Making Peace: Buku Kiprah Peraih Nobel Perdamaian 2008 Martti Ahtisaari

in #realityhubs5 years ago

Buku “Making Peace Ahtisaari and Aceh” ditulis oleh Katri Merikallio, berisi tentang pengalaman panjang keterlibatan mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari dalam mendamaikan perang antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), hingga kemudian memperoleh nobel perdamaian.

Buku ini tidak banyak beredar di Indonesia. Meski demikian saya berhasil memperoleh satu dari seoran kawang yang punya koneksi dengan orang terdekat Martti Ahtisaari. Buku ini menjadi sangat penting bagi saya, untuk melengkapi referensi terhadap buku yang saya tulis Proses Damai Aceh Resolusi Konflik Model Indonesia

Apa yang ditulis Katri Merikallio berdasarkan keterangan dan pengalaman Martti Ahtisaari beberapa bagiannya tentu menjadi rujukan untuk penulisan buku saja. Saya memperoleh banyak informasi tambahan yang jarang diketahui banyak orang setelah membaca buku Making Peace Ahtisaari And Aceh tersebut.

Making Peace_Marti and aceh.jpg
Buku Making Peace Ahtisaari and Aceh

Bagian awal buku ini menjelaskan bagaimana awal mula mantan Presiden Finlandia itu terlibat dalam perdamaian Aceh. Diawali dengan pertemuan dengan Farid Husain yang diutusan Wakil Presiden Indonesia saat itu Jusuf Kalla. Pertemuan Farid Husain dengan Martti Ahtisaari difasilitasi oleh seseorang yang disebut bernama Juha Christensen yang berusaha meyakinkan Martti Ahtisaari agar mau menjadi mediator dalam penyelesaian konflik antara GAM dengan Pemerintah Republik Indonesia.

Presiden kesepuluh Finlandia tersebut baru menyatakan kesediaannya pada 23 Desember 2004, setelah memastikan bahwa kedua belah pihak, yakni GAM dan Pemerintah Indonesia menerimanya untuk menjadi penegah dalam penyelesaian konfil dan perang yang sudah berlangsung selama 30 tahun lebih di Aceh.

Satu pernyataan yang paling mengena dari Martti Ahtisaari adalah bahwa tidak ada jumlah pasukan penjaga perdamaian bisa menjamin perdamaia jika para pihak tidak berkomitmen untuk itu. Makanya, dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa hal yang pertama diperlukan adalah komitmen dari kedua pihak. Setelah komitmen itu didapat, maka Martti Ahtisaari melalui lembaga Crisis Management Initiative (CMI) menyiapkan pertemuan kedua belah pihak di meja perundingan.

Dalam buku itu juga dijelaskan, di tengah negoisasi perundingan damai di Finlandia, suasana di Aceh masih belum kondusif. Untuk itu Martti Ahtisaari pada 17 Mei 2005 terbang ke Jakarta menjumpai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia meminta kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk menhgentikan aksi militer di Aceh, jika mau melanjutkan perundingan damai. Setelah itu jalan menuju dialog menjadi lebih lancar.

Pemerintah Indonesia menyiapkan tim perunding. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Widodo AS ditunjuk sebagai supervisor tim perunding Pemerintah RI. Tim perunding RI terdiri dari Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin sebagai ketua tim, sementara sebagai anggotanya ada Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil, Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Farid Husein, Deputi III/Hanneg Kemenko Polhukam Usman Basjah, Direktut HAM Departemen Luar Negeri I Gusti Agung Wesaka Puja.

Hal yang sama juga dilakukan oleh petinggi GAM di Swedia, menyiapkan tim perunding yang terdiri dari Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Bachtiar Abdullah dan beberapa petinggi GAM lainnya sebagai anggota perunding.

Nobel_Peace_Prize_2008_Martti_Ahtisaari.jpg
Martti Ahtisaari ketika menerima hadiah Nobel Perdamaian tahun 2018 foto

Membaca buku Making Peace Ahtisaari and Aceh itu kita bisa mengetahui lika-liku jalannya setiap tahapan perundingan, dengan berbagai polemik dan perdebatan, terutama ketika draf kesepakatan dari kedua belah pihak dibahas untuk dicari titik temunya. Meski pada tahap-tahap awal dialog dan perundingan suasana berlangsung agak tegang dan panas, tapi dengan kecakapan diplomasi Martti Ahtisaari bersama timnya dari lembaga Crisis Management Initiative ketegangan itu dapat diredam.

Martti Ahtisaari mampu membawa kedua belah pihak dalam suasana perundingan yang diplomatis, dan saling memahami, sehingga hasil dari tahapan-tahapan perudingan yang dilakukan di Helsinki, Finlandia tersebut mampu membawa dampak yang baik bagi jalan perdamaian di Aceh, hingga puncaknya pada 15 Agustus 2005 dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) perdamaian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki.

Isi dari MoU Helsinki secara garis besar mecakup tentang: penyelenggaraan Pemerintah Aceh, Hak Asasi Manusia, amnesti dan reintegrasi kombatan GAM ke dalam masyarakat, pengaturan keamanan, pembentukan Misi Monitoring Aceh (Aceh Monitoring Mission), serta penyelesaian perselisihan.

Kiprah Martti Ahtisaari dalam perdamaian Aceh itu kemudian dinilai oleh Komite Nobel Norwegia layak untuk diberi penghargaan paling bergengsi tersebut. Kiprah Martii Ahtisaari yang aktif dalam perdamaian dunia mengalahkan 197 kandidat lain. Mantan Presiden Finlandia itu dinilai sangat komit dan konsisten dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan konflik di berbagai negara Asia, Eropa, hingga Timur Tengah demi menciptakan perdamaian. Ia menerima hadiah Nobel pada 10 Oktober 2008 di Oslo, Norwegia. Ia berhak menerima hadiah senilai 1,4 Juta US Dolar.

Buku Making Peace Ahtisaar and Aceh ini menjadi sebuah catatan sejarah dari kiprah lembaga Crisis Management Initiative bersama Martti Ahtisaari dalam proses perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia. Buku ini sangat layak dibaca oleh semua kalangan, baik politisi, diplomat, pegiat perdamaian, akademisi, mahasiswa, bahkan untuk masyarakat umum dari beragam profesi.


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers
Sort:  

Hello, @isnorman. This is a very nice book-review as always. The title of the book reminded me of a very intresting quote; "The only true way to end a conflict or misunderstanding for peace is not through war, it is through words." Very true right? Of course, words is more powerful than even weapons because it could be used to start a war, at the same time, end a war. Well, I am glad to learn about this book. I was hoping to find a link to purchase this book from the internet or anywhere. Please kindly include that on your review and I think it'll be great and helpful if you always do that for all your book reviews.

Cheers

RealityHubs Mod


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Thank you so much @knowledges but i haven't found the online version yet.


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Cerita anda luar biasa dan sangat indah saya suka dengan Carita post anda, ini adalah cerita yang benar itu lah yang pernah terjadi pada negara kita dulu nya


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Terimakasih sudah singgah dan membaca postingan saya @bosferi123


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Buku-buku ini seperti ini memang biasanya tidak banyak peredarannya. :)

Seperti kata moderator, jangan lupa untuk menambahkan tempat pembelian secara online (jika Anda) atau ke tempat penjualan lain yang lebih spesifik. Mungkin ada yang berminat ingin membelinya.

Thanks for your contribution.

Regards,
@anggreklestari
[Realityhubs Curator]


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers

Terimakasih atas sarannya @anggreklestari, tapi memang buku itu susah didapat, saya belum menemukan penjualan secara online maupun versi pdf-nya. Itu buku hadiah seorang kawan, karena dia tahu saya butuh buku itu untuk referensi tambahan bagi buku yang saya tulis.


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers