Meringkas Budaya Tionghoa Dalam Sebuah Buku

in #indonesia3 years ago


Cover buku Ringkasan Umum Kebudayaan Masyarakat Tionghoa Surabaya (dok.pribadi)

Budaya, tidak bisa terlepas dari sejarah dan perjalanan hidup, serta peradaban manusia. Selama ada sekelompok manusia atau komunitas yang masih memelihara kebiasaan hidup tertentu yang akhirnya menjadi sebuah budaya, maka jejak-jejak perjalanan tersebut akan terendus dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu budaya yang menarik untuk disimak adalah budaya Tionghoa yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia, bahkan bila diurut , budaya ini sudah mengakar sejak sebelum jaman kolonialisme Belanda di Indonesia. Akan tetapi merunut perjalanan budaya Tionghoa mulai sejak tahun 1900-an saja, rasanya sudah cukup menarik karena banyak peninggalan masyarakat Tionghoa pada era ini yang masih terpelihara.

Untuk mempelajari budaya Tionghoa secara singkat yang telah terekam sejak era tahun 1900-an, rasanya sudah dirangkum dalam buku berjudul Ringkasan Umum Kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia yang disusun oleh Olivia, S.E., M.A, seorang dosen Fakultas Bahasa dan Sastra program Bahasa Mandarin di Universitas Kristen Petra Surabaya terbitan PT. Kanisius tahun 2021.

Buku ini sebenarnya diterbitkan untuk kepentingan akademik pengajaran bagi para mahasiswa yang bergelut dalam dunia bahasa Mandarin, walaupun begitu masyarakat umum pun bisa membaca dan mencerna isi buku ini dengan baik. Metode penyusunan yang memang ditujukan untuk meringkas budaya Tionghoa ini, tidak terlalu menyulitkan bagi para pembacanya untuk mengerti apa isi buku ini.

Memang ada bab tertentu yang sebenarnya perlu dibahas lebih lanjut secara lebih mendetail, akan tetapi karena buku ini memang bertujuan hanya untuk meringkas maka perlu dimaklumi bila hanya bagian-bagian penting saja yang disodorkan. Contoh bab yang perlu ditelaah lebih lanjut adalah mengenai rumah tinggal peranakan tionghoa, dalam buku ini hanya diringkas dalam beberapa halaman,sehingga informasi lengkap mengenai hal tersebut kiranya belum terpenuhi oleh buku ini secara sempurna.

Selain itu dalam buku ini disodorkan ringkasan bahasan bangunan-bangunan bersejarah khususnya rumah-rumah abu yang ada di Surabaya. Uniknya walaupun dinamakan rumah abu, bukan berarti untuk penyimpanan abu jenazah dari para leluhur marga tertentu, melainkan sebagai tempat berkumpul dan persembahyangan bagi para keturunan pendiri rumah abu tersebut. Abu yang ada di tempat tersebut merupakan kumpulan abu hasil pembakaran hiosua (dupa) yang digunakan untuk sembahyang, salah satu contoh rumah abu yang dibahas adalah Rumah Abu Keluarga Han, yang terletak di Jalan Karet 68, Surabaya. Sebuah rumah abu yang dikenal dengan nama Rumah Abu Han Bwee Koo.

Tidak luput juga mengenai bahasan ringkas Hari Raya Orang Tionghoa di Indonesia yang tercantum dalam buku ini. Salah satu hari raya yang dibahas adalah Perayaan Peh Cun (bakcangan), sebuah perayaan yang berdasarkan dari kisah Qu Yuan, seorang cendikiawan dan pejabat jujur yang hidup 2000 tahun lalu.

Qu Yuan akhirnya bunuh diri dengan terjun ke sungai karena kecewa dan putus asa, melihat kerajaan telah dipenuhi oleh para pejabat korup. Masyarakat yang mengetahui kejadian itu, berkumpul dan melempar nasi yang telah dibungkus ke dalam sungai yang bertujuan agar jenazah Qu Yuan tidak dimakan oleh ikan-ikan di sungai itu.

Pada perayaan Peh Cun ini, dirayakan oleh masyarakat Tionghoa dengan membuat makanan yang disebut bakcang. Sebuah makanan dari beras ketan yang dibungkus dengan daun bambu, yang biasanya dibikin secara bersama-sama oleh anggota keluarga yang merayakannya.

Secara umum buku ini sangat membantu bagi para pembaca yang ingin mengetahui secara sekilas mengenai budaya Tionghoa yang ada di Indonesia, walaupun ada beberapa kekurangannya seperti halnya tidak dicantumkannya perayaan Cap Go Meh dalam buku ini dan hanya membahas rumah-rumah abu yang ada di Surabaya yang sebenarnya bisa diperluas lagi ke rumah-rumah abu yang ada diwilayah lainnya. Walaupun begitu buku ini cukup layak untuk dijadikan koleksi dan rujukan untuk menambah khazanah pengetahuan umum kita mengenai budaya Tionghoa. Sebuah usaha penulisan buku yang patut dihargai karena memperkaya koleksi dan rujukan dalam bidang sastra , bahasa dan budaya Tionghoa.(hpx)

Sort:  

Wah bagus kayaknya nih kalau ada komunitas khusus untuk resensi buku dalam bahasa Indonesia, di Hive ini.

Terima kasih *)