. Tapi lantas saya ingat sesuatu lalu berkata, “apa besok kau masih akan mengatakan hal yang sama?”

Sambil nyengir ia membalas, “aku cinta kamu hari ini. Gak janji masih bisa cinta kamu besok, bulan depan, atau tahun depan.”

Saya tentu saja merengut, rasa senang langsung menguap. “Kamu jahat.”

“Ah, sudah biasa. Di mana-mana lelaki begitu. Kamu sudah dewasa, masa masih gak bisa realistis? Lelaki itu semua brengsek.”

Aneh. Ucapan itu mungkin ada benarnya. Dia mengatakan itu juga berarti merelakan dirinya dikatai brengsek.

“Kamu juga brengsek dong? Tapi kupikir kamu berbeda.”
Lemah kubalas kalimatnya, dengan rasa yakin yang goyah.

“Percayalah. Di dunia ini gak ada lelaki yang baik. Yang ada cuma lelaki brengsek dan brengsek banget. Kalau aku brengsek, tapi mengakui kebrengsekanku. Jadi kamu boleh bilang aku mendingan.”
Dan ia mencuri pipiku dengan bibirnya.

Ada yang sesak di dalam dada saya. Kenyataan selalu pahit seperti kopi yang berulang ia tawarkan. Lanjutan kalimatnya membuat saya kecewa tapi tetap cinta dalam waktu bersamaan.

“Jangan khawatir, aku akan bilang kalau aku mulai bosan. Toh hari ini aku masih cinta sama kamu. Kita nikmati saja hari ini. Suatu hari mungkin malah kamu yang lupa kita pernah bertukar perasaan.”

Kabar terakhir, ia menjalani hari-hari penuh tengat, dan sapaannya beberapa waktu sempat bikin saya terkejut. Hidup baru yang lembarannya baru saya saya mulai, nyaris terganggu. Hati saya ternyata tidak batu. Untung saja ia tidak meminta bertemu. Saya bingung menyodorkan alasan, apalagi jika ketahuan pasangan. Iya, pasangan kami masing-masing yang cemburuan.

Ternyata ia benar, lelaki selalu senang bertualang, mencari debaran demi debaran di setiap kesempatan. Saya pikir saya tidak akan kecewa jika saya yang pergi duluan meninggalkan. Tapi kekecewaan itu ternyata muncul dari sisi yang lain. Ia benar, lelaki begitu pandai bermain perasaan.

“Yang penting aku bertanggung jawab, perempuan yang sepanjang usia bersamaku tentu pilihan. Tapi cinta itu lain persoalan. Aku gak percaya seseorang berhenti jatuh cinta ketika sudah menikah.”
Kalimat yang mencelat di sela-sela diskusi saya dengannya setelah membahas situasi kantornya yang mulai memanas. Saya mengkhawatirkan keadaannya, tapi dia melulu meyakinkan segalanya baik-baik saja.

Pada akhirnya saya menyerah ketika perasaan saya padanya terlalu buncah, dan saya mendapatkan seseorang yang mengejar dan meyakinkan saya bahwa dermaga tempatnya bersandar sudah menemukan akhir. Lagi-lagi rayuan standar. Saya tahu dan sepenuhnya sadar. Tapi perjuangan saya membangun cinta baru luluh lantak. Sialnya, saya selalu saja percaya, lelaki lain yang tidak mengaku brengsek itu, tak akan ke mana-mana. Tapi rupanya bakat sebagai juragan kosan melekat. Di hatinya, ia bangun kamar-kamar untuk nama perempuan yang sesekali bisa ia sambangi di saat ingin dan sepi.

Saya jadi teringat lelaki yang mengenalkan saya pada pahit kopi, apakah ia tertawa jika saya ceritakan kisah ini lalu memeluk memberikan penghiburan? Atau sambil tumpang kaki dan menyesap kopi, sekali lagi tersenyum lalu mengatakan kalimat yang sama? “Lelaki hanya ada dua, brengsek dan brengsek banget.”

#Indonesia #neoxian #writing #cerpen #ceritamini #fiksimini
#cerminRAB #RABbercerita #fiksiRAB

Sort:  

Congratulations @ratnaayub! You have completed the following achievement on the Hive blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You distributed more than 200 upvotes. Your next target is to reach 300 upvotes.

You can view your badges on your board and compare yourself to others in the Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Do not miss the last post from @hivebuzz:

October 2020 is the World Mental Heath Month