Shortstories

in #shortstories7 years ago

SANG MISTERIUS CINTA
Nita Sari
caesarapp_2016111395135873.jpg
Pertengahan 2015, Dinta berkenalan dengan sesosok pria dari facebook terbarunya. Sesosok itu tidak begitu asing baginya, ia pernah melihat pria itu sebelumnya. Dinta amnesia, dia tidak ingat dimana mereka pernah berjumpa. Sesosok itu selalu mengahantuinya.

BANDARA SOEKARNO HATTA “Akhirnya sampai juga di Jakarta.” ucap Dinta.
Dinta masih terlihat gugup, ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di kota metropolitan. Dimana setiap hari begitu banyak kendaraan yang berlalu lalang dan tak henti-hentinya macet di pertengahan jalan.
Dari keramaian di bandara, terdengar suara orang memanggilnya. “Dinta.. Dinta..” ia kebingungan melirik kearah mana, sambil berjalan ia merasa bingung. Tiba-tiba ‘brukkk’ seorang pria menyenggolnya sampai tas dan barang bawaannya jatuh.
“Maaf ya mbak. Saya tidak sengaja.” ujar pria itu sambil membantunya mengambil tas.
“Makanya kalau jalan pakai mata dong mas, kan barang-barang saya jadi berantakan gini!” cetus Dinta.
“Kan saya sudah minta maaf, kenapa nyolot sih?” Lanjut pria itu.
“Mendingan kamu pergi dari sini, aku tidak mau lihat wajah kamu lagi.”
“Oke. Siapa juga yang mau lihat muka kamu, tidak perlu menyuruhku pergi, aku akan pergi sekarang.”
Pagi-pagi buta terjadi konflik, untungnya tidak sampai main tembak-tembakan. Ia kembali mendengar orang memanggilnya. Dia mendekati suara itu. “Seperti suara tanteku.” Pikirnya.
Setelah sekian menit ia mencari, ia mendapati seorang ibu yang sedang memanggil-manggil namanya. Tapi ia tidak mengenali. Lalu ia mendekati ibu itu.
“Ibu, ibu sedang apa disini?” tanya Dinta.
“Ini nak, anak saya.. anak saya hilang dua hari yang lalu di bandara ini. Makanya ibu panggil namanya mungkin ia mendengar suara ibu.” jelas ibu itu.
“Maaf sebelumnya, nama lengkap anak ibu siapa ya?” tanya Dinta lagi.
“Dinta Kartini. Ketika itu dia baru pulang dari rumah pamannya di Manado, sampai di bandara ini dia sempat menelpon ibu, lalu tiba-tiba teleponnya terputus. Ibu pun bergegas kesini mencarinya. Tapi dia tidak ada disini.” jelas ibu itu sambil menangis.
“Sabar ya bu. Semoga anak ibu cepat ditemukan. Ibu lapor ke polisi aja.” Cetus Dinta.
“Ibu sudah melapor, tapi polisi bilang belum ada kabar mengenai Dinta.”
“Tadi saya pikir ibu panggil saya, karena nama panggilan saya sama dengan anak ibu. Yasudah saya pamit dulu ya bu.” ucap Dinta.
Ternyata dugaannya salah. Suara tadi bukan suara tantenya. Ia pun terus berjalan sambil memikirkan anak ibu yang hilang itu. Tiba-tiba nada dering handphone Dinta berbunyi, panggilan dari tantenya.
“Halo tan.. tante dimana? Dinta nyasar ni. Ini masih di bandara. Tante cepat kesini ya!” ujar Dinta.
“Iya Dinta. Tante lagi di jalan ni, sekitar lima menit lagi sudah sampai kesana.” Jawab tante Mira.
Lima menit menunggu...
Tettt..tettt.. Sebuah mobil berhenti dihadapannya. Kaca mobilpun terbuka. Ternyata tantenya Dinta. “Ayoo naik din..” ajak tante Mira.
Dalam mobil, ada dua anak kecil yang sedang bermain gadget. “Ini anak tante?” tanya Dinta.
“Iya mereka anak tante. Yang cewek namanya Lisa dan yang cowok namanya Andi. Lagi libur sekolah, jadi tante ajak mereka.” cetus tante Mira.
“Oo begitu ya tante. Bagus ya namanya. Oya tante, kita masih jauh?” tanya Dinta.
“Nggak lagi. Ini sudah sampai.” ujar tante seraya memberhentikan mobil.
“Makasih ya tante sudah terima aku disini.” kata Dinta.
“Iya sama-sama. Mari kita masuk.” ajak tante.
Dinta sudah sampai dirumah mewah milik tantenya. Ia dari kampung terpencil di Madura mendapatkan beasiswa, sehingga ia harus berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.


“Bangun.. bangun.. sudah pagi. Sudah jam 06.00 wib, bangun dan sholat dulu.” Teriak tante Mira.
Dinta tertidur pulas tanpa mendengar teriakan tante, dikasur empuk dan sejuknya AC yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Tiba-tiba tante Mira masuk ke kamarnya dengan memukul-mukul panci agar terdengar oleh Dinta. Sekejap, Dinta pun terbangun dari tidurnya.
“ Iya tante. Dinta sudah bangun.” cetus Dinta masih melek.
“ Bangun, sholat. Setelah itu kamu bantuin tante masak ya. Anak-anak sekolah hari ini. Cepat ya.” atur tante.
Dengan sigapnya, ia beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. Setelah semuanya beres, ia pun meminta tantenya untuk keluar, melihat pemandangan pagi di kota ini.
“Kita antar si Lisa dan Andi ke sekolah dulu ya, baru kita jalan-jalan.” ujar tante Mira.
Wajah Dinta terlihat ceria, mendapati seorang tante yang sangat baik padanya. Di tengah perjalanan menuju sekolah, jalan terlihat sangat macet. Lalu Dinta melirik ke kiri dan ke kanan banyak mobil yang berdempetan. Tiba-tiba ia melihat pria yang kemarin menyenggolnya diatas sebuah motor vixion hitam, memakai kemeja putih dan celana hitam. Ia terus memperhatikannya. Dan mobil pun kembali melaju, ia pun melepas pandangan terhadapnya.
“Tante, kita jalan ke kampus boleh? Dinta mau lihat kampus. Sekedar lewat aja tan, bisa nggak?” ajak Dinta.
“Kamu di universitas mana kuliahnya?” tanya tante Mira.
“Di UNJ tan, Dinta tinggal masuk aja minggu depan. Semua persyaratan sudah beres.” jawab Dinta.
Sampai di depan kampus, Dinta melihat si pria itu sedang masuk ke area kampus. “Apa dia kuliah disini juga.” Pikirnya. Dia membuang jauh-jauh pikiran buruk itu. Setelah melihat kampus dari kejauhan, mereka pun kembali pulang kerumah.


Usai makan malam bersama tante dan anak-anaknya. Dinta masuk ke kamarnya. Dia membuka kembali aplikasi facebook yang telah beberapa bulan terbengkalai. Terlihat begitu banyak pesan yang masuk. Dan salah satunya dari si pria kenalannya pertengahan 2015 silam. Dinta pun membuat status baru di facebooknya. “ I’m coming.. Jakarta. Semoga berkah.”
Dua menit kemudian, beberapa orang mengomentari, si pria itu juga ikut berkomentar. Karena sudah larut malam, Dinta pun tidak sempat membalasnya karena sudah tertidur.


Mentari pagi mulai menampakkan diri dengan wajahnya yang menceriakan hari ini. Tapi Dinta masih saja belum membuka mata, ia masih dialam bawah sadar. Tante Mira tidak sempat membangunkannya karena harus buru-buru mengantarkan anaknya ke sekolah dan menjemput suaminya di bandara karena baru pulang dari luar kota.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 wib. Terdengar nada dering bergetar di bawah bantal Dinta, ia pun segera terbangun dan mengangkat telepon dari sang tante.
“Haloo.. ada apa tante?” tanyanya.
“Kamu kemana aja sih, sudah sepuluh kali tante telepon tapi kamu nggak angkat.” ujar tante.
“Maaf tante, Dinta baru bangun.” kata Dinta.
“Tante lagi diluar ini sama bapak, kamu bersihin rumah ya. Sekalian masak. Semua ada di kulkas. Nanti malam tante baru pulang. Tante juga mau jemput Lisa dan Andi, jadi kamu jaga rumah ya.” cetus tante Mira.
“Iya tante.” jawab Dinta.
Ia pun bergegas ke kamar mandi. Selanjutnya, ia menyapu halaman dan lantai rumah serta memasak apa yang dia bisa. Sedang memasak, ia teringat lagi pada ibu yang kehilangan anaknya itu.
“Namanya Dinta kartini, nggak jauh beda dengan namaku Dinta Suryani. Pria itu lagi, dia kuliah di UNJ juga sepertinya. Hmm..” pikir Dinta. Setelah semua tugas beres, ia pun bersantai disofa empuk milik tantenya. Kembali ia membuka aplikasi facebook miliknya. Begitu banyak pesan yang masuk, masih saja pria kenalannya mengirim pesan untuknya. Kali ini ia membalasnya.
Hari segera berganti malam, Dinta mulai ketakutan sendiri di dalam rumah mewah itu. Ia pun menelpon ibunya di kampung.
“Halo ibu. Ibu gimana? Sehat?” tanya Dinta.
“Alhamdulillah sehat, keluarga semua sehat. Kamu gimana nak disitu?” tanya ibu.
“Dinta baik-baik aja disini bu. Tante Mira baik sekali sama Dinta. Mbak Tuti sudah pulang dari Malaysia?” cetus Dinta lagi.
“Sudah nak, dua hari yang lalu. Kamu mau ngomong dengan mbak Tuti?”
“Ya boleh bu.”
“Halo Dinta, gimana disana? Pasti suasananya beda ya dengan di kampung.” sapa mbak Tuti.
“Iya mbak. Disini metropolitan sekali. Macet dimana-mana. Mbak, hari pertama datang ke Jakarta aku kena musibah lho, aku disenggol sama mas-mas nggak jelas. Dia jalan nggak pakai mata. Aduuh hampir berantem kami mbak disitu. Terus aku juga jumpa sama ibu-ibu, dia panggil nama Dinta. Lah aku kira dia panggil aku, eh ternyata dia panggil anaknya katanya hilang dua hari yang lalu.”
“Hahaha, yasudah.. kamu baik-baiklah disana yo? Belajar yang rajin.” ujar mbak Tuti.
“Iyo mbak. Pashti itu. Mbak, sudah dulu ya. Pulsa sekarat nih. Salam yo sama keluarga disana.” cetus Dinta.
Mbak Tuti adalah kakaknya Dinta yang sudah sepuluh tahun tinggal di Malaysia. Ia begitu dekat dengan mbak Tuti, segala macam ia menceritakan kepada mbaknya. Dinta mempunyai dua orang adik yang sekarang masih duduk di bangku smp. Alya kelas dua smp, dan Dimas kelas satu. Mereka juga begitu akrab. Ibunya Dinta hanya ibu rumah tangga dan ayahnya bekerja sebagai petani.

“Teng nong. Teng nong.” Suara bel berbunyi.
Dinta bergegas ke depan untuk membuka pintu. Ternyata tante sudah pulang.
“Tante.. baru pulang. Om.. (senyum)” Sapa Dinta sambil tersenyum.
“Iya. Ini ada makanan buat kamu. Tadi gimana, kamu ada masak nggak?” tanya tante Mira.
“Ada tan.. itu di meja makan juga masih ada makanannya.” ucap Dinta.
Mereka pun masuk ke kamar masing-masing, suasana rumah menjadi begitu sepi, sunyi seperti tidak ada orang.


Seminggu kemudian..
Terdengar suara adzan berkumandang. Dinta langsung terbangun dari tidurnya, menuju ke kamar mandi. Usai mandi, sholat dan berpakaian rapi. Ia membantu tantenya memasak di dapur.
“Hari ini kamu di antar sama sopirnya bapak ya. Bapak lagi libur, tante juga lagi mau dirumah bareng bapak. Nanti kamu diantar sekalian sama Lisa dan Andi.”
“Iya tante. Makasih tante.” ucap Dinta.
Sampai di depan kampus, Dinta merasa hal yang berbeda. Hatinya berdegub kencang, melihat semua orang melirik kepadanya. Baju pink dan rok hitam di tambah dengan kerudung bercorak yang dikenakannya ia terlihat begitu anggun. Ia semakin gugup. Sambil berjalan ia melirik ke segala arah, tiba-tiba ‘bruuukkk’ hal yang sama terjadi lagi.
“Semua buku aku jatuh. Siapa sih senggol-senggol.” ucap Dinta kesal.
“Sorry ya. Aku nggak sengaja. Aku buru-buru.” ujar cowok itu.
“Udah nabrak, langsung pergi gitu aja. Kesel aku hari ini.” pikirnya dalam hati.

Di koridor, ia berjumpa dengan seorang dosen.
“Kamu kan mahasiswa baru di kelas saya? Kamu Dinta suryani kan?” sapa pak dosen.
“(sambil tersenyum) Iya pak. Nama saya Dinta Suryani. Nama bapak siapa?” tanya Dinta.
“Nama saya Aditya Prayoga. Panggil saja pak Adit. Ayoo mari kita masuk kelas.” ajak pak Adit.
“Selamat Pagi semuanya. Perkenalkan ini mahasiswa baru di kelas kita. Namanya.. ayoo katakan.”
“Perkenalkan nama saya Dinta Suryani. Saya dari Madura.” Kata Dinta.
Pak dosen pun menyilahkan Dinta untuk duduk. Setelah satu jam berlalu, ia pun baru berani melirik ke arah kiri dan kanan. Dinta terkejut ternyata di sudut sebelah kanan ada seorang cowok, sepertinya ia mengenali cowok itu.
“Kayaknya itu cowok yang tadi nabrak aku ya? Pakaiannya sama.” Pikirnya.
Tiba-tiba dia melihat Dinta, yang daritadi memperhatikannya. Dinta segera memalingkan muka. Ia pun keluar dari kelas karena pembelajaran sudah selesai.
Di taman, Dinta duduk sendiri. Lalu datang sekelompok geng kece di kampus menemuinya.
“Mahasiswa baru ya.” tanya salah satu dari mereka sinis.
“Iya kak.”
“Kalem habis ni anak. Kerjain aja.” ujar mereka.
“Gua tunggu loe di depan kampus jam 13.30 wib. Awas kalau nggak datang.” Ujar mereka lagi.
Dinta mulai ketakutan. Tiba-tiba cowok yang tadi menabraknya datang, melihatnya seperti orang kebingungan.
“Kamu yang tadi kan? Ngapain disini?” tanya cowok itu.
“Iya. Aku lagi duduk aja. Kenapa?”
“(menggaruk kepala) Aku lihat kamu seperti orang kebingungan. Cerita aja mungkin aku bisa bantu. Minimal bisa nebus permintaan maafku tadi pagi karena udah nabrak kamu. By the way nama kamu siapa sih?” cetus cowok itu.
“Iya aku lagi bingung, tadi ada orang ancam aku. Katanya aku harus datang ke depan kampus jam 13.30 wib. Aku harus gimana?” jawab Dinta.
“Kamu tenang aja ya. Nanti kita pergi berdua aja. Kan kamu masih baru disini. Kenalin nama aku Eza, nama kamu siapa?”
“Nama aku Dinta. Kan tadi udah di kelas.” ujar Dinta.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.25 wib. Lima menit lagi mereka menunggunya di depan kampus. Eza dan Dinta pun bergegas menuju ke tempat itu. Sampai disana, si geng kece tidak kelihatan batang hidungnya. Dinta pun langsung pulang kerumahnya.
Tiba di malam hari, angin bertiup sangat kencang. Hujan turun begitu deras di tambah petir-petir yang menyambar. Dinta pun mengingat kejadian tadi ditaman bersama Eza. Si ganteng yang baik hati. Ia kembali membuka aplikasi facebooknya dan membuat status baru. “Pertemuan dengan si ganteng yang baik hati.” Lalu dapat komentar dari si pria kenalannya tahun lalu,
“Siapa dia?” tanyanya.
“Ahh kamu mah, mau tau aja. Kenapa sih kamu selalu hadir di setiap statusku.” balas Dinta.
Dinta semakin menjauh dari si pria kenanlannya itu. Foto profilnya hancur sekali. nama di facebooknya juga alay sekali. “AnDherezha Boy.”


Pagi kembali menyapa dengan mentari yang tersenyum melihatnya. Cuaca cerah di pagi hari membuat Dinta semakin semangat pergi kuliah. Sudah lima bulan Dinta menginjakkan kaki di kampus itu, ia pun terlihat semakin dekat dengan Eza. Bahkan mahasiswi lain jadi iri padanya. Eza termasuk salah seorang cowok idaman di kampus, banyak cewek yang mendekatinya.
Besok, tante dan bapak akan pulang kampung ke Madura. Dinta yang lagi final tidak bisa ikut pulang.
“Dinta, besok tante mau pulkam, kamu bisa pulang?” tanya tante.
“Gimana ya tan, sebenarnya Dinta mau ikut pulang, tapi lagi final nih.” jawab Dinta sedih.
“Yasudah kalau begitu, kamu jaga rumah ya. Jangan pulang malam-malam.” cetus tante Mira.


Hari ini tante Mira dan keluarganya akan segera berangkat ke Madura.
“Hati-hati di jalan ya pak, tante. Salam untuk keluarga disana.” kata Dinta.
Siang ini, Dinta mau memasak sayur lodeh. Ia kangen masakan ibunya. Ia pun berangkat ke pasar karena dalam kulkas hanya tinggal telur dengan buah-buahan. Di tengah perjalanan pulang, ia kembali ditabrak oleh seorang pria. Nasibnya selalu sama. Semua barang yang dipegangnya jatuh. Sepertinya pria itu sedang di kejar-kejar. Ia pun meminta maaf pada Dinta lalu menariknya untuk pergi dari tempat itu. Tiba di suatu tempat tak jauh dari jalan. Pria itu terlihat begitu lelah. Dia seperti sesak nafas. Dinta hanya terdiam dan tak tau harus bagaimana.
“Lho, kamu kan mas-mas yang nabrak aku pas di bandara. Kenapa sih kamu lagi kamu lagi.” cetus Dinta kesal.
“Maaf ya. Aku minta maaf.”
“Kamu bayar ini. Ini semua sudah rusak. Aku belum makan lagi.” jawab Dinta lagi.
Baginya, pria itu tidak begitu asing. Mereka seperti telah saling mengenal.
“Aku nggak bisa bayar sekarang. Aku nggak bawa uang nih. Besok kita jumpa lagi disini ya, akan kubayar semuanya.” ucap pria itu.
“Jadi kamu kenapa seperti di kejar-kejar sih?”
“Kamu nggak perlu tau. Aku pergi dulu. Kamu tau jalan pulang kan!” pria itu menjawab dan bergegas pergi dari hadapannya.
“Nyebelin banget sih tu orang. Dari jumpa pertama di bandara dan sekarang masih sama aja wataknya. Tapi wajahnya kenapa nggak asing ya. Mirip seseorang.” pikirnya.
Tiba di malam hari, Dinta terus terbayang dengan kemiripan wajah si pria tadi dengan seseorang. Kenapa si pria itu di kejar-kejar. Dinta semakin penasaran.
Seperti janjinya kemarin, pada jam yang sama dan tempat yang sama mereka akan bertemu. Dinta pun segera menuju ke tempat itu. Setelah lima menit menunggu, si pria itu pun hadir dengan wajah ketakutan seperti di kejar orang juga. Dinta semakin bingung dengan sikap pria itu.
“Kamu kenapa sih, seperti orang di kejar setan.” cetus Dinta.
“Kamu harus bantu aku, tolong bantu aku. Aku dikejar sama satpol pp sejak tiga hari yang lalu.”
“Hah, dikejar? Kenapa sampai dikejar?” tanya Dinta kepo.
“Nanti aku ceritain. Kamu bantu aku.” ujar pria itu lemas.
Tiba-tiba ‘brukk’ dia jatuh pingsan.
‘tolong..tolong...tolong.. ada orang pingsan disini.’ Setelah berulang kali Dinta meminta tolong datanglah dua orang bapak-bapak ke hadapannya.
“Pak tolong bawa dia ke rumah sakit terdekat.” Dinta minta tolong.
Tiba di rumah sakit, Dinta hanya menunggu diluar. Sekejap, dokterpun keluar dari ruang rawat.
“Maaf, anda siapanya?” tanya dokter.
“Emm saya temannya pak. Tapi saya tidak tahu siapa namanya. Tadi dia minta tolong sama saya pak. Saya tidak mengerti maksudnya.” jelas Dinta.
“Dia mengalami depresi berlebihan. Dia harus istirahat yang cukup untuk sementara waktu.” jelas dokter. Setelah pria itu sadar, ia memberinya seteguk air. Ia pun tanya siapa namanya. Ternyata namanya Reza.
“Lalu kamu kenapa bisa di kejar-kejar sih?” tanya Dinta pelan.
“Begini, aku jualan bakso di pinggir jalan dan aku tidak minta izin kepada mereka. Jadi, setiap hari ketika aku jualan, mereka sering datang menghampiriku. Aku lari karena mereka bawa barang-barang tajam. Mereka tidak mau mendengar penjelasanku. Aku takut digebukin makanya aku lari.” jelas Reza.
Dinta kasihan dengan segala ucapannya.
“Tadi kata dokter, kamu depresi berlebihan. Kamu harus istirahat yang cukup. Dan belanjaanku yang rusak kemarin nggak perlu kamu ganti. Aku tau posisi kamu sekarang. Biaya rumah sakit sudah aku bayar. Aku pamit dulu ya.” Dinta segera pergi dari rumah sakit.


Hari ini final terakhir. Sore ini Dinta dan Eza mau jalan-jalan di sekitar kampus. Makan bakso ayam special. Tiba disana, Eza langsung memesan mie bakso ayam. Sejenak, Dinta pun teringat pada Reza si pria penjual bakso kemarin.
“Eh kok melamun sih, ayo makan. Enak lho bakso disini. Pasti kamu belum pernah makan kan.” ujar Eza.
“Aku lagi teringat sama seseorang, dia penjual bakso. Kemarin dia minta tolong gitu sama aku, aku lihat kayak sesak nafas gitu. Kasihan dia.” jelas Dinta.
“Yaudah makan dulu. Pasti kamu bakal kecanduan sama bakso disini.” cetus Eza.
“O iya, besok tanteku balik kesini. Dan besok aku mau pulang kampung. Sudah enam bulan lebih aku belum pernah pulang, aku rindu sama mbak ku, sama orangtuaku. Kamu kapan pulang kampung?” tanya Dinta.
“Aku sih dua tahun sekali pulang kampung. Jadi tahun depan aku baru pulang. O iya besok sebelum pulang kita ketemuan sebentar bisa?” ucap Eza.
“Insya Allah ya. Aku besok berangkatnya sore. Jadi kalau mau jumpa sekitar pukul 14.30 wib, disini aja ya jumpanya.” cetus Dinta.


‘tettt..tettt..ttetttt...’ Suara klakson mobil terdengar.
Aku segera kedepan untuk membuka pintu.
‘eeeeeettttt..(suara engsel pintu).
“Selamat malam tan. Silahkan masuk tante, bapak, Lisa dan Andi.” ucap Dinta.
“Tante, gimana keadaan disana? Keluarga sehat semua kan?” tanya Dinta.
“ Alhamdulillah din, mereka titip salam buat kamu. Dan pesannya kamu harus rajin belajar disini.”
“Iya tan. Tante, besok Dinta pulang ke kampung ya, kan finalnya sudah siap. Dinta kangen banget sama keluarga disana.” pinta Dinta.
“Hmm ya boleh, kamu packing terus malam ini. Jadi besok langsung berangkat. Kamu besok pulang naik bus aja ya. Biar tante antar ke terminal.” cetus tante.
“Naik bus, okelah tan. Jam berapa tante?” tanya Dinta.
“Sekitar jam 15.00 wib ya sayang. Yasudah tante mau istirahat dulu.” kata tante.
Dinta mulai bingung, besok ia mau jumpa dengan Eza jam 14.30 wib, 30 menit kemudian ia berangkat pulang. Tiba-tiba masuk sebuah pesan singkat dari Reza, mereka sempat menukar nomor handphone di rumah sakit.
“Dinta, besok aku harus ketemu kamu, kita jumpa di warung bakso dekat dengan kampus UNJ. Tolong.”
“Dekat kampus UNJ, pas kali besok juga aku mau jumpa sama Eza.” pikirnya.
Dinta terlihat begitu antusias mempacking barang-barangnya. Ia begitu senang karena bisa pulang kampung. Usai ia packing, ia pun tertidur pulas.
Beberapa jam kemudian.
“Bangun.. bangun.. sudah jam 06.00 wib nih, bangun dan sholat. Dinta, bangun. Kamu harus beres-beres.” Teriak tante Mira dari dapur.
Ia pun segera bangun dan menjalankan aktivitas biasa di rumah itu.
Hari semakin siang, Dinta mulai bersiap-siap menuju ke warung bakso dekat kampus UNJ. Setelah setengah jam, ia pun sampai di warung itu. Ia melihat seorang penjual bakso yang mirip dengan Reza.
“Mas Reza ya?” tanya Dinta.
“Menurutmu?” tanya Reza balik.
“Oh jadi sekarang kerja disini? Pantesan ajak aku kesini.” ujar Dinta.
“Iya aku kerja disini. Lumayan kan nggak di kejar satpol pp lagi. O iya kamu kesini sendiri?” tanya Reza.
“Iya. Tapi aku ada janjian disini sama teman aku. Tapi kok dia belum datang ya, bentar lagi aku harus pulkam.” cetus Dinta.
“Hmm tenang aja, kamu duduk dulu. Aku mau buat bakso sepecial buat kamu.” ucap Reza.
“Aku udah makan kemarin, aku buru-buru lho. Ih dia mana sih, kok nggak nongol-nongol!” ujar Dinta kesal.
“Yaudah kamu tunggu sebentar ya. Hmm gimana ya? Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
“Sebenarnya .. tapi janji ya? Kamu nggak akan marah sama aku.” ucap Reza.
“Iya cepat. Aku buru-buru lho.”
“Sebenarnya aku mau jujur sama kamu. Kenalin nama aku Andreza, kamu kenal aku kan di facebook? Lalu aku sering di panggil Reza, tapi di kampus aku dipanggil dengan sebutan Eza. Aku mau cerita sama kamu sejak dulu. Tapi nggak pernah ada waktu yang tepat. Mungkin hari ini, pada saat ini. Inilah waktu yang tepat untukku mengatakan semuanya.” jelas Reza/Eza.
“APAAAA?? Jadi kamu Eza, dan kamu Reza dan kamu juga si alay itu!” cetus Dinta.
“Tolong jangan marah. Dan ada satu hal lagi yang mau aku bilang sama kamu.” ujarnya.
“Tunggu, pantesan kamu mirip sama Eza. Ternyata emang kamu sendiri. Kenapa sih jadi seperti ini?” jawab Dinta bingung dan beranjak pergi.
“Kamu mau kemana? Tolong jangan pergi dulu. Kamu dengerin aku. Aku juga mau jujur sama perasaan aku. Jujur selama ini aku sudah mengenalmu. Sejak kita kenalan di facebook, lalu berlanjut di perantauan ini. Aku cinta sama kamu. Kalau boleh, aku akan ikut kamu ke kampung untuk memintamu menjadi calon pendamping hidupku.” cetus Reza tulus.
Dinta juga sebenarnya mempunyai perasaan yang sama terhadap Eza atau Reza, tapi ini terlalu terburu-buru.
“Ini terlalu terburu-buru mas. Aku juga masih kuliah. Kamu juga masih kuliah.” ujar Dinta.
“Aku hanya ingin menanyakan kepada orangtuamu disana, gimana? Kamu nerima aku atau enggak.” tanya Reza.
Dinta hanya mengangguk. Saat itu juga mereka menuju terminal dan bersegera menuju kampung halamannya Dinta. Aura cerah terpancar di setiap senyuman Dinta, begitu juga dengan Reza. Karena Cinta akan indah pada waktunya. Jaga dia dan jaga diri. Jangan dibutakan olehnya.

Saleum aneuk nanggroe..

Sort:  

great story @nytanote, saleum seujahtra

Thank you @rudalt
Follow me and upvote my post yaa 😊

Congratulations @nytanote! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

You published your First Post
You made your First Vote
You made your First Comment
You got a First Vote
Award for the number of upvotes received

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

Congratulations @nytanote! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!