Hanya Semalam di Surabaya

in #indonesia5 years ago

Sabtu, 17 November 2018, itu sekira dua hari lalu. Oleh satu keperluan, aku pun punya kesempatan untuk berkunjung ke Surabaya dimana Festival BeKraf berlangsung. Seluruh kegiatan dipusatkan di Grand City. Pun ada beberapa pengalaman baru yang saya peroleh dari kunjungan itu. Nanti, sekelumit akan saya kisah dalam paragraf-paragraf di bawah.

Saya tiba di Surabaya hampir jelang tengah malam, saya yang baru pertama kesana diinapkan oleh panitia di Garden Palace Hotel, kamar 2016, lantai 20. Kebetulan sekali saya sekamar dengan Yani, film maker yang sudah cukup dikenal namanya oleh komunitas pegiat film di banyak daerah. Itu artinya, saya bisa banyak bertukar pikiran untuk menimba ide-ide baru.

Sesuai jadwal, saya baru ke lokasi kegiatan pada esok harinya. Saya datang sendiri diantar oleh Grab. Jalanan lumayan macet, apalagi jalan menuju ke lokasi kegiatan. Di luar pagar Grand City, suara riuh samar-samar sudah terdengar. Langkah semakin kupercepat agar tidak telat. Rencana aku akan berkumpul dengan teman-teman di site CID yang mengawal kegiatan Komunitas Film Bergerak (Konfig).

Tidak lama setelah aku tiba, dua undangan lain dari Jayapura pun tiba, Stevi dan Muhammad Khalid alias Nano. Sebenarnya semalam kami sudah saling kenal, itu sewaktu kami menikmati nasi rawon yang dijaja di depan penginapan. Tujuan mereka ke lokasi juga sama, yakni untuk berbagi informasi terkait kegiatan komunitas film di daerah.

Dalam diskusi yang dilaksanakan lepas siang itu, dipandu oleh Mbak Chandra, ada juga Mbak Rita dari BeKraf. Pun disana aku ketemu dengan artis tempoe doeloe, Ria Irawan. Hingga akhir sesi, diskusi kecil itu berjalan sederhana dan santai saja.

Usai diskusi, aku berkeliaran untuk menyaksikan lebih dekat seluruh kegiatan yang hadir dalam festival. Sejenak aku menikmati suasana di dalam gedung. Ada penjual kopi, dan aku kebagian seseruput kopi gratis dari Simalungun. Lalu kususuri jalan menuju pintu keluar, sejenak aku terpana dengan karya seni pohon kering yang dibuat dari besi-besi bekas. Dari keterangan dapat kutahu kalau itu karya terinspirasi dari sebatang pohon yang mati karena tragedi Lapindo.

Usai dari dalam, aku melangkah ke outdoor. Pun disana ada ragam kegiatan kreatif yang disupport BeKraf. Perkiraan kasarku, ada seratusan kegiatan yang tersebar di dalam area festival. Satu persatu kucoba nikmati tanpa lelah, sesekali aku berdiri, menanyakan apa saja yang menurut ku perlu. Tak lama, aku berjalan lagi untuk memuaskan mata dengan segala kreasi anak bangsa.

Hari sudah jelang sore, aku masih disana dengan Nano dan Stevi. Sejenak kami melepas lelah sembari menikmati masakan Manado. Kami duduk di bangku kayu yang tak jauh dari panggung musik. Beberapa band mulai menunjukkan aksinya, walau tidak kukenal, tetap kunikmati saja. Pun ada band yang pernah aku dengar, seperti Netral, Andra and The Back Bone, Silampukau, sayang sekali mereka sudah perform sebelum aku tiba.

Itu hari terakhir festival digelar, kurasa belum semua dapat kami nikmati dengan rasa puas. Tapi, kami harus kembali ke penginapan dan makan malam. Karena esok pukul 04.00 WIB segera pula kami harus ke Bandara Juanda. Selamat tinggal Surabaya.

@pieasant

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq