the story of fake parrot nuts / Cerita Nasip Pengupas Pinang Keliling

in #story6 years ago (edited)

Dear Steemians

Hi Friends Steemians who are breaking lunch may take off because for those who are fasting. Day I want to tell you about the life of a generation in a remote village very far from the city. In everyday life mareka only work as peanut parent to fulfill their life needs in the deed seasonal workers. Because in one year the areca plants only once harvest and the transition period or the track six months after that period then then the pea peelers are cheering because they already have a job that is experienced by the generations of a remote village that signal no mobile phone village it's still like a long time ago.

This is the job mareka from the old to the teenager and the children have to work to meet the necessities of life because they belong to the poor term here if not working yes do not eat. How do you think friends Steemians in a day they got the result of wage peeled peanuts at most Rp.20.000 it for those who are skilled can imagine the fate of mareka price wage peeled peanut is paid perkilo in a kilo bi pay Rp.1000 would not want them to work do not Steemians wonder many friends among those who drop out due to limited cost.

Jobs like this look casual but this job is full of risks because they always deal with sharp weapons eg they bring a machete that has been sharply sharp let good when peeling pinang. At that time the left hand holding the areca nut and right hand to split or clean up so the risk until there is a broken finger if it is scratched the usual thing. If a friend Steemians who have areca nuts automatically have pinang certainly already know how to risk peeling pinang. That is the suffering they get to survive in this rich rich heritage that I can tell when there is something unpleasant in my story and wrong in typing I am sorry.


BAHASA INDONESIA

Hai Teman Steemians yang sedang istirahat siang mungkin melepas lelas karena bagi yang sedang berpuasa. Hari saya ingin bercerita tentang kehidupan generasi dalam sebuah desa yang terpencil sangat jauh dari kota. Dalam kehidupan sehari-hari mareka hanya bekerja sebagai pengupas pinang keliling untuk mencukupi kebutuhan hidup mareka di anggap pekerja musiman. Karena dalam satu tahun tanaman pinang cuma sekali panen dan masa transisi atau trek enam bulan setelah masa itu tiba maka barulah para pengupas pinang ini bersorak karena mareka sudah ada pekerjaan begitu yang di alami para generasi dari sebuah desa yang terpencil yang signal handphone pun belum ada desa itu masih seperti zaman dahulu kala.

Beginilah pekerjaan mareka dari yang tua sampai remaja dan anak-anak harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup karena mareka tergolong masyarakat miskin istilah disini bila tidak bekerja ya tidak makan. Bagaimana pendapat teman Steemians dalam sehari mareka mendapatjan hasil upah kupas pinang paling banyak Rp.20.000 itu bagi yang sudah mahir bisa di bayangkan nasip mareka harga upah kupas pinang itu di bayar perkilo dalam satu kilo bi bayar Rp.1000 mau tidak mau mareka harus bekerja jangan heran teman Steemians banyak di antara mareka yang putus sekolah karena keterbatasan biaya.

Pejerjaan seperti ini terlihat santai tetapi ini pekerjaan penuh dengan resiko karena nareka selalu berhadapan dengan senjata tajam misal mareka membawa parang yang sudah di asah tajam biar enak saat mengupas pinang. Disaat seperti itu tangan kiri memegang pinang dan tangan kanan untuk membelah atau membersihkan begitulah resiko sampai ada yang putus jari tangan kalau tergores itu hal yang biasa. Bila teman Steemians yang memiliki kebun pinang otomatis memiliki pinang pastinya sudah tahu bagaimana resiko mengupas pinang. Itulah penderitaan yang mareka dapatkan untuk bertahan hidup di tanah pusaka yang kaya hanya ini yang dapat saya ceritakan bila ada yang kurang menyenangkan dalam cerita saya dan salah dalam pengetikan saya minta maaf.

By.@adigleh

Sort:  

neupeutamong lam vot outo siat bg ok

Kabereh nyan