Pada umumnya kebanyakan orang dalam mempekerjakan seorang arsitek, biasanya klien meminta arsitek untuk melakukan ini dan itu atau men "dikte" arsitek dalam memenuhi keinginannya bahkan ada yang melabelkan secara vulgar mempekerjakan arsitek untuk memuaskan "nafsu" desain sang klien.
Namun cerita berikut ini menceritakan hal yang berbeda.
Seorang teman saya bercerita bahwa ia pernah dibuat terheran-heran oleh seorang arsitek yang di hire untuk membantunya mewujudkan desain rumah impiannya.
Teman saya ini merasa ia telah mempekerjakan seseorang yang tidak tepat untuk mewujudkan keinginannya.
Menurut ceritanya, sang arsitek tidak pernah menanyakan apa saja ruang-ruang yang dibutuhkan, berapa jumlah kamar tidur dan jumlah ruang-ruang lainnya.
Daripada berdiskusi mengenai hal-hal teknis terkait desain beserta style yang lagi menjadi tren sang arsitek malah mengajak teman saya ini mengobrol untuk menceritakan tentang aktifitas keseharian baik di luar rumah maupun di rumah, aktifitas hobi, aktifitas anggota keluarga lain dan hal-hal ringan lainnya.
Si arsitek terus mendorong agar teman saya tadi untuk menceritakan apa saja, kadangkala tentang pengalaman traveling, tentang situasi dan kondisi ekonomi bahkan hingga politik.
Sang arsitek juga meminta teman saya menceritakan kondisi lingkungan tempat lokasi rumah yang akan dibangun tentunya juga dilengkapi dengan kunjungan ke lokasi rencana pembangunan nantinya.
Setelah pertemuan pertama ini, selang beberapa waktu kemudian, sang arsitek kembali datang dan kali ini menjadi story teller dan meminta teman saya untuk menyimak ceritanya. Dalam bercerita si arsitek melengkapi dengan sketsa-sketsa untuk me-ilustrasikakannya kepada teman saya. Di luar dugaan teman saya, ia merasa sangat terkesan dengan apa yang didapatinya. Saat itu ia pun baru sadar, bahwa cerita dari si arsitek ternyata merespon ceritanya dahulu. Cerita dari si arsitek tidak hanya menjawab berbagai kebutuhannya bahkan juga memberi nilai tambah yang cukup signifikan dalam rencana pembangunan rumah idamannya.
Arsitektur dapat diibaratkan sebagai sebuah organisme yang hidup, ruh dari sebuah karya arsitektur ada aktifitas. Kita ibaratkan saja sebuah rumah adalah hardware nya, sedangkan aktifitas penghuninya adalah software. Walaupun casing nya Indah namun kalau software nya kacau dan sering eror maka apalah artinya.
Meng hire seorang arsitek dan menyuruhnya mengerjakan ini dan itu adalah tindakan yang bodoh. Tapi menjadikan arsitek sebagai tempat "curhat" tentang desain dan perencanaan adalah tindakan yang bijak.
Desain pada akhirnya adalah mengenai pertanyaan apakah sesuatu berfungsi dengan baik atau tidak?
Source: www.thequotes.in
Good Post @faluthi01