Bekerja paruh waktu di Jerman

in #merantau5 years ago

Untuk mengisi waktu liburan, ada banyak hal yang bisa dilakukan selain jalan-jalan. Salah satunya dengan kerja paruh waktu. Ya itung-itung nambah uang jajan untuk liburan.
Di akhir Sommersemester (semester musim panas), saya dan teman-teman sudah punya jadwal liburan pada bulan September ini. Dan ada waktu sekitar kurang lebih satu bulan menanti liburan tiba. Kemudian munculah ide untuk bekerja paruh waktu dan sekedar tambah uang jajan selama liburan, juga untuk nembah pengalaman.
Dimulai dengan „bismillah“, ada beberapa website yang bisa digunakan untuk mencari lowongan kerja di Jerman, tentu saja beda kota, beda sumber informasi (website) lowongan kerja yang bisa dikunjungi. Website ini bukan private blog atau semacamnya, website ini memang dibentuk seperti komunitas untuk pencari kerja dan juga pemilik usaha, yang di dalamnya juga berisi kegiatan-kegiatan tentang kota tempat domisili si admin. Untuk saya yang berdomisili di kota Trier, teman-teman Indonesia di Trier merekomendasikan mencari lowongan kerja di hunderttausend.de.
Ada banyak varian lowongan kerja pada website tersebut, mulai dari paruh waktu sampai full time, ada juga dari Firma (perusahaan) ataupun privat. Lowongan kerja dari perusahaan salahsatunya sebagai aushilfer/in, yang kerjanya ngebantu koki di dapur untuk cuci piring dan bersih-bersih dapur di restaurant atau Gasthaus. Lowongan lainnya sebagai customer service, pelayan toko, dan masih banyak lainnya. Untuk private Jobangebot (lowongan kerja private) banyak dari kalangan individual seperti membersihkan rumah, guru les, bantu buat tugas, dan lain-lain.
Dan sayapun memilih bekerja sebagai „aushilfer“ di salah satu Gasthaus (penginapan) di dekat kampus. Lokasi penginapan ini terbilang strategis karena jarak Gasthaus tersebut yang lumayan dekat dengan rumah dimana saya tinggal (sekitar 20 menit jalan kaki), jadi gak buang banyak waktu menuju tempat kerja. Selain itu juga saya milih untuk kerja di sini karena tidak ada syarat untuk bisa berbahasa Jerman dengan fasih, tapi kemudian kendala bahasa jadi bumerang.

Awalnya karena tidak ada persyaratan untuk bisa berbahasa Jerman dengan fasih, saya mencoba mengirimkan cv dalam bahasa Jerman ke penginapan yang sedang mencari tenaga bantuan untuk membersihkan dapurnya. Di dalam daftar riwayat hidup tersebut saya sebutkan kalau saya hanya sedikit menguasai bahasa Jerman, selebihnya bahasa Inggeris. Email saya kirim, dan beberapa hari berikutnya saya mendapatkan balasan:
„Hallo
Vielen Dank für deine Bewerbung. Am Mittwoch den 5. August würden wir dich gerne um 18.00 Uhr in Unserem Gasthaus bei einem Vorstellungsgespräch kennenlernen“
Kira-kira artinya gini:
„Hallo
Terimakasih untuk aplikasinya. Pada hari rabu tanggal 5 Agustus jam 18:00 kita bisa wawancara atau sambal perkenalan di penginapan kami.”
Dengan senang hati saya hadir pada tanggal yang ditentukan dan saya dan Die Chefin (bos) dari penginapan tersebut sedikit berkenalan. Di situ saya menegaskan kalau bahasa Jerman saya sangat kacau (kami ngobrolnya dalam bahasa Jerman), dan beliaupun mengatakan “itu tidak jadi masalah, sejauh ini Bahasa Jerman kamu cukup bagus kok”. Sayapun sedikit lega. Setelah menentukan tanggal untuk Probe (masa percobaan kerja, biasanya hari pertama), saya hadir dan mulai bekerja sebagai aushilfer.
Saya bekerja tiga kali seminggu, sekitar 5 jam perhari (disesuaikan). Mulai masuk kerja jam 17:00 dan berakhir jam 22:00, terkadang juga sampe jam 23:30 seperti kemarin malam.
Di hari pertama kerja (Probe) saya banyak diajarkan bagaimana cara mencuci piring dalam jumlah yang besar dengan waktu sesingkat-singkatnya. Di sana juga selain cuci piring, saya ikut ngebantuin kokinya untuk nyiapin salad. Sepertinya salad merupakan salahsatu makanan favorit warga Jerman, pasalnya ada banyak jenis salad yang dihidangkan restaurant di penginapan ini. Saya jadi tau cara penyajian salad yang mengutamakan keindahan beragam dekorasi.
Karena ini hari pertama saya bekerja, saya tidak tau kalau jalan saya menuju tempat kerja yang merupakan ladang kosong tidak memiliki lampu jalan. Saya pulang dengan tidak bawa senter dan sama sekali tidak ada cahaya (ini ceritanya berjalan di dalam gelap haha). Namun ketika bulan purnama, jalan pulang menuju rumah lebih terang dan hal yang paling saya syukuri selama di Jerman adalah keamanan di negara yang terletak di jantung benua Eropa ini memang jadi prioritas utama mereka. Jadi pulang malam sendirian bukan masalah bahkan bagi wanita sekalipun. Pada hari pertama kerja juga saya beritahu ke teman-teman kerja bahwa saya tidak lancar berbahasa Jerman karena saya kuliah dalam Bahasa Inggeris, dan merekapun paham.
Jadi bagi mahasiswa yang ingin bekerja di Jerman, rintangan bahasa itu bukan masalah utama dalam bekerja. Namun ya ada juga masalah ketika kita tidak mengerti apa yang mereka minta untuk dikerjakan. Tapi seiring berjalannya waktu, kita akan paham dengan sendirinya. Usaha itu akan membuahkan hasil ketika waktu gajian tiba, dan untuk pekerja paruh waktu di Jerman dibayar 8,5€ per jamnya dengan maksimal pendapatan 450€ perbulan. Karena kalau sudah melebihi 450€, maka akan dikenakan pajak. Saya cukup bekerja sebanyak 53 jam per bulan untuk mengisi masa libur semester musim panas.

P.S. tulisan ini aku buat ketika aku kuliah magister di Jerman

Sort:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://blog.zakiulfuady.com/2015/09/06/bekerja-paruh-waktu-di-jerman/