Eksotisme Gunung Lembu Purwakarta

in #travel6 years ago

Bermula dari keisengan untuk menguji kemampuan mendaki dengan ikut berwisata ke Purwakarta setelah diajak rekan-rekan Okezone di masa libur kilat. Awalnya hanya sekedar terima tawaran untuk naik gunung (bukit lebih tepatnya), eh rupanya ketagihan.

Risna yang duduk di depanku tiba-tiba nyeletuk “Dedek Ray, naik gunung yok,” katanya di satu hari sibuk. Lah kuterima saja karena kupikir sembaru tengok-tengok pemandangan luar Jakarta.

Bukan cuma aku saja yang diajak, beberapa teman Okezone lain turut ditawarkan berlibur bersama. Dan yang menerima ajakan hanya beberapa. Selain aku dan kak Risna, juga ada mba Renny, mba Didin, dan bang Ade. Boleh lah kupikir. Setidaknya lima orang akan cukup menarik untuk mendaki.

Kami janjian untuk berjumpa Sabtu pagi sekitar pukul 5.30 WIB, waktu yang amat sangat pagi menurutku. Kami sepakati waktu ini agar perjalanan menuju Purwakarta lebih dini dan yang paling penting adalah menghindari macet di jalan.

Malam sebelumnya, aku mulai berkemas, mulai baju, celana hingga kain sarung. Saat mengumpulkan keperluan, bang Salman Mardira nyeletuk, “Emang punya celana untuk mendaki?” tentu aku jawab tidak.

Sebagai perantau dadakan aku tak memiliki kecukupan alat tempur selama berada di medan perang ini. Hanya baju dan celana formal, jins juga celana kain. Aku rasa itu tak mungkin kugunakan untuk naik gunung. Tapi syukurlah bang Salam meminjamkan satu untukku.

Malam itu juga aku meminta kak Risna untuk meminjamkan jaketnya. Tak lupa, aku ikut pinjam tas ransel gunung pada bang Zulfan. Lengkaplah, memulai perjalanan naik gunung dengan peralatan pinjaman. Untung saja aku punya banyak stok celana dalam, jadi tak perlu pinjam ke sana ke mari.

Paginya, usai subuh aku bergegas. Setelah memastikan seluruh barang sudah kubawa termasuk power bank –kebutuhan pokok-, kupesanlah jasa go-jek menuju Kebon Sirih, titik kumpul yang kami sepakati. Dan setelah memprediksi bakal jadi yang paling terlambat, ternyata aku paling awal tiba di sana.

IMG_20170723_091045.jpg

Sekitar 40 menit berkeliling kantor dan berbelanja makanan ringan di minimarket, akhirnya aku berjumpa mba Didin, kemudian menyusul mba Renny, bang Ade dan terakhir kak Risna. Komplit sudah.
Kami memutuskan berangkat menggunakan mobil fortune milik mba Didin. Kabar baiknya lagi, dia bersedia menjadi driver tunggal. Lainnya hanya bisa bobok cantik plus sedikit mendengkur selama perjalanan.

IMG_20170722_125145.jpg

Foto: Rayful | Taman di lingkungan pendapa Purwakarta

Usai menikmati makanan khas di sana –saya lupa namanya, yang jelas itu Sate- dan menengok Pendapa Surakarta, kami berangkat menuju gunung Lembu. Perjalanan menggunakan kendaraan setidaknya memakan waktu satu jam ke arah kaki gunung lembu. Jalan bebatu, berkelok dan sempit harus kami tempuh, ini jadi ujian awal.

Saat tiba, kami memulai perjalanan sekitar pukul 16.30 WIB. Ini bukan waktu yang cocok untuk mendaki. Faktanya mendaki pada malam hari setidaknya akan mengganggu perjalanan karena jarak pandang yang terbatas. Tapi syukur saja mendaki gunung lembu hanya memakan waktu dua jam.

IMG_20170722_164830.jpg

Foto: Rayful | kak Risna, senyum kelelahan

“Ini mah sebentar. coba ke Gunung Simeru,” kata bang Ade padaku. Gunung Semeru membutuhkan waktu sekitar satu hari lebih, belum lagi untuk mendaki Mahameru.

Sebagai pemula di dunia pendakian, satu jam mendaki saja kakiku rasanya mau rontok. Bergetar karena tak mampu. Bisa jadi karena belum terbiasa. Sehingga tim memutuskan mendaki syantai. Kami berhenti sekitar tiga kali untuk rehat sambil foto sana sini, gaya ini itu.

Tak terasa malam tiba. Kami akhirnya tiba di di puncak. Tapi tak terlihat apapun. Yang kami sadari adalah keberadaan di tengah hutan dengan pohon-pohon menyelimuti puncak gunung. Tapi hawa dingin secara perlahan mulai menusuk dari sela-sela jaket.

IMG_20170722_195020.jpg

Foto: Rayful | Lagi pusing mikir cara makannya gimana

Beberapa waktu kami masih mencari tempat untuk memasang tenda. Awalnya memilih lokasi di titik tertinggi, namun harus turun sedikit ke bawah, “Di bawah lebih dekat dengan Batu Lembu,” kata si mbah. Oya, kakek ini menjadi pendamping kami selama pendakian tadi. Meski tua, aku akui, stamina untuk mendakinya masih tokcer. Ya ampun aku juga lupa, ada teman kami dari Purwakarta ikutan, namanya Galih.

Fix kami memilih membangun tenda di dekat batu lembu. hawa-hawa dingin makin menusuk. Tapi kata yang lain itu belum seberapa. Masih belum dingin untuk level sebuah gunung. Ya wajar saja mungkin, ketinggian gunung ini sekitar 900 meter dari permukaan laut.

Malam itu, untuk pertama kalinya aku resmi berkemah di gunung. setelah makan malam ala anak mapala, kami memutuskan beranjak ke batu lembu. Sekitar 15 meter dari tenda. Ada pemandangan yang belum pernah kurasa sebelumnya. Biasa hanya melihat awan dari kejauan, malam itu aku merasa sedang berasa di tengah-tengah awan.

IMG_20170722_214430.jpg

Foto: Rayful | Diam sambil mikir utang di warung Mpok Nur

Angin kencang tapi kalem sedikit membiarkan kami dalam keheningan masing-masing, merasakan betapa kenikmatan bisa darimana saja. Ah aku rindu betul kembali ke sana merasakan hal yang sama. Serius.

Pemandangan yang tak kalah eksotis adalah pada pagi hari. Aku hanya tertawa melihat suasana pagi itu. Bahkan berucap pun aku tak mampu mendiskripsikannya. Apalagi melalui tulisan ini.

IMG_20170723_065857.jpg

Foto: Rayful | Waduk Jatiluhur dari atas batu lembu

Gunung lembu setidaknya menampilkan keindahan alam Purwakarta. Dari atas sana, akan terlihat jelas puluhan tambak nelayan di Waduk Jatiluhur berjejer dari arah muka. Sedangkan dari sisi kanan batu lembu tergambar jelas Gunung Batu.

Keindahan ini bukan hanya kami yang nikmati, namun puluhan tenda lain ikut menjadi saksi betapa lembu bisa jadi salah satu gunung yang ngangenin untuk didaki. Semoga lain kali bisa menjamah gunung-gunung lainnya.

IMG_20170723_072743.jpg

Sort:  

Semangat bro. Bek keundo. Tuleih aju mandum. Idenya bisa ambil dari berbagai foto yang ada di HP. Mantap

Haha pokoknya pelan2 bang, sesuai penutoh suhu2 buno

Mantap. Tulisan seperti ini bisa dipertahankan. Tinggal membiasakan satu postingan per hari. Selamat mencoba

Omakkk, jadi kepengen ke sana ni bung @rayfulmudassir. Kayaknya suasana di sana asik tu bisa dapat sunrise waktu bangun. Wihhh sadisss

postingan yang cukup menarik bang @rayfulmudassir