Setengah Hari Bersama Abati Kuta Krueng

in #education6 years ago

Panitia Perayaan Hari Besar Islam (PPHBI) Dayah Riyadhu as-Shalihin Gampong Blang Rubek, Lhoksukon menggelar acara maulid bersamaan pengijazahan thariqat mu'tabarah dari Abu Kuta Krueng pada Selasa, 13 Maret 2018.

image

Karena satu dan lain hal, Abu tidak bisa memenuhi undangan dan mewakilkan kepada menantunya, Tgk Tarmizi Judon atau akrab disapa Abati Kuta Krueng. Abati tiba di kompleks dayah sekitar jam 14.00 WIB disambut oleh para jamaah dan acara langsung dimulai. Tanpa membuang-buang waktu, Abon Zakaria selaku pucuk pimpinan mempersilakan Abati untuk memberikan taushiyah serta mengijazahkan thariqat kepada kita semua.

Dalam taushiyah yang disampaikannya, mula-mula Abati meminta maaf atas kekecewaan para jamaah dan menyampaikan salam dari Abu kepada hadirin semua dengan lafaz: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Abati sedikit menjelaskan tentang pribadinya terkait thariqat, beliau mendapat izin dari al-Mursyid Abu Usman Ali untuk memberikan ijazah kepada orang lain pada 6 Ramadhan. Ketika itu, Abu berucap: Karena hari ini, 6 Ramadhan adalah hari muwafaqah di mana al-Faqir menerima ijazah dari guru al-Faqir, Abi Hanafiyah Abbas di Samalanga, maka saya ijazahkan thariqat ini dan sekaligus saya izinkan engkau --(dalam hal ini Abati, pen), untuk memberikan kepada yang lain.

Sebelum memasuki dalam pengijazahan, Abati memberikan taushiyah kepada kita berupa penjelasan hikmah diciptakannya manusia yaitu beribadah kepadaNya. Menjelaskan bahwa itu adalah hikmah, bukan illat dan tujuan bagi Allah. Setelah itu Abati melanjutkan pembahasan kelebihan zikir kalimat thayyibah; Subhanallah wa alhamdulillah wa laailaha illallah wa Allahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billahi.

Di mana kalimat itu tidak terjadi seperti itu dalam satu waktu. Abati menjelaskan secara rinci sebagai berikut:

Subhanallah, ia adalah kalimat yang diucapkan oleh Malaikat Pembawa Arasy tatkala para malaikat itu merasa lemah dari menanggung Arasy, datang perintah Allah untuk membacakan kalimat tasbih. Mereka pun kuat. Demikian pula salah satu fadhilah kalimat tasbih adalah untuk kekuatan dan kesehatan bagi kita yang melazimkan diri dengannya. Sejak saat itu kalimat zikir hanya ada Subhanallah, hingga diciptakan Adam AS oleh Allah SWT.

Alhamdulillah, kalimat diucapkan Adam tatkala beliau sempurna diciptakan oleh Allah. Zikir tahmid ini langgeng hingga air bah menimpa Nuh AS dan kaumnya.

Laa ilaha illaLlah, zikir yang diucapkan oleh Nuh As dan kaumnya tatkala air bah melanda. Kalimat tahlil diyakini adalah zikir yang mampu meredam murka Tuhan. Tiga zikir ini terus dibacakan hingga masa Ibrahim AS menyembelih Ismail AS. Ketika Ibrahim membuka mata tatkala dalam perasaannya telah memotong leher Ismail dan ternyata yang terpotong adalah leher kibasy, maka Ibrahim pun mengucapkan:

Allahu Akbar. Empat zikir ini terus dibacakan hingga datang khabar itu kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, beliau menyempurnakan dengan:

Laa haula wa laa quwwata illa billahi, demikianlah zikir ini menjadi sempurna. Maka seyogyanya kita basahi lidah dengan kalimat zikir yang sangat tua ini yang merupakan amalan para anbiya terdahulu. Pahala dan fadhilahnya meliputi langit dan bumi. Teruslah berzikir setiap waktu, karena kita tak akan tau zikir mana yang akan mencukupkan berat timbangan kita esok di mizan.

Lalu, Abati mengisahkan tentang ampunan Allah ketika hamba sudah berada di mizan dan sesaat akan memasuki surga. Abati berpesan: "Karena kita tidak bisa meyakini akan adanya keberuntungan seperti dalam kisah ini, maka janganlah menggantung harapan kepada hal yang tak pasti itu, lakukanlah sendiri amalan apapun yang mampu memberatkan amalan kita. Jangan sampai penyesalan terjadi karena tidak sampainya batasan boleh masuk surga dengan amalan yang kita punya hanya secuil lagi".

Demikian Abati mengakhiri taushiyahnya dan dilanjutkan dengan pengijazahan thariqat. Thariqat yang diijazahkan adalah Syaththariyyah dan Shamadiyyah. Dilanjutkan tatacara beramal dengan dua thariqat ini, Abati menjelaskan panjang lebar. Ijazah ini bersambung sanadnya dari guru ke guru hingga sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, berikut sanad silsilahnya:

Abu Kuta Krueng, Haji Usman Ali --> Syeikh Hanafiyyah bin Abbas --> Sayyid Ahmad bin Sayyid Abi Bakar Syatta --> Sayyid Abi Bakar bin Sayyid Muhammad Syatta --> Quthb Zaman, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan --> Syeikh Utsman ad-Dimyati --> Syeikh Muhammad Amir Kabir --> Syeikh Abdurrahman bin Mustafa --> Mustafa bin Syeikh --> Syeikh bin Mustafa --> Sayyid Abdullah Al-Haddad --> Habib Umar Alatas --> Habib Husein bin Abi Bakar --> Habib Abi Bakar bin Salim --> Syeikh Syihabuddin --> Abdurrahman bin Ali --> Ali bin Abi Bakar --> Abi Bakar --> Habib Abdurrahman Segaf --> Habib Muhammad Maula ad-Dawilah --> Ali bin Alwi --> Alwi bin Muhammad --> Fagih Mugaddam Muhammad --> Ali bin Muhammad --> Muhammad bin Ali --> Ali Khali' Qasim --> Alwi bin Muhammad --> Muhammad bin Alwi --> Alwi bin Ubaidillah --> Ubaidillah bin Ahmad --> Ahmad bin Isa --> Isa bin Muhammad --> Imam Muhammad As-Sagif --> Sidna Ali al-Uraidhi --> Imam Ja'far Shadiq --> Sayyidina Imam Muhammad al-Bagi --> Sayyidina Imam Zainal Abidin --> Sayyidina Husein --> Amirul Mu'minin Sayyidina Ali bin Abi Thalib --> Rasulillah Muhammad ShallaLlahu 'alaihi wasallama

Demikianlah sanad dalam sebuah amalan kaum Ahlussunnah waljamaah, merupakan mata rantai emas yang sunyi dari syubhat dan bid'ah. Begitulah, kesucian luar biasa yang akan terus dijaga sampai turunnya Isa Al-Masih dan sampai bumi berhenti berputar.


image

Di akhir kesempatan setengah hari bersama Abati, sebelum pamitan pulang, kami minta izin berselfi sebentar sebagai kenang-kenangan.