The True Master

in #indonesia3 months ago (edited)

Pic :

Beredar meme disosial media yang menunjukan keperkasaan Presiden Jokowi. Mau tidak mau kita harus akui bahwa dia adalah seorang master. Mulai dari perhelatan walikota, gubernur DKI sampai kontestasi presiden dua kali, Jokowi selalu memenangkan pertandingan.

Dan yang paling epic adalah ketika dia menjagokan putra sulungnya menjadi cawapres. Cawapres jika dalam sebuah kerajaan adalah putra mahkota karena jika presiden berhalangan maka cawapres akan secara otomatis menggantikanya.

Kepiawaian dia merangkul untuk memperoleh kemenangan tak perlu dipertanyakan lagi. Jika ada orang yang mengatakan curang maka ketahuilah bahwa politik adalah perebutan kekuasaan. Dengan apa kekuasaan itu diraih maka dia adalah pemenangnya. Bagaimana jika tidak ada sistem perpolitikan dalam bentuk demokrasi seperti sekarang ini. Yang terjadi adalah perang saudara seperti jaman Majapahit dan biayanya tentu lebih mahal.

Jokowi adalah seorang tokoh yang sangat luar biasa. Dia mampu memainkan orkestra dari instrumen hukum dan perangkatnya untuk memuluskan tujuanya. Kelompok lawan yang selalu menggaungkan agama masih terus berkutat dengan kata"jujur". Padahal dalam prakteknya mereka juga gak jujur -jujur amat.

Yang jelas, lawan politik Jokowi kalah dalam memainkan strategi. Seorang politisi Jawa yang santun tak mudah terprofokasi menjadi sebuah bukti kematangan mental seorang pemimpin. Bagaimana tidak, hampir setiap hari di sosmed bahkan di TV nasional, Jokowi dikatain bodoh, plonga-plongo dan segala label yang merendahkanya, namun dia hanya menanggapinya dengan senyuman.

Dia memanfaatkan jabatan dia untuk bekerja. Kata penduduk di luara jawa terutama di Indonesia timur, kerja Jokowi memberikan harapan pembangunan dan pemerataan sehingga daerah mereka bisa berkembang. Oleh karena itu, pendukung Jokowi tentu menginginkan pemimpin baru yang bisa melanjutkan pembangunan yang telah dia lakukan. Jawabanya ada pada Prabowo dan Gibran. Tak ayal lagi... kemenangan Prabowo Gibran adalah kemenangan sang maestro.

Strategi yang fatal yang dimainkan kubu 03 membuat perolehan suara 03 anjlok. Sedangkan kubu 01 masih terus berkutat dengan isu agama. Ini yang ditolak oleh kelompok mileneal. Kelompok melineal bukan tak tahu agama namun mereka enggan jika segala sesuatu dikaitkan dengan kesolehan dan ketaatan.

Hal yang blunder lagi adalah sikap paslon yang merendahkan dan membuli paslon 02. Memberikan nilai 5 dan 11 dari seratus adalah sebuah penghinaan yang tak dapat diterima bagi masyarakat Indonesia. Orang akhirnya menaruh simpati kepada 02 dan hukumanya luar biasa. Mereka hanya memberikan suara dibawah 30 % sedangkan 02 meraih 58%.

Sang maestor tersenyum dan terus memperhatikan permainan apa yang akan dilakukan oleh lawan politknya. Salut untuk the true master!