Tertiblah Berbahasa Indonesia! (10)

in #indonesia6 years ago (edited)

Tentang Berahi, Khayal, dan Takhayul

Postingan sahabat kita semua, @razack-pulo, tadi malam berjudul "Rahasia Laila # 1: Jingkrak Kuda di Langit" telah menginspirasi saya untuk membuat catatan kecil tentang kekeliruan berbahasa berikut ini yang kerap terjadi tanpa kita sadari.

Saya cuplik nukilan Bung @razack-pulo berikut ini dari...Jingkrak Kuda di Langit:

Barangkali ini malam yang tepat menyatakan lagi rinduku padamu, Laila. Setelah sekian lama aku tak merangkai sebait kata pun kepadamu. Tahukah engkau, enam minggu lalu saat di Bengkulu, seolah aku melihatmu di langit Pantai Panjang, di sore yang benderang. Kala itu, langit tampak biru-keemasan menjelang ia hanyut dalam mimpi-mimpinya. Awan gemawan yang menyangganya berpola serupa kuda, dan ya aku merasakan kehadiranmu saat engkau sibuk kendalikan “kuda-kuda itu”. Mereka berjingkrak, tampak liar tapi mereka kegirangan, penuh hawa nafsu dan birahi.

Seolah-olah tak ada kata yang salah dalam paragraf panjang yang puitis itu. Tapi bagi rekan yang jeli, pastilah akan menemukan satu kata yang salah tulis pada teks di atas.

Kekeliruan itu semakin nyata ketika rekan kita lainnya, Bung @jkfarza, mengomentari postingan @razack-pulo sbb:

Mereka, para cules Itu berjingkrak, bersorak pembohong, wajah mereka kegirangan, penuh nafsu, hawa nafsu dan birahi, gol demi gol disarangkan Messi ke gawang Madridi.

Kata apa sebetulnya yang konsisten salah dalam postingan @razack-pulo maupun komentar @jkfarza di atas?

Ya, jawabnya adalah kata birahi!
Kata ini bukanlah bentuk yang baku. Bentuk bakunya justru berahi. Saya tak salahkan Dokter Razack dan Advokat Jkfarza ketika salah menulis berahi. Saya pun pernah salah tulis tujuh tahun lalu. Itu karena, terlalu percaya pada senior saya di media dan lagi pula dia seorang sastrawan. Sering kali dia perdengarkan kepada kami di kantor satu frasa yakni 'birahi politik' terkait teman-teman jurnalis yang kemudian meninggalkan profesinya, lalu beralih jadi caleg atau cabup. "Ya, biarlah mereka beralih profesi, karena birahi politik mereka lebih besar dibanding birahi jurnalistiknya," begitu mantan senior saya di kantor pernah berucap.

Sama seperti si pengucap kalimat itu, maupun Bung Razack Pulo dan Jkfarza, saya pun mengira kata birahi itu sudahlah tepat. Tapi tujuh tahun lalu saat membolak-balik KBBI edisi IV tahulah saya bahkan kata yang benar untuk itu adalah berahi, bukan berahi. Maknanya adalah sangat suka; sangat tertarik; atau perasaan cinta yang muncul antara dua orang yang berlainan jenis kelamin.

Saya kemudian lega ketika KBBI edisi V versi daring diluncurkan, di sana dimuat versi kata baku birahi adalah berahi.

Tapi saat tujuh tahun berselang saya mendapati dua steemian kelas atas masih menggunakan kata birahi, saya merasa terpanggil untuk mengoreksinya. Semoga tak ada yang tersinggung dan kehilangan berahi terhadap ulasan saya ini.

Nah, terinspirasi dari kejadian di atas, berikut ini saya sertakan daftar kata yang paling sering ditulis salah oleh pengguna bahasa Indonesia berdasarkan amatan saya selama 28 tahun jadi wartawan dan 25 tahun menjadi editor di sebuah surat kabar di Aceh. Ini dia:

  • aliyah, seharusnya aliah

  • anda, seharusnya Anda (sapaan langsung)

  • bahulak atau bahuela, seharusnya baheula

  • bludak, seharusnya beludak atau membeludak

  • bronjong, seharusnya beronjong

  • cengkeh, seharusnya cengkih

  • di buka, seharusnya dibuka

IMG-20180524-WA0009.jpgPapan amaran mitigasi bencana di Jalan Tgk Daud Beureueh, Banda Aceh. (Kata dibuka tertulis salah, di buka)

  • Dzat, seharusnya Zat (untuk Tuhan)

  • fadhilah, seharusnya fadilat

  • fikir, seharusnya pikir

IMG-20180524-WA0008.jpg

  • hadits atau hadist, seharusnya hadis

  • hapal, seharusnya hafal

  • hayal, seharusnya khayal

  • horison, seharusnya horizon

  • horisontal, seharusnya horizontal

  • ijin, seharusnya izin

  • ilmuan, seharusnya ilmuwan

  • ilahi, seharusnya Ilahi

  • Ilahiat, seharusnya ilahiah

  • Islami, seharusnya islami

  • jadual, seharusnya jadwal

  • jahannam, seharusnya jahanam

  • jaman, seharusnya zaman

  • jerigen, seharusnya jeriken

  • kadaluarsa, seharusnya kedaluwarsa

  • kaffah, seharusnya kafah

  • khasanah, seharusnya khazanah

  • klas, seharusnya kelas

  • ke-Aceh-an, seharusnya keacehan

  • ke-Indonesia-an, seharusnya keindonesiaan

  • kelender, seharusnya kalender

  • kwitansi, seharusnya kuitansi

  • magazin, magazine, seharusnya magasin

  • nafas, seharusnya napas

  • nahkoda, seharusnya nakhoda

  • obyek, seharusnya objek

  • otentik, seharusnya autentik

  • otobiografi, seharusnya autobiografi

  • plat, seharusnya pelat

  • projek, seharusnya proyek

  • sekedar, seharusnya sekadar

  • sertipikat, seharusnya sertifikat

  • standarisasi, seharusnya standardisasi

  • subyek, seharusnya subjek

  • tahta, seharusnya takhta

  • tahyul, seharusnya takhayul

  • toge, seharusnya tauge

  • toke, seharusnya tauke

  • tauco, seharusnya taoco

  • pergedel, seharusnya perkedel

  • Qur'an, seharusnya Quran

  • Qurani, seharusnya qurani

  • quorum, seharusnya kuorum

  • quota, seharusnya kuota

  • semeraut/sembraut, seharusnya semrawut

  • sunat atau sunnah, seharusnya sunah

  • tennis, seharusnya tenis

  • ummat, seharusnya umat

  • yunior, seharusnya junior

Demikian, terima kasih.

Sort:  

Sudah baca.

Kalau @abu.teuming sudah baca, ya baguslah. Tinggal diterapkan saja.

Biak Pak. Kalau tidak menerapkan, berarti sudah lupa apa yang pernah dibaca. Hehe

Luar biasa.
Ternyata selama ini saya juga sering keliru tentang penggunaan kata berahi yang sering saya tulis birahi.
Terima kasih untuk ilmu barunya, Pak. Sangat bermanfaat.

Gpp salah menulis berahi @nuryriana. Itu tak begitu mengkhawatirkan dibanding salah salur.

Berapa pun atau berapapun bang????

Mohon arahan.

Berapa pun yang benar karena pun di situ tak berkedudukan sebagai partikel, tapi justru bermakna juga (also kalau dalam bahasa Inggris).
Hanya kata-kata berikut ini yang penulisan pun-nya digabung:

Dalam EYD, partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluhinya, kecuali untuk kelompok yang lazim dianggap padu. Kata-kata tersebut adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
Di luar kata-kata tersebut tentu saja penulisannya dipisah alias tidak serangkai.


Niat saya bab ini akan saya bahas tersendiri di edisi berikutnya. Tapi karena sudah ditanyakan ya...saya posting sekarang saja. Hehe

Ooooo...begitu bang. Terima kasih sudah menjelaskan dengan rinci, meski niat awal ingin abang posting. Hehehehee

Wow.. luar biasa pencerahan hari ini. Alhamdulillah dapat ilmu lagi, terima kasih banyak atas masukannya. :)

Postingan Dokter @razack-pulo selalu menarik dan rapi bahasanya. Pengalaman pernah aktif di FLP sangat membantu. Saya hanya menyisir bagian-bagian kecil yang mungkin abai saat pengetikan. Di FAMe pun begitu cara kami memperkecil kesalahan ejaan. Semoga berkenan.

Terima kasih pak atas masukannya.
Sangat berkenan :)

Dari kata-kata yang diuraikan di atas, sering kita jumpai, bahkan di media bahkan buku sekalipun. Terima kasih paparannya, Pak.

Terima kasih, Pak Guru Yarmen 😊👍

Sama-sama @dyslexicmom. Semoga ke depan semua disleksia dan amnesia kebahasaan kita pulih.

Haha benar sekali, Pak. Para disleksik seperti Aini harus dekat-dekat Pak Guru Yarmen agar coping strategy-nya lebih mumpuni. Kalau kami melakukan kesalahan yang sama, agaknya jangan sungkan 'menjitak' dengan ulasan-ulasan yang bernas serupa di atas.

Sangat bermanfaat.

keren bang @yarmen-dinamika, terima kasih ilmunya.

Wah, alhamdulillah. Rupanya @dediiskandar sudah aktif di Steemit juga. Kita gapai kebahagiaan bersama di sini.

"begitu mantan senior saya di kantor pernah berucap"

Berulang kali fokus saya tertuju ke kalimat tersebut. 😁

Terima kasih telah menerangkan gelapnya cara berbahasa Indonesia kami.

Banyak banget dapat ilmu baru dari kata2 di atas pak. Makasih ya pak.😊