Kritik ala Kitab Lempap di Hari Pelepasan

in #story6 years ago (edited)

image
[ Foto saya sedang menyampaikan orasi ]

Berikut ini adalah naskah terakhir dalam bentuk kritikan dan saran, yang menjadi bahan untuk saya orasikan di hadapan Direktur, Asisten Direktur, dan beberapa pembesar kampus Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta lainnya. Orasi ini berlangsung pada hari pelepasan calon wisudawan dari lintas jurusan, disaksikan oleh segenap kawan-kawan seperjuangan yang saya wakili, yaitu calon wisudawan magister seni, yang hari ini akan diwisuda bersama saya sekalian.

Saya tidak tahu kenapa pihak kampus menunjuk saya mewakili kawan-kawan calon magister pengkajian seni, untuk memberi kritik dan saran pada mereka di hari bahagia yang juga disaksikan langsung orang tua ataupun sahabat dari calon wisudawan ini. Yang pasti, ketika saya naik ke atas podium itu, hampir berbagai perasaan mengepung saya. Ya, saya juga hampir membasahi podium itu dengan tangisan.

Adapun naskah ni sengaja saya tulis bergaya @kitablempap, agar kemudian juga bisa saya posting di Steemit. Ini penting, mengingat setelah lulus saya akan menjadi pengangguran untuk sementara waktu. Dalam hal ini, Steemit masih menjadi kunci.

Berikut adalah isi naskahnya:


Suatu kehormatan diberi kesempatan untuk menulis sedikit catatan pada kampus tercinta ini, walaupun dalam bentuk kritikan dan saran. Terasa berat memang, karena saya bukanlah seorang kritikus instansi pemerintahan, apalagi saya pun tidak mengerti tentang tata cara pengelolaan kampus kesenian. Terus terang, materi tentang itu memang belum pernah saya dapatkan. Namun alangkah ruginya saya jika tulisan ini tidak saya ketikkan, karena siapa tahu bisa menjadi semacam kecupan manis saat perpisahan.

Sebagai orang yang berasal dari daerah bekas konflik, tentu tidak sedikit orang yang telah paham, bahwa hampir dalam semua bidang kami mengalami kemunduran. Maka melalui tulisan ini, izinkan saya mewakili kawan-kawan dari daerah-daerah yang penuh dengan keterbatasan, untuk menyampaikan sedikit kritik dan juga saran pada kampus tersayang. Tentunya tanpa mengurangi takzim atau penghormatan saya pada anda sekalian.

Meski terlihat tidak esensial dan mungkin juga dianggap tidak elegan, tetap saya mulai catatan ini dengan mengutip jawaban spontan dari kawan-kawan saya sekalian, yang ketika ditanya tentang kritik maupun saran untuk pengelola kampus ini? Mereka menjawab enteng: “tentang biaya SPP Is!”. Tentunya itu disampaikan dengan ekpresi yang cengengesan, namun saya coba menangkap lainnya, yaitu tentang keseriusan. Karena alangkah tololnya saya jika tidak bisa memahami maksud mereka yang terpendam, hanya karena dikaburkan dengan ekpresi yang jahannam.

Maka dari itu, tulisan ini terkhusus untuk mengungkap tentang apa yang ada di balik ungkapan mereka tersebut. Bagi saya, ungkapan mereka tersebut tidak bisa dikatakan sebagai ungkapan biasa-biasa saja, karena mengandung makna tentang keluhan, kekecewaan dan ketidakpuasan di dalamnya. Terlebih ungkapan itu hadir setelah mereka menjalani proses pendidikan. Ini persis seperti orang yang mengatakan bahwa sebuah produk itu mahal, persis setelah terlebih dahulu ia menggunakannya.

Sepertinya memang ada hukum ketidakseimbangan yang mereka rasakan, sehingga apa yang mereka ungkapkan itu seperti halnya sebuah tanda dalam ilmu semiotik, yang ringan dan spontan apabila diekspresikan, namun sebenarnya mengandung pesan yang berat dan padat, yang tersimpan di dalamnya.

Memang, ini bukan soal biaya SPP mahal atau tidak secara angka, karena di kampus lain biaya SPP itu lebih mahal. Dan terutama orang-orang dari daerah-daerah tertinggal sekalipun amat paham, bahwa yang namanya pendidikan dan perjuangan itu memang berat, untuk itu tidak pantas dikeluhkan.

Maka dari itulah, menurut saya ini murni tentang suatu ketimpangan yang ingin mereka ungkap, dari apa yang mereka rasakan selama menjalani proses pendidikan. Ini semacam suatu keresahan mereka terhadap kemungkinan kalah dalam babak terakhir perjuangan, setelah pengorbanan yang berdarah-darah di rantau serta dari kampung halaman. Dalam hal ini, bukankah lumrah memperkecil biaya perjuangan, jika mereka tahu apa yang didapatkan itu tidak akan seimbang.

Penjelasan semacam itu memang saya karang, akan tetapi ungkapan yang bernada seperti itu sering saya dengarkan, baik di meja warung kopi maupun ketika duduk warung lesehan. Maka dari itu, mewakili mereka juga, sangat wajar jika dalam tulisan ini saya singgung sedikit tentang kualitas tenaga pengajaran. Ya, apa lagi, jika bukan tentang kualitas tenaga pengajar yang ingin mereka kritik juga melalui ungkapan tentang biaya SPP dimurahkan. Karena rendahnya kualitas tenaga pengajar pasti dirasakan langsung oleh mahasiswa melalui materi-materi maupun wacana-wacana yang dihadirkan.

Ini menjadi semacam kritik pedas dan sekaligus juga saran yang manis, karena apabila didengarkan dan apalagi bisa menjadi landasan, maka kedepannya kampus tercinta kita ini akan menjadi sebenar-benarnya kampus rujukan, yang mampu menghadirkan oase di tengah berbagai bentuk krisis yang menerpa bangsa kita Indonesia baik di masa kini maupun di masa depan.

Di akhir tulisan, saya berdoa, semoga kedepannya sumber daya dosen terus mengalami apdetan, dengan kapasitas ilmu dan wawasan kekinian yang benar-benar mantap dan mapan. Sehingga semahal apapun biaya SPP, pasti tidak akan dipermasalahkan. Salam berjaya almamater yang saya cintai, Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.


Tungang Iskandar ( pengemudi akun @kitablempap )



Note: Orasi singkat saya ini ditanggapi serius oleh Prof. Djohan, Selaku Direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta, setelah tidak lama saya turun dari podium.


image

[ Foto bersama antara pembesar kampus dengan calon wisudawan magister seni lintas jurusan ]

Sort:  

Neu ta kat ju pap bek neu peubre

Hhhhh..ya ya..he

Kira-kira ini pasal berapa dan ayat berapa dalam @kitablempap?hehehe

Pasar inpress Lhokseumawe..hhhh

Apdetan yaa hehe

Ya..he.. Daripada begono..he

Wah ini bahaya.... hehehe

Hhh..ya cak, ini sangat bahaya..he

Hebat bng.. Dan mengispirasi

He..aamiinn..he

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by Kitab Lempap from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Selamat, selamat, dan selamat!

Trimakasih bro @bahagia-arbi ,..he

Segera pulang ..saya tunggu ngopi..hahaha

Hhhh..siap!

Membaca karya anda saya jadi ingin menulis dalam bahasa indonesia... Tetapi saya takut terabaikan dalam bahasa dan bangsa sendiri.