Selera Musik dan Nalar Kritis, Benarkah ?

in #kreativ4 years ago

Bismillahirrahmanirrahim

Judul diatas terinspirasi dari bincang hangat bersama Diyus Hanafi, Jawaban yang diberikan saat ada seorang peserta seminar menanyakan kepadanya bagaimana cara meningkatkan daya kritis ? Jawabannya sederhana, Perbaiki dulu selera musikmu, telah memantik untuk dituliskan.

Siapa Diyus ?, anda boleh baca sedikit pemikirannya di link "Literasi Cinta".

Menarik untuk diulas, korelasi musik dengan daya kritis, apakah ini hanya jawaban klise ?

Ada dua sisi yang kita lihat, yang pertama adalah daya kritis dalam konteks meningkat, dan musik dalam konteks selera. Mengapa ini penting untuk di telaah, karena jelas dalam status meningkatnya daya kritis maka dibutuhkan batasan atau ambang batas sebagai titik pijik kritis itu sendiri.

Berpikir Kritis

Bicara Daya Kritis, kita mengacu pada term berpikir kritis, Michael Scriven dan Richard Paul menjelaskan dalam presentasinya di 8th Annual International Conference on Critical Thinking and Education Reform bahwasanya berpikir kritis melibatkan proses yang secara aktif dan penuh kemampuan membuat konsep, menerapkan, menganalisis, menyarikan dan mengamati sebuah masalah yang diperoleh ataupun diciptakan dari pengamatan, pengalaman, komunikasi dan lainnya.

Dari pengertian di atas, ada 2 komponen yang membentuk kemampuan berpikir kritis, yaitu :

  1. Kemampuan untuk menghasilkan dan memproses informasi atau kepercayaan.
  2. Kebiasaan, dengan berdasarkan komitmen intelektual.
Selain itu, Matindas menyampaikan berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran suatu pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan.

Sehingga dalam tulisan ini dalam konteksnya menjadi pembuktian salah satu upaya berpikir kritis itu sendiri.

Dari berbagai referensi yang bisa anda temukan, berpikir kritis merupakan proses menjadi sesuatu yang baru dari sekedar berpikir memilah fakta atau hoaks, memberi batasan antara kenyataan atau fantasi, sedekat dengan metode dialektika Filfasat Hegel yaitu tesis, antitesis dan sintesis.

Dalam merumuskan apakah seseorang sudah di tahap berpikir kritis, maka ilmuwan mencoba memetakan karakteristiknya, tahapan pencapaiannya dan metode yang digunakan.

Ranah Kritis berada di level analisis dan evaluasi, dengan ciri ciri berpikir analisis, konvergen, vertical, fokus, dan objektif dengan mengoptimalkan otak kiri.

Pendidikan Musik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik/mu·sik/ n , 1 ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinam-bungan; 2 nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu);

Sejauh ini, penelitian tentang musik didapatkan hubungan positif antara musik dengan peningkatan kemampuan kecerdasan emosional dan karakter kepribadian.

Hasil Penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh Profesor Adrian North dari Heriot-Watt University, Edinburgh, Inggris, memetakan 10 kepribadian berdasarkan selera musiknya.

Kpribadian berdasarkan selera musik
Sumber : evibig.blogspot.com

Hubungannya dengan kepribadian telah dikembangkan lebih dahulu oleh Emile Jaques Dalcroze, seorang guru musik berkebangsaan Perancis yang dinamakan Euritmik.

Euritmik adalah pendidikan tentang ritme atau irama khusus yang mengajarkan hubungan gerakan tubuh dengan musik dimana menghaluskan mekanisme tubuh, mengajari otak cara menggunakan dan mengendalikan tubuh. Olahraga yang memungkinkan raga dan pikiran memahami irama. Mempraktekkan euritmik membuat kepribadian anak anak bersifat ritmik, kepribadian yang kuat, indah, selaras dengan alam, dan taat hukum seperti ritmik.

Hubungan yang erat antara musik dan kreativitas, telah membuat kita harus melihat kembali taksonomi (klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek) dari Benjamin S. Bloom yang dibuat untuk tujuan pendidikan untuk menguji hubunganberpikir kritis dan berpikir kreatif.

Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif memiliki karakteristik generatif, divergen, lateral, menyebar, dan subjektif dengan mengoptimalkan otak kanan. Dalam Taksonomi Bloom pendidikan di susun dalam 3 hierarki, yaitu :

  1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dimensi proses kognitif secara berurut dimulai dari tahapan mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi hingga membuat/ menciptakan dan ini proses dari berpikir kritis sedangkan Dimensi Afektif berada pada tahapan Penerimaan, Tanggapan, Penghargaan, pengorganisasian dan Karakterisasi berdasarkan nilai nilai yang berhubungan dengan berpikir kreatif.

Purwa udiotomo dalam tulisannya "berpikir kritis atau berpikir kreatif, pilih mana ?" menyatakan Berpikir Kreatif adalah seni menghubungkan informasi menjadi gagasan baru dan melihat dari taksonomi Bloom, berpikir kreatif berada di level lebih tinggi daripada berpikir kritis.

Musik dan Nalar Kritis

Dalam proses berpikir simultan antara kritis dan kreatif bisa saja terjadi, dan dikotomi diantara keduanya tidak menjadikan kita harus menolak hubungan simbiosis mutualisme keduanya.

Hubungan Musik dan berpikir Kreatif adalah langsung, sedangkan Musik dengan Nalar Kritis berhubungan tidak langsung dan pernyataan "memperbaiki selera musik untuk meningkatkan daya kritis", menjadi benar dengan catatan " Selera musik bagi pemilik kecerdasan musikal".

Kecerdasan musikal mendorong berpikir kreatif yang mampu sejalan dengan kemampuan kritis, dan ini tidak terjadi pada semua orang, karena selera musik bagi kebanyakan orang hanya bermain di ranah kreatif dan belum tentu punya kemampuan bernalar kritis.

Wallahu a`qlam bishawab

 

Referensi :