Dari minus menjadi pemula Linux

in #linux6 years ago

Sampurasun,

Hai teman-teman steemit. Kali ini saya ingin berbagi pengalaman bagaimana saya akhirnya menjadi pengguna linux. Oh ya, sebelumnya saya ingin memberi tahu kalau saat ini saya menggunakan Linux Xubuntu Xenial Xerus sebagai sistem operasi laptop saya. Perjalanan saya hingga menjadi penguna Linux cukup panjang. Ceritanya berawal dari saat pertama saya membeli laptop bersama ibu saya di Bandung Electroic Center atau kita kenal dengan BEC.

Sekitar dua tahun setengah yang lalu saya, ibu, ayah, dan kalau tidak salah adik saya pun ikut pergi ke BEC untuk membeli laptop. Laptop yang akan dibeli ini rencananya dipakai untuk keperluan kuliah saya. Cukup lama kami mencari laptop yang sesuai dengan anggaran. Harga yang murah dengan spesifikasi yang cukup untuk berselancar di internet, mengerjakan tugas-tugas dasar, dan bisa dipakai untuk multimedia dan desain grafis yang ringan-ringan saja menjadi pilihan saya. Memang agak memaksa sih, tapi setidaknya kami dapatkan yang mendekati dengan keinginan.

preview.jpg

Gambar diambil dan diedit menggunakan alpikasi Picsart

Singkat cerita kami temukanlah laptop tersebut. Saat ibu saya bertanya apakah bisa langsung diinstall dengan sistem opreasinya, jawabannya "paling di bantu di 'belakang'". Dari situ saya dan ibu saya menyadari bahwa kabar install OS di di toko elektronik sudah tidak bisa lagi memang benar adanya. Ya, walaupun tidak begitu paham soal per-OS-an saya tahu kalau OS yang dipasang di Laptop maupun PC di Indonesia saat itu masih banyak yang berstatus "BAJAKAN". Beberapa minggu atau bulan sebelum kami membeli Laptop itu ibu saya mendapat kabar kalau Indonesia mulai serius menghentikan pembajakan termasuk pembajakan Sistem Operasi komputer. Ya mungkin itu sebabnya penjual menjawab dengan "dibantu di belakang".

Oke dari situlah saya mulai merasa kurang enak hati menggunakan laptop. Tapi karena saya tidak tahu bagaimana harus mendapatkan Sistem Operasi asli dan tidak mengerti masalah pasang-memasang sistem operasi akhirnya saya pun tetap menggunakan laptop saya. "Yang lain juga bajakan" mungkin begitu pembelaan yang bisa saya pakai.


Image Source

Logo Inkscape

Saat SMP dulu, saya pernah mendapat materi open source software/perangkat lunak sumber terbuka pada mata pelajaran TIK. Sebenarnya saat membeli laptop saya teringat materi itu, tapi saya belum tahu kalau ada sistem operasi yang sumbernya terbuka juga. Hingga dua tahun berlalu saya mulai memasuki masa mengenal sumber terbuka lebih dalam lagi. Pada dua tahun setelah laptop saya terbeli itu saya mendapat tugas mendesain banner untuk promosi perpustakaan. Tugas ini tentu membutuhkan perangkat lunak desain grafis. Saya dan teman-teman sekelaspun memasang salah satu perangkat lunak desain grafis dan memanfaatkan kesempatan trial perangkat lunak tersebut untuk mengerjakan tugas. Selesailah tugas kami, tapi saya masih terpikir-pikir bagaimana bila nanti saya ingin mendesain kembali sementara masa "trial" sudah habis?

Saya lupa dalam tugas mata kuliah apa, tapi setelah tugas medesain banner tersebut tugas baru datang menghampiri. Tugas yang satu ini mengharuskan saya mencari materi untuk penyelesaiannya. Selama pencaian materi, saya menemukan file ppt. di internet yang berisi perangkat lunak sumber terbuka (open source software). Di dalamnya dijelaskan tentang berbagai perangkat lunak dan aplikasi sumber terbuka yang tentunya bebas digunakan tanpa biaya atau lisensi seperti Inkscape, GIMP, dan banyak lagi (saya lupa, yang pasti ada banyak). Pembuat file juga menampilkan hasil-hasil karyanya yang menggunakan perangkat lunak dan aplikasi tersebut. Kebanyakan yang ditampilkan berbentuk desain grafis yang sangat bagus. Saya hampir tidak percaya desain-desain tersebut dibuat dengan perangkat lunak tidak berbayar. Karena kagum dengan hasil karyanya, saya pun mencoba menginstall Inkscape dan mencobanya sendiri. Dengan panca indera sendiri saya bisa merasakan Inkscape tidak kalah dari Coreldraw. Walau saya bukan desainer grafis setidaknya saya bisa menggunakan operasi-operasi dasar mendesain grafis.


Image Source

Tampilan Ubuntu Studio, Falvour ini menggunakan desktop XFCE.

Setelah itu saya mulai tertarik dengan hal-hal berbau sumber terbuka. Saat saya membaca materi perangkat lunak sumber terbuka, penulisnya selalu menyertakan ketersedian perangkat lunak sumber terbuka di Sistem Operasi Linux. Kalu tidak salah dari situlah saya mulai mengenal linux. Sebelumnya saya memang pernah mendengar atau mungkin membaca kata "linux", tapi tidak begitu peduli sehingga saya abaikan. Berbeda dengan kali ini, saya mulai mencari tahu tentang linux.

Distro linux pertama yang saya tahu adalah Ubuntu, dan yang membuat saya tertarik pada ubuntu adalah flafournya yang dikhususkan untuk multimedia yaitu Ubuntu Studio. Di dalamnya sudah terinstal paket aplikasi open source untuk mengolah audio, grafis, video, fotografi, dan publikasi. Saya berpikir inilah yang saya butuhkan; Sistem operasi dengan sumber terbuka (gratis dipakai tanpa lisensi, hehe) yang sudah terpasang paket aplikasi pengolah audio, grafis, video, fotografi, hingga publikasi. Saya menemukan sebuah jawaban!

Dari situlah saya mulai mencoba mempelajari Linux. Seingat saya hampir satu bulan saya habiskan untuk membaca-baca dan berselancar di internet tentang Linux. Saya hanya mendapat dan memahami sedikit, karena sumbernya kebanyakan berbahasa inggris yang menjadi kelemahan saya. Tapi pada akhirnya saya beranikan untuk memasang Linux sendiri. Dan jadilah saya pengguna sistem operasi Linux hingga saat ini.


Image Source

Tampilan BlankOn X Tambora dengan Desktop Manokwari. Dalam gambar ini panel kiri dan kanan sedang terbuka sehingga kesannya sempit. Bergantung pada ukuran layar monitor, desktop Manokwari akan terlihat lebih elegan bila ukuran layarnya standar.

Tambahan informasi untuk teman-teman. Sudah ada loh distro linux yang berkualitas asli Indonesia. Namanya BlankOn, dan saya juga pakai yang ini walaupun sekarang dihapus dulu sementara. Sekarang BlankOn sudah merilisis sampai versi 10.0 atau BlankOn X Tambora. Keren loh OSnya. Desktop Environment-nya pun sudah buatan sendiri yang diberi nama "Manokwari". Nama versi dan desktopnya Indonesia banget kan?! Manokwari ini masuk posisi 10 pada "10 Best Desktop Environment" versi Linux Scoop yang dipublikasikan pada 9 Oktober 2017 di Youtube. Saat ini BlankOn tengah mengembangkan versi tebaru yang diberi nama "Uluwatu". Uluwatu itu loh, ada yang sudah pernah kesana? Saya belum, hehe. Versi uluwatu ini sudah dirilis kandidat 2 nya, yang artinya versi Uluwatu yang belum stabil. Buat temen-temen yang mau merasakan sistem operasi komputer rasa Indonesia, mangga belajar dulu cara pasang linuxnya.

manokwari.png

Manokwari: 1 dari 10 Desktop terbaik versi linux scoop

Tunggu cerita selanjutnya ya, mungkin tentang BlankOn. hehe...

Sort:  

mantap broe post nya.. terus berkarya.. saya harap saya juga bisa mengikuti jejak abg buat pakek linux ..

Congratulations @muhammadhaidar! You have received a personal award!

1 Year on Steemit
Click on the badge to view your Board of Honor.

Do not miss the last post from @steemitboard:

SteemitBoard knock out by hardfork

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations @muhammadhaidar! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!