Lagi-lagi aku selalu di ingatkan oleh rekan diskusi bahwa kami ada janji untuk menyeruput kopi bareng malam yang bagi sebagian kaum jomblo adalah malam panjang ( Malam Minggu ).
"Baiklah Bang, sekitaran jam 10 aku sampai, karena ini masih dengan rekan-rekan'' Aku balas pesan Whatappsnya, singkat.
Sudah sering kali kami mengatur waktu, namun malam ini baru ada diluangkan waktu oleh sang pemilik waktu mempertemukan kami, dan sang pemilik ingatan tidak membuat rekan ku lupa untuk memberi ingatan padaku bahwa kami ada janji diskusi malam ini.
Pada dasarnya memilik rekan adalah bagian dari kesenangan bagi diriku, malahan aku berteman dengan siapanpun mereka, aku tidak terlalu memasalahkan latar belakangnya, itu aku anggap adalah urusannya, karena aku belajar dari setiap mereka yang aku kenal.
Jika ada yang nanya mengapa begitu, aku jawab sederhana "Kita ini harus berlaku adil pada diri dan semua, kita juga harus mengenal dan baik kepasa setiap golongan".
Terlambat sekitar lima menit aku sampai di caffe yang di janjikan, meski begitu mereka memaklumi, selain alamatku agak tidak dekat dengan caffe yang kami sepakati untuk menjaga nalar berdikir ( Diskusi ), juga dingin udaranya dataran tinggi tidak mengijinkan diri ku melajukan sepeda motor dengan kecepatan diatas rata-rata.
"Semoga dengan di mutasikannya para pejabat itu, mampu memberi warna baru bagi daerah ini" Celutuk seorang rekan diskusi ku, kulitnya sawo matang nampak terang efek cahaya lampu caffe.
"Itu harapan bagi setiap kita rakan, setidaknya mereka paham atas jabatannya" Di sambar rekan ku lainnya.
"Paham?" Kata anggota kami satu lagi "Paham gimana maksud ente, sebagian tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, mau tidak mau dia harus mulai dari Nol, kayak ngisi bensin di SPBU" Sembari tertawa lebar dia berkata, hingga membuat kami ketawa juga.
"Aku kira mereka paham atau tidak, dan mau tidak mau itu inginnya kepala daerah, aku kira sudah di pertimbangkan olehnya, kalau tidak, kita do'akan semoga mereka bukan dari pencipta masalah" Giliranku mengutarakan isi kepala.
"Nah, sepakat" Mereka kompak.
"Sejak kapan, kalian kompak, biasanya selalu ada kontra?" Aku kaget, biasanya mereka selalu kontra atas pemikiranku.
"Itu mah realita bung" Jawab salah satu dari mereka.
"Kopinya bang" Kata pelayan caffe yang sudah sampai membawa empat gelas kopi, satu Sanger dan tiga gelas lainnya Black ekspresso.
"Terima kasih bang" Jawab kami kompak.
Aku senyum menyaksikan tingkah kami, karena sulit sekali kami kompak dalam hal apapun, entah kenapa malam ini, kompaknya seru.
Instagram : @sadramunawar
Your post had no rewards, now it does!