Aceh, Between Nature Conservation and Energy Crisis / Aceh, Antara Konservasi Alam dan Krisis Energi

in #nature6 years ago

Aceh is one of the most important areas for the world, because Aceh has a large forest area, which can contribute oxygen (O2) in large quantities to all corners of the world. The forests adopted here are the Lauser Ecosystem Area or abbreviated as KEL, which is one of the most important conservation areas on earth. The total area of KEL itself reaches 2.6 million hectares, and is very rich in biodiversity. The ecosystem of KEL becomes the world's largest undisturbed safeguard, Leuser belongs to a rainforest that has a wide variety of animals ranging from birds, mammals, reptiles, fish, and others, as well as a variety of plants and other organisms. This forest is even considered the last forest in Southeast Asia that has the area and sufficient qualities to sustain populations of endangered species such as, Sumatran elephants, Sumatran tigers, rhinos, orangutans etc.

Source screenshot from tfcasumatera.org.jpg
Source screenshot from tfcasumatera.org

KEL with the function of its ecosystem as a life support system of about four million people who live in the surrounding area. The support system includes the function of Lauser forest as a local water supply and climate regulator, as well as the prevention of erosion and Flash floods and carbon sequestration (for global climate regulation).

But amidst the many benefits that KEL brings are of importance both locally and globally, there are also challenges faced with respect to the process of conservation and sustainable use of the KEL area. A large-scale development project is under way in Aceh, even among those projects to be built in the Lauser region. One of them is the construction of hydroelectric power plant located in Aceh Tamiang, Gayo Lues, Aceh Timur and Langsa City. This construction uses an area of 4,090 hectares for the plan of reservoir pool. As for the details, protected forest area of 1,226.83 hectares, production forest area of 2565.44 hectares, and other areas of 297.73 hectares. The power plant that will have a dam high reaches 173.5 meters, fully funded by the Government of Aceh and done by Kamirzu company from Hongkong.

>Source screenshot from wikipedia.org

The construction of this mega-project has caused controversy among environmentalists and the public, environmental activists are concerned about the long-term effects of the development, the threats will be on the various protected animals residing in the region, such as elephants, orangutans, tigers and rhinos, the project site is the home of the protected animal, and if the wildlife habitat is damaged, conflicts between humans and wildlife are likely to increase.

While the concern of the community is that if the dam is built, the company will certainly hold more water a year to meet the reservoir. This will affect peoples who life in Gayo Lues, Aceh Timur, and Aceh Tamiang, as people in the downstream region of Tampur river from generation to generation depend on the river that the dam will build. The river is used for fishing or catch fishing. In addition, communities also use forests to look for non-timber forest products such as rattan and honey. In addition, the dam that is expected to accommodate as much as 600 million tons of water, it is feared will have adverse impact on people and animals in the area. Hundreds of thousands of people living downstream of the river in Aceh Tamiang will be severely threatened if the dam is damaged and broken, high dams are not suitable to be built due to unstable soil conditions in earthquake prone areas such as Aceh. will possibly lead to a disaster that may be larger than the 2004 tsunami.

Source Screenshot from www.mongabay.co.id, pictures by Junaidi Hanafiah 3.jpg
Source Screenshot from www.mongabay.co.id, pictures by Junaidi Hanafiah

Amid the issue of energy crisis including the electricity that hit Aceh, so it is required to immediately the large-scale development of various energy suber. However, the development will also cause various problems, including the problem of nature conservation. According to me as a layman, the solution that can be done is the construction of power generation facilities remain to be done, but also by not causing environmental damage. Yaeh that's what I think, how the opinions and solutions of steemian friends?, Please provide a comment. Thanks.

Bahasa Indonesia

Aceh adalah salah satu wilayah yang memiliki peran penting bagi dunia, hal ini dikarenakan Aceh mempunyai kawasan hutan yang sangat luas, sehingga dapat menyumbang oksigen (O2) dalam jumlah besar ke seluruh penjuru dunia. Hutan yang dimaksut disini adalah Kawasan Ekosistem Lauser atau yang disingkat KEL, yaitu salah satu wilayah konservasi yang paling penting di muka bumi. Luas wilayah KEL sendiri mencapai 2,6 juta hektar, dan sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Ekosistem KEL menjadi tempat perlindungan terbesar yang belum terganggu di dunia, Leuser termasuk kedalam hutan hujan yang memiliki berbagai jenis satwa mulai dari burung, mamalia, reptil, ikan, dan lainnya, termasuk pula berbagai macam tanaman dan organism-organisme lain. Hutan ini bahkan dianggap sebagai hutan terakhir di Asia Tenggara yang memiliki luas dan kualialitas yang cukup untuk mempertahankan populasi dari spesies langka seperti, gajah Sumatra, harimau Sumatra, badak, orang utan dll.

>Source Screenshot from www.profauna.net

KEL dengan fungsi dari ekosistemnya yaitu sebagai sistem pendukung kehidupan dari sekitar empat juta orang yang menetap di daerah sekitarnya. Sistem pendukukung tersebut meliputi fungsi dari hutan Lauser sebagai penyedia air dan pengatur iklim setempat, selain itu juga memiliki fungsi debagai pencegah terjadinya erosi dan banjir bandang serta penyerapan karbon (untuk pengaturan iklim global).

Namun ditengah berbagai manfaat yang diberikan KEL bernilai penting baik secara lokal maupun global, juga terdapat berbagai tantangan yang dihadapi berkaitan dengan proses konservasi dan pemanfaatan kawasan KEL secara berkelanjutan. Proyek pembangunan dengan skala besar sedang berlangsung di Aceh, bahkan ada diantara proyek tersebut yang akan dibangun di wilayah Lauser. Salah satunya adalah Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berada di Kabupaten Aceh Tamiang, Gayo Lues, Aceh Timur dan Kota Langsa, pembangunan ini menggunakan lahan seluas 4.090 hektar untuk rencana genangan waduk. Adapun rinciannya, kawasan hutan lindung seluas 1.226,83 hektar, hutan produksi seluas 2.565,44 hektar, dan area lain seluas 297,73 hektar. Pembangkit listrik yang akan memiliki tinggi bendungan mencapai 173,5 meter ini, dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Aceh dan dikerjakan oleh Perusahaan Modal Asing (PMA) PT. Kamirzu asal Hongkong.

Source Screenshot from www.mongabay.co.id, pictures by Junaidi Hanafiah.jpg
Source Screenshot from www.mongabay.co.id, pictures by Junaidi Hanafiah

Pembangunan dari mega proyek ini menimbulkan berbagai kontroversi di kalangan aktivis lingkungan dan masyarakat, aktivis lingkungan mengkhawatirkan efek jangka penjang dari pembangunan tersebut, yaitu ancaman akan menimpa berbagai satwa dilindungi yang berada di kawasan tersebut, seperti gajah, orang utan, harimau, dan badak, dikarenakan lokasi proyek merupakan rumah dari yang satwa dilindungi tersebut, dan apabila habitat satwa rusak, konflik antara manusia dengan satwa liar kemungkinan akan meningkat.

Sedangkan kekhawatiran dari masyarakat adalah apabila bendungan tersebut dibangun, tentu akan perusahaan akan menahan air lebih setahun untuk memenuhi waduk. Hal tersebut akan berimbas kepada masyarakat Gayo Lues, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang, dikarenakan masyarakat di wilayah hilir sungai Tampur secara turun temurun menggantungkan hidup dari sungai yang akan dibangun bendungan itu. Sungai tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk memancing atau menjala ikan. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan hutan untuk mencari hasil hutan non-kayu seperti rotan dan madu. Selain itu, bendungan yang diperkirakan akan menampung sebanyak 600 juta ton air tersebut, dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk terhadap masyarakat dan satwa di daerah tersebut. Ratusan ribu masyarakat yang tinggal di hilir sungai di Aceh Tamiang akan sangat terancam apabila bendungan tersebut rusak dan pecah, bendungan tinggi sangat tidak cocok dibangun karena kondisi tanah yang tidak stabil di wilayah rawan gempa seperti Aceh, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan bencana yang mungkin lebih besar dari tsunami 2004 silam.

Source Screenshot from www.mongabay.co.id, pictures by Junaidi Hanafiah 2.jpg
Source Screenshot from www.mongabay.co.id, pictures by Junaidi Hanafiah

Ditengah isu krisis energi termasuk listrik yang melanda Aceh, sehingga dibutuhkan dengan segera pembangunan skala besar berbagai suber energi. Namun pembangunan tersebut juga akan menimbulkan berbagai permasalahan, termasuk permasalahan konservasi alam. Menurut saya selaku masyarakat awam, solusi yang dapat dilaukakan adalah pembangunan sarana pembangkit listrik tetap dilakukan, namun juga dengan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Ya itu menurut saya yang masih awam sih, bagaimana pendapat dan solusi dari teman-teman steemian?, silahkan memberikan komentar. Terimakasih.

Sort:  

kalau menurut saya lebih penting kesejahteraan masyarakat karena alam diciptakan untuk manusia, bagaimana kita dapat hidup kalau tidak memanfaatkan alam, hutan yang begitu luas tentu tidak akan terpengaruh hanya karena pembangunan yang kecil tersebut. itu menurut saya pak @arziqi mohon maaf maaf klo ada yang salah.

sip, terimakasih muz sudah memberikan komentar.

Upaya pengembangan energi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia isealnya tetap selaras dengan prinsip-prinsi kelestarian alam.
Pembangunan energi tetap bisa dilakukan dengan syarat tetap menjaga ekosistem.
Oeh sebab itu, energi terbarukan merupakan pilihan energi ideal. Selain karena ketersediaan sumbernya yang sangat melimpah di indonesia, energi ini juga ramah lingkungan.

Setuju kak @mariskananda, Setiap langkah yang diambil oleh pemerintah tetap harus melibatkan semua pihak dan tetap memperhatikan kelestarian alam, ditambah Aceh saat ini yang memang sangat membutuhkan sumber energi terbarukan. :)