Perindu Tertawan: Sajak Penantian Insan Perindu

in #poetry6 years ago

artworks-000045910188-32w4yu-t500x500.jpg

Kita Hujan dan Kita

Di payung hujan sore hari
Boleh aku terlelap mimpikanmu?
Tidak perlu kata
Biar deras rintik gantikan suara semua rayuan
Kita hanya perlu berpagut bibir lepas gejolak di dada
Biarkan badan basah oleh tetesan tangis mega
Asal tersapu semua kerak di pelupuk yang lama menggenang
Berpelukan hingga malam dingin datang
Biarkan saja
Toh hanya kita berdua yang tahu rasakan
Biarkan gemuruh sekeliling bergemericik
Kita tenang dalam dunia kita



love-1(1).jpgSuGam

Masih Menanti Esok Lagi

Ternyata ada sedikit getar yang tidak seperti biasanya
Alunan berirama kadang menusuk yang pelik ditelisik
Sebentar lambat
Sering mendayu begitu cepat
Bersenandung tertata dalam kekacauan

Lalu menjelang pagi di fajar temaram
Denting itu jatuh bersama embun di daun keladi
Menggumpal dari tetesan rintik terserap tanah
Suapi kecambah yang mendekam nyenyak dalam buaian

Masih berlanjut di sisa hari
Siang di bawah terik kadang tersaput awan
Sore dibisikan desau risau angin dari segaris cakrawala
Sampai malam datang membawa orkestra bintang yang berbisik

Lama ternyata
Mungkin masih sampai esok lagi
Sampai aku temukan maksud dari nada yang menyapa
Dinyanyikan olehnya yang entah siapa dan mengapa



rain-930263_960_720.jpgSuGam

Wanita Penggulung Rindu

Malam menjadi gulita saat penari merah telah padam
Hanya tinggal netra bersamaku yang belum hendak terlelap
Lalu aliran waktu bagai berbalik melawan arus
Mainkan lagi memori masa itu

Ada sejumput kata masih tertahan
Terbendung gamang tentukan langkah
Sampai tautan jemari mengisi sela yang terbuka
Paksa jangkar hati menghujam palung sanubari

Tidak perlu menyelam di dinginnya teluk tidak berdasar
Karena kau telah berpangku karang dimandikan gemerecik ombak
Menatap teduh di bawah arakan mega hitam
Ulurkan tangan dengan segurat senyuman
Undangku turun untuk masuk dalam pelukan

Nikmati bersama gulungan samudera yang terkadang tenang
Berselimut buih yang meletup dijerang terik mentari
Bersenandung kecil diiringi kicau unggas laut
Sampai waktunya pasang berganti surut

Aku pejamkan mata agar tersapu habis sampai di situ
Cukupi sudah biar yang manis saja terkecap dalam bayang
Kubur getir yang pernah jadikan puing lewat sapuannya
Karena kutahu kau juga tak akan pernah lupakan
Walau kini sudah bersemayam tenang di balik awan



unnamed.jpgSuGam

Kamu Tanyaku

Selenting yang sudah berlalu
Setumpuk residu mesti terbawa lama
Sejenak tautkan tangan
Sewindu kurasa berusaha menjangkau

Apa kabar hati yang kau bawa berlalu?
Masikah terikat melengkapi satu sisimu yang kutawan?
Apa resonasi lembut itu tetap mengalun?
Masikah kau mainkan dikala sendu menanti dalam sunyi?



20066989_315545928903485_4550919408079339520_n.jpgSuGam

Katarsis Kita

Dan aku terbaring
Di bawah redupnya langit tak lagi terik
Diguyur rinai mendungnya mega
Tersapu aliran gelombang katarsis
Sampai bermuara di tengah riak

Terapung tergantung
Mengambang di kelamnya lautan keheningan
Nantikan seberkas membias gelap
Hadirkan sepasang dara membawakan nada-nada
Sepetik keniscayaan yang indah
Untuk sejenak serukan kepada dinda
Tentang bait-bait yang sedang kurenda
Menggapai sebuah semesta rencana
Kita

Re-Kun
Indonesia, 09-12-2016

Sajak ini pernah diposting sebelumnya di sini

Sort:  

Sajakmu membuat hati kaum hawa meleleh @re-kun...

Masa sih... Buktinya sampai sekarang aku belum bisa melelehkan hatimu...

Puisi nya keren

Makasih, @gethachan... 😊