ACEHNOLOGI (VOLUME III, BAB 22) ; KERAK PERADABAN ACEH

in #indonesia6 years ago

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba melanjutkan daripada pembahasan buku Acehnologi volume 2 sebelumnya, sekarang dilanjutkan dengan Acehnologi volume 3 dan pada bab pertamananya yang dibahas disini adalah tentang Kerak Peradaban Aceh. Khususnya pada bab ini lebih menjelaskan tentang bagaimana seseorang ketika mengenali suatu peradaban Aceh, dikarenakan tidak mungkin membangun suatu bangsa jika bangsa tersebut tidak memiliki kesadaran akan suatu peradaban. Ketika suatu bangsa mulai maju maka langkah awal yang diambil adalah mencari serpihan peradaban mereka sendiri, baik itu benda mati atau benda hidup. Kebanyakan sarjana menyebut ini sebagai spirit ataupun action.
Aceh sekarang ini lebih disibukkan dengan menerima sistem berfikir yang tidak lagi mengakar pada spirit ke-Aceh-an. Akibatnya ketika spirit ke-Aceh-an tidak lagi muncul, maka negeri Aceh sangat mudah untuk ditaklukkan. Walaupun secara fisik, Aceh tidak pernah berhasil dikalahkan oleh penjajah, namun secara mental, Aceh telah mengalami proses penghilangan secara sistematis sumbu dari suatau kesadaran peradaban.
Seandainnya jika bumi tidak lagi memberikan energi bagi peradaban manusia, buku ini ingin, maka dalam buku ini diharapkan akal harus mampu dipaksakan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan energi dari luar angkasa. Pada buku ini juga dijelaskan bagaimana fase-fase peradaban manusia, dengan fase pertamanya adalah manusia mampu mengontrol energi bumi dan mereka juga mampu memodifikasi cuaca hingga membuat sebuah kota ditengah-tengah samudra, sedangkan fase yang kedua adalah dimana manusia sedang memasukinya dimana manusia mencoba mengambil energinya dari bintang, sementara fase yang terakhir adalah manusia mencoba mengambil energi dari luar angkasa. Pada tahapan sekarang ini manusia masih paada fase yang pertama, sebagaimana yang dijelaskan pada buku Physic of the Future karya Michio Kaku.
Selanjutnya pada pembahasan yang ke tiga dalam buku ini menjelaskan hubungan yang dialami antara Aceh dengan pemerintahan Indonesia jarang sejaloi mesra, bibit kecurigaan pemerintah Indonesia terhadap Aceh memang sangat banyak namun pembahasan itu akan menutupi kepada pembahasan kita tentang kerak peradaban Aceh. Disini bisa kita lihat seperti Jayabaya yang merupakan manusia Jawa yang mampu membaca ataupun meramalkan suatu bencana alam dan situasi kegaduhan manusia. Oleh karena itu melihat kontek pemerintahan Indonesia hari ini, tentu saja tidak dapat diabaaikan keberadaan doktrin kosmik yang diramal oleh Jayabaya dan pengaruhnya manusia sejenis Butalocaya.
Dari penejalasan diatas saya sangat tertarik dengan pernyataan dari penulis pada bagian ini, Aceh tidak termasuk sebagai suatu sistem kosmik manusia Jawa, tetapi dalam bingkai ke-Indonesia-an Aceh merupakan satu kekuatan yang tidak bisa dikesampingkan. Jika pun orang Jawa tidak begitu mempercayai kesetiaan orang Aceh terhadap NKRI, namun orang Jawa tidak akan meremehkan kekuatan alam Aceh, walaupun orang Aceh tidak lagi mengetahui doktrin kosmiknya, namun orang-orang sejenis Botalocaya yakin betul bahwa tidak ada Aceh, tidak ada Indonesia.
Dari sekian pembahasan diatas bisa kita simpulkan bahwa, kajian ini memperlihatkan tentang bagaimana perkembangan terkini yang dialami manusia terhadap bumi, dimana manusia selalu berupaya mengambil energi yang bersumber dari bumi, hingga energi yang terkandung dalam bumi telah sirna maka upaya yang dilakukan manusia pada fase ketiga ialah mencoba mengambil energi yang ada pada luar angkasa, yang kedua adalah yang dapat disimpulkan bagaimana jati diri yang terkandung pada masyarakat Aceh yang mampu membangkitkan semangat perjuangan pada garda terdepan di nusantara, adapun spirit yang ditemukan disini adalah pada bidang budaya, Islam dan ilmu pengetahuan. Dan yang terakhir pada kajian ini ialah diperlihatkan juga bagaimana membangkitkan kembali peradaban Aceh ditengah kepungan kekuatan spiritual dari peradaban lainnya yaitu Jawa dan Barat.
Dalam hal ini Acehnologi ingin menyampaikan fungsi keilmuan dari khazanah peradaban Aceh kepada generasi masa kini, oleh karena itu mempertahankan tradisi adalah salah satu upaya bagaimana melakukan negosiasi terhadap dominasi peradaban lain di Aceh.