KEMUNDURAN & KEHANCURAN PRRI (Tempo Doeloe)

in #indonesia6 years ago (edited)



KEMUNDURAN & KEHANCURAN PRRI

Setelah Front Sumatera dengan mudahnya digempur oleh Tentara Pusat-lantaran dilemahkan sedari awalnya oleh para pemimpin militer seperti Letkol Barlian yang mundur, dan para komandan batalyon yang mengkhianati Ahmad Husein, dan terutama akibat politik AS yang dengan gampangnya beralih memihak kepada musuh kami. Pusat segera mengerahkan konsentrasi dan kekuatan penuh terhadap kami di Indonesia Timur. Dan lantaran tidak optimalnya lagi bantuan AS, dalam hal ini yang terlanjur kami andalkan yaitu kekuatan udara, maka wilayah-wilayah Indonesia Timur yang kami kuasai pun jatuh ketangan pusat. Kalimantan Timur, Halmahera, sampai Sulawesi Tengah dan kemudian Gorontalo, semua jatuh ketangan tentara Pusat. Pusat PRRI kami pindahkan dari Sulawesi Tengah ke Sulawesi Utara dengan Joop Warouw sebagai pemegang pucuk pemerintahan. Teman-teman di Sumatera sudah tidak bisa diharapkan lagi, mereka kini hanya bergantung asa perjuangan kepada kami di Indonesia Timur. Tapi sekarang, Front Timur pun dihantam habis-habisan oleh Tentara Pusat.

Sekarang Terbalik, Kami yang Dikepung
Penyerbuan Tentara Pusat ke tanah Minahasa pada pertengahan Juni 1958 ini secara besar-besaran. 17 Kapal Perang dan pengangkut pasukan dikerahkan, diantaranya KRI Gjajh Mada, KRI Hasanuddin, KRI Pattimura, dan KRI Pati Unus. Panglima tempurnya adalah Rukminto. Tapi pemimpin armada laut adalah John Lie. Dia menjadi arsitek dan pengarah seluruh pendaratan. Tentara Pusat mulai mengepung posisi-posisi kami.

Sejak tanggal 8 Juni, selama seminggu, kapal-kapal perang yang dipimpin oleh John Lie terus menerus menembaki kota Manado. Tangki-tangki besar penampungan minyak di pantai Pondol hancur dan terbakar habis. Masyarakat mengalami krisis bahan bakar minyak. Untunglah teman kami di Kalimantan Timur, Letkol Hartojo, simpatisan gerakan kami, cepat turun tangan membantu. Dia mengirim 1 kapal tanker penuh muatan minyak untuk kepentingan bahan bakar PRRI di Manado.

Sambil dengan gencar menembaki kota Manado dari laut, diam-diam pauskan RPKAD mendarat dipesisir sebelah utara kota Manado. Sedang dari pantai Minahasa Utara, di Kema, pendaratan dilakukan oleh Batalyon Pendarat KKO.

Saya memimpin langsung perlawanan di Minahasa Utara. Pasukan kami hanya terdiri dari pasukan Nyong Rompas, Kompi Sumakud dan Tentara Pelajar (CTP) yang dipimpin oleh Martin Rintjap. Tentara pusat mengalami hambatan didaerah ini, pasukan PRRI bertempur luar biasa. Duel infanteri, kemudian mundur, maju lagi, duel lagi, kadang-kadang duel artileri mewarnai pertempuran disini. Korban berjatuhan dikedua belah pihak. Sejengkal demi sejengkal Tentara Pusat maju, sejengkal demi sejengkal pula kami mundur. Dalam suatu duel infanteri, saya kena peluru di kaki. Mundur sebentar buat pengobatan, kemudian maju lagi ke front. Ketika itu, Tentara Pusat sudah mencapai Airmadidi, pasukan saya bertahan di Kolongan. Musuh sampai ke pertahanan kami, kembali duel artileri terjadi, kemudian disambung dengan duel infanteri. Maju, mundur, kemudian maju lagi. Saya melihat luar biasa anak-anak kami berjuang menahan serbuan pasukan elit tentara Pusat. RPKAD, KKO, Batalyon Siliwangi, Batalyon Brawijaya ditahan berhari-hari di front ini. Kemajuan Tentara Pusat sangat lamban. Padahal, area pertempuran adalah jalan raya yang lurus-lurus saja. Masuk seminggu, Tentara Pusat menambah bala bantuannya, tapi tetap saja mereka hanya dapat maju 25km dalam 10 hari! Selain RPKAD dan KKO, pasukan Tentara Pusat yang terbesar adalah dari Brawijaya, ditambah lagi dari Hasanuddin, Diponegoro, dan Siliwangi. Tapi, pasukan kami masih dapat membendung serbuan mereka. Selama PRRI-Permesta, disinilah, di Gunung Potong ini, pertempuran terbesar, paling sengit, dan paling banyak meminta korban dari kedua belah pihak.

Setelah bobolnya pertahanan pantai, 26 Juni 1958 Manado diduduki Tentara Pusat. Pasukan kami berundur ke arah kantong-kantong gerilya yang sudah dipersiapkan. Tidak terjadi bumihangus terhadap kota Manado oleh pasukan kami. Biarlah kota Manado diduduki, yang penting Pineleng, Warembungan dan sekitarnya dijaga, tidak boleh tembus. Saya sempat mendirikan Posko sementara di Koka, dirumah Eddy Lapian, komandan CTP yang selalu berada di front depan dalam setiap pertempuran.

Pusat pemerintahan dan pertahanan kami sekarang di kota Tomohon. Akses dan jalur yang menuju kota Tomohon kami jaga rapat. Jalur Manado-Tomohon kami potong di Pineleng. Dari Pineleng, pasukan-pasukan kami seringa masuk kota Manado dimalam hari untuk menyerang pos-pos Tentara Pusat yang berkubu didalam kota. Tentara Pusat didalam kota Manado mengandalkan tembakan-tembakan meriam artileri untuk menghujani pengunduran, dan mengebom kantong-kantong oauskan kami seperti di Pineleng, Koka, dan Lota. Serbuan pauskan-pasukan PRRI ke kota Manado disambut dengan hantaman artileri meriam. Banyak yang gugur terhantam meriam Tentara Pusat, sisanya yang masih hidup ditawan. Namun Tentara Pusat tidak berani mengejar sampai ke Tomohon, akibat kuatnya basis pertahanan PRRI yang dibangun. Garis pertahanan kami dari Pineleng sampai Waarembungan sangat kokoh dan tidak bisa ditembus oleh Tentara Pusat, hinggalah kami tinggalkan sendiri menjelang akhir Agustus 1958 sebab tidak berguna lagi sejak Tomohon jatuh ketangan Tentara Pusat akibat pengkhianatan yang memalukan.

Pertengahan Juli 1958, pasukan Tentara Pusat mengerahkan kekuatan besar untuk merebut Tondano. Melalui Airmadidi dan Tanggari. Serbuan mereka disambut oleh perlawanan keras oleh pasukan kami. Kembali duel-duel berlangsung seru. Setelah seminggu pertempuran sengit, Tondano kemudian jatuh ketangan Tentara Pusat.

Lapangan Terbang Mapangat dengan mudahnya dikuasai oleh Tentara Pusat, karena memang sudah kami kosongkan. Dalam pertempuran sengit antara CTP pimpinan Martin Rintjap dan RPKAD di daerah ini , Kopral Toegiman dari RPKAD gugur, 2 lainnya tertawan. Kemudian oleh Tentara Pusat lapangan tempat terjadinya pertempuran dinamakan Lapangan Toegiman, untuk mengenang prajurit RPKAD tersebut.

(Memoar Ventje HN Sumual )

Sort:  

Mantap

Siap, terima kasih pak guru

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by smartlip from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.