Tiba-tiba saya terbangun, angin berhembus kencang membawa hawa dingin pegunungan. Saya melihat bukan kami berdua yang beristirahat di warung itu. Meskipun tidak membawa tenda dan tidur tanpa sleeping bag, tapi perut masih terisi hidangan dari acara akad nikah kawan kami. Ditambah kopi, gorengan, dan mie plus telur dengan total harga sebelas ribu rupiah yang kami pesan di warung itu.
Waktu menunjukan pukul empat dini hari. Tidak banyak yang bisa kami lakukan. Sinyal handphone pun tidak ada, hanya bertuliskan emergency call only. Daripada melamun, akhirnya kami menengok keluar sembari menghangatkan badan. Sudah banyak orang berkumpul, memandangi ke arah cahaya remang di dalam kabut yang masih menyelimuti.
Satu hari sebelumnya
Langit Jogja yang cerah, pagi hari 14 April 2018. Meskipun kurang tidur, saya harus menjemput seorang sahabat yang datang dari ibu kota. Memang sudah direncanakan dari beberapa bulan sebelumnya, untuk menghadiri acara pernikahan kawan kami sekaligus mendaki Gunung Andong.
Acara dimulai jam 8 malam, karena cuaca Jogja yang panas dan enggan untuk bepergian, kami pun hanya menghabiskan waktu menunggu sore di rumah.
Singkat cerita, sore pun tiba. Kira-kira pukul 5 sore. Kami menggeber motor ber plat AB menuju ke kaki Gunung Andong yang berada di Magelang. Waktu tempuh dari Jogja sekitar satu setengah jam.
Ya, di kaki Gunung Andong lah merupakan lokasi acara pernikahan kawan kami. Akad dilangsungkan pada malam hari, dan resepsi digelar pada pagi keseokan hari. Rencana yang sempurna memang. Untuk mengisi kekosongan kedua waktu itu, yang kami lakukan adalah mendaki Gunung Andong. Kondangan cuma numpang makan haha.
Setelah selesai mengikuti acara akad, sekitar jam 10 malam. Kami berubah dari tamu kondangan menjadi setelan pendaki wkwk. Biar lah kawan kami yang berbahagia itu mendaki "gunung" yang lain, sementara kami mendaki Gunung Andong.
Belajar dari Pengalaman
Gunung Andong memiliki puncak di ketinggian 1.726 mdpl. Dibandingkan gunung lain, gunung ini memang terbilang mudah didaki. Khususnya bagi pemula, cocok sebagai tempat latihan fisik. Dan bagi yang sudah biasa mendaki, gunung ini dijadikan sebagai pemanasan untuk persiapan mendaki gunung lain yang lebih tinggi di atas 2.500 mdpl.
Gerbang masuk Gunung Andong
Saya dan seorang sahabat, bukan pertama kali mendaki Gunung Andong. Meski tidak terlalu tinggi, tahun lalu gunung ini sukses membuat saya (maaf) muntah. Pasalnya trek pendakian ini cukup intens. Jalur pendakian yang langsung menanjak dan dilakukan pada malam hari sontak membuat fisik saya kaget.
Namun tidak demikian untuk kali ini. Saya sudah tau jalur nya dan menyesuaikan fisik dengan lingkungan sekitar. Mendaki pada malam hari merupakan pilihan agar terhindar dari terik matahari siang, yang bisa menguras hidrasi tubuh saat pendakian. Bukan tanpa resiko, pendakian malam hari pun dapat menyebabkan masuk angin. Dan secara alami kita menghirup oksigen yang dibagi dengan pepohonan.
Larangan mati di Gunung Andong merupakan salah satu poin Tata Tertib
Pendakian Gunung Andong, dimulai dari basecamp Dusun Sawit. Fasilitas cukup lengkap. Tempat istirahat, parkiran, mesjid, warung dan toilet umum yang dikelola oleh swadaya masyarakat sekitar. Untuk tiket masuk dikenakan biaya sekitar tujuh ribu rupiah. Murah bukan.
Persiapan kami untuk mendaki cukup minim. Hanya membawa ransel berisi jaket, minuman makanan ringan, tracking pole, kamera, lampu senter dan sleeping bag (untuk jaga-jaga). Sengaja tidak membawa tenda, karena kami mulai mendaki jam 11 malam, dan rencana turun habis sunrise.
Peta trek pendakian Gunung Andong
Rute pendakian Gunung Andong, memiliki 3 pos yang jaraknya cukup berdekatan, setidaknya menurut saya. Sumber air ada diantara pos 2 dan 3. Memiliki 3 puncak yang biasa menjadi camping ground. Di salah satu puncak terdapat bangunan makam seperti pendopo yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.
Dari Milkyway menuju Matahari Terbit
Hutan Pinus, trek pendakian
Pada pendakian kali ini, tidak ada target waktu kapan harus sampai puncak. Pendakian pun, dijalankan dengan santai dan hikmat. Setapak demi setapak, sambil menghirup udara malam pegunungan. Sesekali menengok ke belakang, melihat kelap kelip lampu pemukiman warga.
Melewati hutan pinus, menjumpai jalur yang dihiasi tebing dan jurang. Kami berhenti sejenak. Sahabat saya ngeluarkan handphone nya dan membuka sebuah aplikasi. Dia mengarahkannya ke langit, seperti orang mencari sinyal. Tapi bukan, dia sedang mencari gugusan bintang. Saya tidak heran memang dia seorang pemburu Milkyway. Setelah menemukan rasi bintang, kami mengeluarkan kamera masing-masing. mengarahkannya ke langit dan kemudian mengabadikannya.
Malam yang cerah ditemani gemerlap ribuan bintang
Setelah asyik berburu milkyway, kami menuju puncak. Karena tidak membawa tenda kami langsung menuju ke warung. Ya, di puncak gunungnya ada warung haha, itu juga salah satu alasan tidak membawa tenda. Jadi kami istarahat di warung saja.
Tidur hanya 2 jam, cukup untuk melepas lelah, matahari pun akan terbit. Saya keluar dari warung, dan wow begitu indahnya, di seberang ada Gunung Merbabu yang pernah saya daki juga. Matahari pagi semakin menunjukan auranya. Terdiam sembari menikmati pemandangan, dan menghirup udara pagi yang segar khas Gunung Andong.
Pemandangan saat matahari terbit, terlihat Gunung Merbabu
Sembari menghangatkan badan, saya berkeliling sekitar puncak Andong. Gunung ini selalu penuh pada saat weekend. Pada hari saat kami mendaki saja, sudah ada sekitar 1.400 total pengunjung. Mungkin karena relatif mudah untuk didaki dan akses menuju lokasi juga mudah.
Kembali
Waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi, tanggal 15 April 2018. Kami mulai jalan turun dari puncak. Sambil turun gunung, menikmati pemandangan yang hijau. Sesekali menjumpai spesies yang tinggal di Gunung Andong.
Puas menikmati puncak Gunung Andong, kami tiba di basecamp sekitar pukul 8 pagi. Lelah memang, kurang tidur pula. Di basecamp kami istirahat sejenak, agak malas untuk mandi. Karena acara resepti pernikahan kawan kami dijadwalkan mulai jam 9, ya masih ada waktu leyeh-leyeh. Datang agak telah sedikit juga tak masalah.
Laba-laba berduri yang kami jumpai di perjalanan turun
Tak terasa sudah jam 10, akhir nya kami harus berubah kembali dari setelan pendaki menjadi setelah kondangan hehe. Kami menuju lokasi acara yang tak jauh dari basecamp. Beberapa teman kami sudah ada di sana. Ya memang setiap acara pernikahan selalu menjadi ajang silaturahmi kawan-kawan yang sudah lama tidak jumpa. Acara selesai sekitar jam 2 siang. Kami berpamitan pulang kembali ke Kota Jogja.
Salah satu alasan kuat kami sengaja tidak membawa tenda
Bonus Photo
Jembatan Setan, kanan dan kirinya jurang
Puncak Makam. Photo credit to AW.
Take a moment
Catatan ini merupakan bagian dari seri Jurnal Pendakian.
Followed u👍
thanks
Keren bangeeeeeeettttt...
Mau ka
mau apa.. wkwk
Mau kesana jugaaa.
Bareng kaka hehe
Mantap mas Eko, pemandangannya gila abis. Walaupun hanya tidur sejam + masuk angin karena perjalanan malam. Semua terbayar lega.
betul bang nikmat sekali.. dan bersyukur dengkul masih kuat wkwk
Syukurlah.. Dengkulnya masih berjiwa muda.
pemandangannya keren mas,,,, dah q follow, vote, dan komen. gantian ya mas kalau berkenan
saya ternganga mas.
keren vangetttt
ikut mendaki dong. .biar bisa ikut moto gitu. . kereeennn
jangan kelamaan menganganya bli tiati kemasukan lalat hehe..
nah iya saya belum pernah daki gunung di Bali.. Gn.Batur ato Gn.Agung gitu..
hahah, saya yang di kaki gunung agung juga belum pernah mendaki kesana mas. hehehe
wah.. nanti kalo saya ada rencana ke gunung Agung mampir rumah bli @ekavieka aja nih asyik.. hehe
Siap, pasti senang kalau ada yang berkunjung kerumah saya. deket banget sama gunungnya, heheh
tapi ga perna tak daki mas. heheh
ya nanti saya paksa daki haha
Suka naik gunung yak?
Hehehe...
Di sini jg banyak yg punya hobi gitu, sejak erupsi sinabung, berkurang drastis jadinya.
Salam dari Medan.
iya bang hobi sedari dulu sekalian olahraga. apa kabar Sinabung sekarang bang? masih erupsi kah?
Msh dlm tahap pengawasan...
G tw lg kpn akan kembali erupsi.
Wowwww. Indah sekali pemandangan dan alam sekitar, speechless dech..
Asik sekali perjalannya, dan bikin kangen Jogja dan Magelang :)
mari ke mari bang ke Jogja
Waaahh.. Asik bgt mas..
mendaki gunung dalam menjaga kewarasan jiwa dan kesehatan raga hehe
Congratulations, Your Post Has Been Added To The Steemit Worldmap!
Author link: http://steemitworldmap.com?author=ekonugraha
Post link: http://steemitworldmap.com?post=catatan-perjalanan-gunung-andong
Want to have your post on the map too?