Acehnologi (Review) "MASA DEPAN DAYAH DI ACEH" [VolumeIII:Bab31]

in #indonesia6 years ago

Dayah merupakan tempat menuntut ilmu yang sudah berdiri sejak lama di aceh. Dalam bb ini sudah saatnya menentukan pilihan akankah dayah bertahan dengan tradisi ilmu pengetahuan yang sampai saat ini masih diterapkan atau mulai memilih beradaptasi dalam ranah kontemporer saat ini. Ke-Eksistensian dayah tak usah diragukan lagi, dalam bab ini sangat dipaparkan dengan jelas bahwasanya dayh sangat berhasil membangun jiwa manusia yang dimulai dari pengasahanan intelektual hingga spiritual.

Dapat ditemukan dalm bab ini bagaimana penulis memaparkan banyak fakta yang bahwasanya dalam agama apapun mereka tetap menginginkan sprit keagamannya yang mendominasi dalam sebuah negara, semaju-majunya suatu negera mereka tetap tak sungkan membayar mahal demi hanya bertemu dengan spirit dalaehidupan mereka, terlepas dari makna sesat masyarakat modern masih mempercayainya.

IMG-20180615-WA0013.jpg

Sepertinya benar adanya, bahwa dapat kita tegaskan fondasi peradaban dunia adalah dunia spiritual. Maka jika di aceh faktanya dalam sejarah reproduksi spirit ternyata banyak dihasilkan oleh para penuntut ilmu di dayah. Karena mereka dapat menjadi penyuluh bagi masyarakat dalam hal sosial dan kegamaan, selama beberapa abad lamanya dari era kerajaan hingga hari ini, spirit dayah yang merupakan spirit ilme endatu mampu menyinari Aceh.

40 tahun yang akan datang, akankah nasib dayah akan teyap cemerlang? Mengingat bagaimanapun dunia akan berubah namun spirit keagamaan akan tetap dicari. Bahkan faktor agama masih menjadi hal penting dalam membangun kubu atau blok di kalangan negara maju.
Untuk melihat bagaimana peran gerakan agama di masa akan datang paling tidak ada tiga hal yang perlu dicermati:
Land (tanah), konsel tanah tak dapat diabaikan, bagaimana palestina memperjuangkannya karena tempat sakral bagi umat islam, dan yahudi juga memperjuangkannya akan tanah tersebut dsb. Karena dapat kita pahami suatu wilayah merupakan modal awal transfer spirit keagamaan terhadap manudua yang mendiami tempat tersebut.

Kedua, hopes (harapan-harapan), hampir dapat dipastikan bahwa gerakan-gerakan keagamaan selalu membaa harapan baru. Oleh sebab itu sepertinya orang Aceh masih bisa menitipkan hopesnya di dayah. Sebab mereka selain memiliki spirit dan pengembabg ilmu pengetahuan Islam, juga memiliki jaringan se-Aceh yang bisa dikategorikan sebagai sebuah gerakan agama dari masyarakat sipil (civil soviety).

Ketiga, sacrality (sakralitas) yang merupakan tujuan dari penganut agama di dunia ini, yaitu mempertahankan kesucian agama mereka.

IMG-20180701-WA0030.jpg

Teknologi dan ilmu pengetahuan brkembang di berbagai negara aju, namun dapat kita lihat mereka tetap mempertahankan ke-sakral-an tempat seperti kuil (contoh di cina), yang menjaga kesucian agama. Maka saat ini apakah di Aceh memiliki hal yang demikian? Dalam akhir bab ini penulis memaparkan beberapa pilihan yang dpat diambil oleh kebijakan dayah di Aceh.

Dayah merupakan tradisi khas Aceh, tanpa dayah Aceh tak memiliki lagi ke khassannya, dayah harus mempertahankan diri sebagai lembaga tradisional dalam proses transformasi ilmu pengetahuan di Aceh. Lembaga ini tetap "apa adanya" tetapi harus melakukan transfer of knowledge dan transfer of wisdom.

Dayah akan tetap menjadi pusat spirit kegamaan yang harus kita pertahankan di Aceh, dayah harus tetap menjadi apa adanya dalam artian tetap dalam lembaga tradisional namun tetap ada tantangan terhadap cara merespon isu-isu globalisasi yang akan datang.