[Sega Na Leqa #02] Tak Ada Hari Esok di Taveuni

in #travel6 years ago (edited)

image

Garis penanggalan internasional (internasional dateline) menyelamatkan Phileas Fogg yang sudah merasa kalah taruhan.

Sesuai perhitungannya, dia telat lima menit dari batas waktu yang ditentukan untuk misinya mengelilingi dunia dalam 80 hari. Fogg lupa memperhitungkan batas penanggalan internasional. Perjalannya dari arah Barat ke Timur yang ia tempuh telah menghemat satu hari.

Untung akhirnya ada yang menyadarkan. Sebenarnya hari ketibaan Fogg di London, jatuh tepat pada tanggal yang dijanjikan. Ia tak kalah taruhan.

Perjalanan Fogg adalah fiksi dalam novel berjudul “Keliling Dunia Dalam 80 Hari” atau “Le Tour Du Monde en Quatre-Vingts Jours”. Karya seorang Perancis bernama Jules Verne.

Kisah perjalanan Fogg yang berkeliling dunia ditemani Passepartout ini menjawab persoalan mengenai tempat pertukaran hari sebenarnya terjadi.

Lalu dimanakah tempat yang pertama kali mengalami pergantian hari, atau tempat dimana hari baru dimulai?

Garis Pembelah Hari

image
Ketika melancong ke Fiji, saya berkesempatan singgah ke pulau kecil bernama Taveuni. Pulau indah dan subur yang dijuluki “The Garden Island of Fiji” ini dianggap dilintasi garis penanggalan internasional (International Date Line) atau garis “Meridian 180 derajad”. Garis yang beradu punggung dengan garis Greenwich (Primer Meridian).

Meridian 180 disebut juga garis anti-meridian. Sesungguhnya ini hanya garis khayal. Membujur dari kutub Utara ke Kutub Selatan. Garis ini dijadikan panduan penentu pergantian hari. Semua hari baru bermula di sini.

Di Taveuni, keberadaan garis ini ditandai dengan monumen sederhana. Wujudnya hanya berupa sebuah dua keping papan informasi yang dipasang berdampingan.

image
Antar kedua papan diberi jarak selebar badan. Papan di sebelah West (Barat) menjadi penanda Today (Hari ini), sedang papan di sebelah East (Timur) menjadi penanda kemarin.

Tempat ini banyak dikunjungi wisatawan. Mereka senang mengambil foto dengan pose sedang berdiri di antara kedua papan. Membayangkan sedang berada di atas sebuah garis yang membagi dua tempat dengan zona berbeda.

Bila berdiri tepat tengah malam, seolah-olah sebelah badan lebih muda satu hari. Lewat tengah malam, perbedaan antara kedua papan hanya satu jam, seperti perbedaan antara Waktu Indonesia Barat (WIB) dan Waktu Indonesia Tengah (WITA).

Tentu saja, garis maupun perbedaan waktu yang ada bisa dianggap khayali. Yang pasti, pergantian hari sejak pukul 00.00 dihitung dari garis ini. Garis yang membuat pulau kecil ini memiliki dua hari dalam sesaat.

Tomorrow Never Comes


image
Terkait keterangan yang tertulis di papan keterangan tentang “Kemarin” dan “Hari Ini”, saya berseloroh dengan sejumlah kawan. Salah salah satunya, Peter Vatunisali, warga desa Waica Pulau Taveuni, yang sering menemani saya selama di pulau itu.

Saya bilang, di Fiji hanya ada kemarin dan hari ini. “Apakah orang Fiji tak mengenal hari esok?”

Peter tertawa tergelak. Lalu setelah tenang dia berkata, “mataka sabere mai, bosso! mataka sabere mai. Tomorrow never comes, brother!”

Kalau anda kebetulan mengamati kehidupan sehari-hari di Fiji, ucapan itu bisa jadi bukan sekadar omong kosong. Masyarakat Fiji memang dikenal sebagai masyarakat paling santai.

Mereka bekerja untuk hari ini. Misalkan mereka mendapat gaji dari bekerja membantu di kebun orang, maka mereka akan beristirahat sampai uang gaji itu habis, baru kemudian bekerja lagi.

Fiji Time, cerminan masyarakat yang tak tergesah-gesah. Hidup hanya untuk hari ini yang terus berulang. From today to another today. Begitu yang pernah saya dengar dari Collie, sahabat fiji yang saya jumpai di desa Wainibokasi, pulau Viti Levu. Di sini, esok tak pernah ada. Tomorrow never comes.

Jadi, tenang saja. Sega na leqa!

Sort:  

Menarik bang. Bisa sampai kesana.

Terima kasih, bang winruhdikopi. Kebetulan saja ada orang baik mengundang saya ke sana.

Berati tidak ada hari esok, lalu bagaimana dengan merencakan sesuatu?
Bukankah hari esok patut untuk kita rencanakan?

Betul, mbak. Sebenernya di balik sikap santai orang sana, mereka punya cara sendiri untuk sikapi masa depan. Pendidikan menjadi cara paling utama kalo saya lihat

Seru banget pasti, bisa berdiri di antara hari ini dan kemarin 😁🤗

Buat yang susah move on, suruh kesana aja, kk. Ahahahaaaa, peace ✌️

hahaha. boleh jadi mbak @diyanti86
bagi yang susah move on pasti selalu mau kembali ke kemarin.
cocok!

Jadi kalau berdiri di tengah2 berarti hidupnya gitu2 aja dong.. 😂

Pasti begitu, mbak @fararizky.
Berdiri di sana terus-terusan selain gak ngapa-ngapain, gitu-gitu aja, juga capek.
Jadi berdiri di sana 60 detik aja, sekadar untuk foto. selebihnya ke pantai atau cari warung kopi. hehe

Hehe.. Posisi warung kopi nya di AM atau di PM mas?
Tapi spt nya buku itu asik untuk di baca.

sungguh beruntung Bang @syam daoat berada diantara hahaaa

hihi. antara kemarin dan hari ini. posisi yang pas untuk tidur. hehe