Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia di tahun-tahun 40-an yang gawat, mungkin saja Aceh sebagai negara berdaulat tinggal sedikit kekuatan. Setelah berperang gagah berani melawan Belanda yang puas menjajah nusantara. Aceh mungkin lelah saat itu. Indonesia, dimotori orang muda bangkit menggerakkan perlawanan yang termasuk canggih antara diplomasi, kekuatan senjata dan struktur wacana intelektual yang menyadarkan. Kombinasi itu semua menciptakan atmosfer kesadaran yang militan di tingkat rakyat bawah. Orang berbondong-bondong berdiri dalam barisan yang dikepalai Soekarno dan Hatta.
Gelombang revolusi itu di Aceh disambut gempita. Soekarno hadir ke Banda Aceh dalam satu jamuan makan malam di atjeh hotel, beliau meminta sumbangsih rakyat Aceh untuk turut serta membantu perjuangan dengan memberi pesawat terbang. Jamuan makan malam itu kelak di sebut 'makan malam penuh dusta'. Seperti judul novel Puthut EA.
Saya menggambar ilustrasi ini dengan sedikit baca-baca sejarah dan subjektifitas pribadi memandang kejadian itu. Sebagai karya seni rupa, saya tetap berdiri pada narasi yang terbangun dari apa yang saya serap. Bacaan, cerita orang tua dahulu dan cara generasi kami memandang fakta itu.
Gambar ini awalnya pesanan seorang kawan. Tapi, ini masih dalam bentuk konsep dasar yang akan berubah mengikuti imajinasi dan tingkat humoritas yang terkandung du dalamnya.
Mari memandang sejarah dengan sedikit imajinatif.
Salam senin
@paskadom