Sistem Kebudayaan Aceh (III:25)

in #indonesia6 years ago

image (sumber foto: kemendikbud.go.id)

Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai jejak budaya Aceh yang berasal dari leburan berbagai peradaban negara-negara di dunia yang telah singgah di Aceh. Dalam bab ini, dikupas tentang kebudayaan Aceh. Studi ini mengupas kemampuan manusia Aceh menciptakan, merekayasa dan mempertahankan sistem kebudayaan.

Dalam konteks ini, penulis memunculkan tiga konsep mengenai kemampuan manusia Aceh di dalam memunculkan kebudayaan yaitu : I (saya), being (keberadaan) dan action (aksi) (hal 805). Berikut saya uraikan sebagi contoh dari ketiga konsep tersebut :

  1. Kata lon yang berarti saya. Persoalan mengenal 'saya' bagi orang Aceh sangatlah penting karena dikaitkan dengan pemahaman orang Aceh mengenai memfungsikan islam di dalam kehidupan mereka. Orang Aceh menganggap untuk kenal diri, tahu diri, arah diri, posisi diri dan menampakkan diri perlu pendalaman islam, mulai syari'at, hakikat, hingga makrifat. Setelah itu baru mereka berani menyebut lon (saya).

  2. Keberadaan dapat diartikan dengan na. Dengan demikian, keberadaan saya dapat diterjemahkan na lon. Di sini, kata na (ada) yang pada mulanya berkaitan dengan wujud (being) berubah menjadi sesuatu yang metafisika. Kata na memiliki padanan kata yang tepat.

  3. Dalam bahasa Aceh dikenal dengan istilah timang (sejajar). Di sini dipahami bahwa budaya orang Aceh selalu bertujuan menyeimbangkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan sesama manusia. Karena itu, apapun aktivitas kebudayaan, tidak boleh menyalahi aturan Tuhan, tida boleh merusak alam dan meretakkan hubungan sesama manusia. Di sini muncul kesadaran kolektif masyarakat Aceh untuk memfungsikan semua daya pemikiran, supaya tidak membuat aturan-aturan yang melawan ketiga hal tersebut. Jika dilanggar maka tidak akan seimbang, maka para endatu sering mengeluarkan haba peuingat bahwa akan muncul kehancuran. Struktur sosial masyarakat Aceh yang seimbang adalah ketikan aturan Tuhan dilaksanakan. (hal 810)

Dalam tradisi berpikir orang Aceh, telah ditemukan ketiga konsep tersebut. Di dalam upaya ini tampak mereka selalu mengaitkan antara mengenal diri sendiri dengan mengenal pencipta.