Di Aceh Ada Cucu Abu Nawas

in #busy7 years ago

Oleh: Arafat Nur

HariI pertama saat dilanda patah hati, langit runtuh. Dunia hampa. Orang-orang di sekeliling bagaikan patung-patung belaka. Segalanya menjadi tak berarti. Kamu seperti pohon mati yang tak lagi melihat gunanya matahari. Saat itu yang kamu pegang cuma satu; keyakinan, bahwa hari-hari yang berlalu akan merenovasi segalanya.

Mulailah kamu mengembara dari toko buku ke toko buku. Mencari buku-buku yang menceritakan orang-orang paling malang di dunia. buku-buku yang berkisah tentang orang-orang paling hancur di jagat raya. Meresapi kisah-kisah tragis mereka. Rupanya itu jadi obat. Minimal, menggiringmu pada pola pikir mutualisasi skala perbandingan, bahwa kamu bukan orang pertama yang dinistakan kehidupan, bahwa kamu tidak sendirian dalam kedukaan...

DIJAMIN-BUKAN-MIMPI_Mockup.jpg

ITU merupakan penggalan dari buku Dijamin Bukan Mimpi (kumpulan cerita satiris & inspiratif) karya Musmarwan Abdullah, pemikir, cerpenis, dan musisi Aceh. Buku menawan setebal 340 halaman yang diterbitkan Gramedia, Maret 2016 ini menyajikan kumpulan tulisan tentang banyak hal, baik peristiwa kecil sehari-hari maupun kejadian-kejadian unik tak terduga. Umumnya adalah hasil perenungan dan penggalian nilai-nilai yang menyentuh persoalan sosial, agama, politik, pendidikan, dengan sentuhan filosofi ringan bergaya ungkap sastrawi yang indah.

Musmarwan mengajak kita merenungkan berbagai kejadian dari sudut pandang berbeda, dengan benturan-benturan logika yang membuat kita tercenung, ironis, dan miris. Buku ini dibuka dengan kisah yang amat manis tentang Perempuan Bule nan Cantik; Jika suatu hari kamu kebetulan melintas di tiga puluhan kilometer antara ibukota kabupaten dan pasar kecamatan kami, kamu mungkin akan berpapasan dengan seorang perempuan bule muda, cantik, berkulit mulus, dan bertubuh seksi. Rambutnya diikat ekor kuda, badannya dibalut bra (BH), dan celana sport seksinya hanya menutupi bagian sangat terlarang. Dia berlari-lari kecil di sisi badan jalan itu dengan mengenakan sepatu kets.

Selepas air raya mengahantam pesisir Aceh yang dikenal dengan tsunami, 26 Desember 2004, tak lama kemudian berakhirnya konflik panjang, banyak orang-orang asing berdatangan ke Aceh dengan membawa kebiasaan budayanya, termasuk Perempuan Bulek nan Cantik ini; Kita mengira orang-orang pasti membicarakannya dengan ragam komentar maupun tanggapan-tanggapan. Ternyata tidak. Setiap kali sang perempuan lewat, orang-orang diam saja. Bahkan sampai perempuan itu menjauh dan hilang di tikungan, orang-orang tak juga berkomentar apa pun atasnya.

Namun, ketika sang tokoh (aku) berkomentar, “Aduhai, itu sebuah pemandangan sangat indah. Itu nutrisi bagi mata kita. Itu suatu anugerah yang tidak kita dapati berabad-abad dalam kearifan lokal kita.” Nah, orang-orang terperanjat. Mereka sangat tidak menyukai komentar si aku. Menurut mereka, komentar itu sangat keterlaluan, tidak menghormati adat-istiadat. Kenapa harus bawa-bawa istilah kearifan lokal? Maunya, kalau lihat, ya lihat saja, jangan usil.

mus3.jpg

Mulailah orang-orang menghardikku, mengecamku, menyumpah-serapahiku, bahkan ada yang mengancam, mempermasalahkanku di depan sidang majelis adat. Esoknya, ketika perempuan bule yang rupanya turis asing itu lewat lagi, sebagaimana hari-hari sebelumnya, orang-orang kampung segera membicarakanku dengan kata-kata buruk, kendati aku sedang tidak ada di balai-balai itu. Nah, begitu pula pada hari berikutnya. Ketika perempuan itu lewat dengan hanya mengenakan pakaian olahraga yang aduhai itu, orang langsung menyebut-nyebut namaku. Mereka mengomentariku dengan sangat buruk.

Sebagian besar kisah dalam buku ini merupakan peristiwa yang dialami penulisnya sendiri, atau hal-hal yang bersentuhan dengan kehidupan penulis yang acap sekali menimbulkan makna ganda dengan ragaman pemahaman baru. Semisal, dalam tulisan Gila Itu Penting untuk Bertahan Hidup. Musmarwan menulis; Bila orang yang tengah dalam kondisi kejiwaan yang jamak disebut gila itu dipaksakan dalam kondisi kejiwaannya semula, orang itu akan mati tiba-tiba karena didera muatan kecerdasan atau problema hidup yang tidak tertahankan.

mus2.jpg

Menyimak kisah-kisah unik dalam buku Dijamin Bukan Mimpi yang penuh dengan sentuhan satiris dan humoris ini akan segera mengingatkan kita pada tindak-tanduk penyair Arab klasik yang legendaris, Abu Ali Alhasan bin Hani Alhakami atau yang lebih dikenal dengan Abu Nawas. Sebagaimana Abu Nawas, Musmarwan ini juga dikenal sangat cerdik dan nyentrik, terutama dalam kelihaiannya melontarkan kritik-kritik dalam balutan humor.

Kisah-kisah dalam buku ini tidak akan membuat pembaca jenuh, sekalipun telah berulang kali membacanya. Setiap kali membaca ulang, tetap saja menimbulkan senyuman di kulum, bahkan (acap kali) kita menemukan makna dan pemahaman baru. Sentilan-sentilan halus dan terkadang teramat tajam, tidak semata ditujukan pada orang lain, tetapi terhadap dirinya sendiri yang menimbulkan kekonyolan luar biasa. Sebagaimana kisah Setan-Setan Penggoda dan Manusia, Laporan Kerja Para Setan Setelah 24 Jam, sampai pada kisah Aku, Lembu, dan Setan.

Penulis juga mengajak pembaca bertemu dengan hantu perempuan cantik, kisah-kisah menarik dalam sebuah keluarga, perilaku aneh sejumlah teman, dua gadis yang bangkit dari kubur, sampai mengajak kita untuk berjumpa dengan Tuhan. Kejadian-kejadian aneh yang dituturkannya sangat logis dan bersahaja yang segera membuat kita terhenyak, merenung, lalu tergelak.

Sebagaimana kisah Abu Nawas-- lebih kurang-- begitu pulalah kisah dalam buku yang amat kaya, penuh makna, dan akan bertahan sangat lama ini. Menyelami kisah-kisah dalam buku Dijamin Bukan Mimpi, rasanya mustahil kalau Musmarwan bin Abdullah tidak punya pertalian darah dengan Abu Nawas. Bisa saja dia adalah salah satu cucu Abu Nawas yang terdampar ke Aceh, yang telah mewarisi banyak bakat unik sang kakek yang terkenal sebagai pengkhayal ulung, gemar bercanda, dan berlidah tajam. Kalau tidak percaya, silakan saja baca buku Dijamin Bukan Mimpi yang sudah menyebar luas di sejumlah toko buku terkemuka di Indonesia!

menulis3.jpg

Arafat Nur, novelis peraih Khatulistiwa Literary Award 2011.
Novel terbarunya Bulan Kertas (Gramedia, 2015).
Dia ikut mengeditori buku Dijamin Bukan Mimpi (Gramedia, 2016)
karya Musmarwan Abdullah.



There is a grandson of Abu Nawas In Aceh

The first day when broken hearted, the sky collapsed. The world is hollow. People around the statues. Everything becomes meaningless. You are like a dead tree that no longer sees the sun. At that time you only hold one; belief, whether the days gone by will revise everything.

Start wandering from bookstore to bookstore. Looking for books that tell the most unfortunate people in the world. books about the most devastated people in the universe. Infest their tragic stories. Apparently it was a cure. At a minimum, leads you to a mutualized comparison paradigm, because you are not the first person to be insulted in life, because you are not in grief ....

ITU is a fragment of the book Guaranteed Not a Dream (a collection of satirical & inspirational stories) by Musmarwan Abdullah, thinkers, cerpenis, and Acehnese musicians. The 340-page book, published in Gramedia, March 2016 features a collection of articles on many things, both small everyday events and unique unexpected events. Speech is the result of contemplation and excavation of values that are touching the social, religious, political, educational content, with a touch of light philosophy of beautiful literary style.

Musmarwan invites us to contemplate events from different angles, with confounding, ironic, and sad clashes. This book opens with a very sweet story about Beautiful Bule Women; If one day you happen to be passing through the thirty kilometers between our district and sub-district, you might come across a young, beautiful, smooth-skinned, sexy-looking young woman. Her hair is tied in a ponytail, her body is clad in a bra (bra), and her sexy pants just hung a very forbidden part. He jogged along the side of the road with the aim of sneakers.

After the air struck the coast of Aceh, known as the tsunami, December 26, 2004, shortly after the end of the long conflict, many foreigners came to Aceh carrying their cultural customs, including the Women of Bulek nan Cantik; We meet certain people with comments and responses. Apparently not Every time the woman passes by, people are silent. Even till the woman pulls away and disappears around the corner, people do not even comment on her.

However, when the character (I) commented, "Aw, it's a very beautiful sight, that's nutrition for our eyes, it's a gift we do not find for centuries in our local wisdom." Well, people are shocked. They really do not like the comments of me. According to them, the commentary is very outrageous, disrespectful of customs. Why should you take the term local wisdom? I wish, if you see, yes look, do not go nosy.

People began to rebuke me, criticize me, cursed me, even threatened, questioned me in front of the customary assembly. The next day, when a foreign woman who was apparently a foreign tourist again, survived the previous days, the villagers immediately with bad words, although I was in the hall. Well, so did the next day. When the woman was just with that fantastic sportswear, people immediately mentioned my name. They commented on me very badly.

Most of the stories in this book are events that have their own authors, or the things that come into contact with the author's life which is often dubbed with a new sense of diversity. Such as, in Crazy Writings That Are Important to Survive. Musmarwan writes; If a person in a psychiatric condition called a madman is forced in his original psychiatric condition, the person will die suddenly because of the bruised load of intelligence or unbearable life problems.

Listening to the unique stories in this Guaranteed Not Dream book full of satirical and humorous touches will soon remind us of the legendary Arab classical poets' behavior, Abu Ali Alhasan bin Hani Alhakami or better known as Abu Nawas. Know Abu Nawas, Musmarwan is also known to be very ingenious and eccentric, missed in shrewdness throwing critics in humor.

The stories in this book will not make the reader bored, despite having repeatedly read them. Every time I reread, it still creates a smile in the kulum, even (often) we find new meaning and understanding. Smooth and sometimes very sharp points, not only aimed at others, but against oneself that cause extraordinary silliness. As the story of Satan-Demons and Man, The Working Report of Satan After 24 Hours, come to the story of Me, Ox, and Satan.

The author also invites readers to meet the ghosts of beautiful women, interesting stories in a family, strange behavior of friends, two girls who rose from the grave, to invite us to meet God. The strange events he uttered were so logical and earthy that immediately made us stumble, contemplate, then laugh.

As the story of Abu Nawas - more or less - so is the story in a book that is very rich, full of meaning, and will last very long. Deep in the stories in the book Guaranteed Not a Dream, it seems impossible if Musmarwan bin Abdullah has no blood relation with Abu Nawas. He could be one of the grandchildren of Abu Nawas who washed ashore in Aceh, who had inherited many of his famous grandfather's talents as a daring, joking, and sharp-tongued dreamer. If you do not believe it, please read the book Guaranteed Not a Dream that has been widespread in a number of leading bookstores in Indonesia!

Arafat Nur, novelist of Khatulistiwa Literary Award 2011.
His latest novel Bulan Kertas (Gramedia, 2015).
He joined the book edition Dijamin Bukan Mimpi (Gramedia, 2016)



Sort:  

Mantap. Sangat menginspirasi. Saya akan belajar menulis dari tulisan anda. Karena saya masih lemah bidang itu

terima kasih sudah singgah, tgk

Sama-sama. Terimakasih juga. Saling silaturrahmi itu indah

Kisah-kisah yang sangat menarik dari buku ini, banyak cerita yang terkadang lari dari kultur masyarakat kita. Membiasakan yang salah dan membenarkan yang biasa. Ibarat bahtera tanpa mahkota.

sip, terima kasih sudah membaca, teman @jamilfian

Oh benar lah adanya, Bang Musmarwan ini adalah Abu Nawas-nya Aceh...

Kalau diendorse oleh Bang Arafat, tentu bukunya sangat bagus dan layak dibaca.

Mudah2an beliau terus berkarya.

Akan masuk ke dalam list buku yang mau dibeli.. thanks bg @arafatnur.. ☺☺☺

Oh, terima kasih sist @irasiregar

Salam kenal dari saya, Mutia. Gadis Aceh yang menetap sementara di Bandung :) Terima kaish pula atas rekomendasinya, bang. Insya Allah menyusul untuk dibeli hehehe

Oh, salam kenal kembali. Moga gembira.

Ah, penulis favorit saya ini ada di mana-mana, senang berjumpa dirimu disini bg. Ku dapat novel "Muthia Lon Sayang' tapi novel Bidadari ku hilang.. hiks

Oh, selamat berjumpa sist @ayijons. Semoga harinya indah.

@arafatnur kapan ya punya kesempatan untuk memberikan pelatihan untuk saya dan tmn2 guru di sekolah saya?

kalau ada waktu senggang nanti, oke sist @nyakti

Sangat inspiratif, semoga bisa segera memiliki bukunya

terima kasih atas minatnya. salam

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by mancingikan1 from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

keren! tangan anda bagaikan mesin jahitan :)