the widow of the flower is trapped/ Janda Kembang Terjebak Pilu

in #indonesia6 years ago (edited)

by : @orin.jani

Situations like this are never imagined by Astuti. Go quietly leaving the homeland, parents, and extended family in the village to become Transmigrant and start a new life in the interior of Gayo Luwes. Three years after Astuti started his life there, Mukhlis came to ask for her hand. Just a letter sent this widow to the village, telling her that she will marry the man of her choice, after which the parents and family in the village just crying longing, because Astuti who never again sent news all his life.

star2x_tulek_0702_husbandcheat.PDF-e1454764107963-770x470-580x400.jpg

foto by star2.com

Two years later, little babies are born in the middle of their family. They named Rani. Of course this adds more happiness in marriage. A month later, in this happy situation, Mukhlis never came home. The news spread, Mukhlis was killed because he was considered a dissident. Gayo Luwes condition when their first child was born was heating up. It started because there was a dispute on the division of land with the next village. At that time Mukhlislah the hardest person in defending the rights of the villagers.
"Mukhlis was kidnapped, his flesh was like an animal, his ears broke," said one of the youths in the village.
Hearing the news, Astuti seemed to disbelieve. Two days he was unconscious in ICU Hospital room. Mbok Minah, Astusi's next-door neighbor who took care of Rani during Astuti's illness. In the days that followed, Astuti's condition got worse. Doctors diagnose Astuti should be transferred to Mental Hospital, because it has been a month no change when healing. Even loves to talk, crying longs, and laughing happily alone.
After Mukhlis disappeared, the villages were quiet. Very tense when it comes night. The next inhabitants are rampant with their arrogance. Burning people's homes, kidnapping people who are considered dissidents. Taken to the forest then killed. Including Minah mbok as it is considered to still take care of baby Mukhlis, their enemy. The fields were all chopped down. Palm, areca nut, palawija, coconut, which at that time will harvest, they are grazed with greed. Until one by one the villagers lost their lives, without thinking of their property again.
No one has ever visited Astuti, when Astuti was transferred to Zainal Abidin Mental Hospital, Aceh. Fortunately, the cost of treatment in Aceh is free for those on the poverty line. Seven years later, Astuti returns to normal. All his memory is re-recorded. This time, certainly different. Astuti has been steadfast and able to accept the situation, including what has happened to her husband first. The goal is now only one, hopefully he can still meet with his son Rani.thelma_1206_jpg-770x470.jpg

foto by star2.com

continued

Oleh : @orin.jani

#####Situasi seperti ini tak pernah terbayangkan oleh Astuti. Pergi diam-diam meninggalkan tanah kelahiran, orang tua, dan keluarga besar di kampung untuk bisa menjadi Transmigran dan memulai kehidupan baru di pedalaman Gayo Luwes. Tiga tahun setelah Astuti memulai kehidupannya di sana, datanglah Mukhlis untuk meminangnya. Hanya sepucuk surat yang dikirimkan janda kembang ini ke kampung, mengabarkan kalau dia akan menikah dengan lelaki pilihannya, setelah itu orang tua dan keluarga di kampung hanya menangis rindu, karena Astuti yang tak pernah lagi berkirim kabar sepanjang hidupnya.
#####Dua tahun kemudian, bayi mungil lahir di tengah keluarga mereka. Mereka beri nama Rani. Tentu hal ini semakin menambah kebahagiaan dalam berumah tangga. Selang sebulan kemudian, dalam situasi bahagia ini, Mukhlis tidak pernah pulang. Kabar merebak, Mukhlis mati dibunuh karena dianggap sebagai pembangkang. Kondisi Gayo Luwes saat anak pertama mereka lahir memang sedang memanas. Bermula karena ada sengketa pembagian lahan dengan kampung sebelah. Waktu itu Mukhlislah orang yang paling keras dalam mempertahankan hak-hak penduduk kampungnya.
#####“Mukhlis diculik, dagingnya disayati seperti binatang, kupingnya putus,” kata salah seorang pemuda yang ada di kampung itu.
#####Mendengar kabar itu, Astuti seolah tak percaya. Dua hari dia tak sadarkan diri di ruang ICU Rumah Sakit. Mbok Minah, tetangga sebelah rumah Astusi yang menjaga dan merawat Rani selama Astuti sakit. Hari-hari selanjutnya, keadaan Astuti semakin memburuk. Dokter mendiagnosa Astuti harus di pindahkan ke Rumah Sakit Jiwa, karena sudah sebulan tidak ada perubahan saat penyembuhan. Bahkan suka berbicara, menangis rindu, dan tertawa bahagia sendiri.
#####Setelah Mukhlis hilang, kampung-kampung berubah sunyi. Sangat mencekam bila datang malam. Penduduk sebelah merajalela dengan pongahnya. Membakar rumah-rumah penduduk, menculik orang-orang yang dianggap pembangkang. Di bawa ke hutan lalu dibunuh. Termasuk mbok Minah karena dianggap tetap merawat bayi Mukhlis, musuh mereka. Ladang-ladang habis dicacah. Sawit, pinang, palawija, kelapa, yang pada waktu itu akan panen, habis diraup mereka dengan rakusnya. Sampai satu persatu penduduk kampung hilang menyelamatkan diri, tanpa memikirkan harta mereka lagi.
#####Tidak seorangpun yang pernah menjenguk Astuti, saat Astuti di pindahkan ke Rumah Sakit Jiwa Zainal Abidin, Aceh. Untunglah biaya pengobatan di Aceh gratis bagi mereka yang berada di garis kemiskinan. Tujuh tahun kemudian, Astuti kembali normal. Seluruh memorinya terekam ulang kembali. Kali ini, tentu berbeda. Astuti sudah mulai tabah dan bisa menerima keadaan, termasuk yang sudah terjadi pada suaminya dulu. Tujuannya sekarang hanya satu, semoga dia masih bisa bertemu dengan anaknya Rani.
BErsambung...
Mohon penulis senior dikomen fiksi ini yaa @ayijufridar, @masriadi, @arafatnur

Sort:  

Masih panjang ya.. Masih adakah tujuan2 lainnya...seperti
"Tujuannya sekarang hanya satu, semoga dia masih bisa bertemu dengan anaknya Rani"

Masih kak.. tunggu ya kelanjutanya. 😊

Masih kak.. tunggu ya kelanjutannya.