"Gampong Keberagaman" bukti nyata toleransi di kota Syariat

in #indonesia6 years ago

Jika awalnya islamophobia hanya kita dapati pada negara-negara yang memang minoritas mulsim, namun nyatanya hal satu ini kian merambat cepat bak virus yang menyerang negeri kita sekarang. Miris, jika kita mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Faktanya, sekarang ormas-ormas Islam dianggap anti terhadap Pancasila, dianggap radikal padahal hanya menyebarkan dakwah. Saat umat ingin membela agamanya, kini dianggap rasis terhadap non-muslim dan dianggap fundamental, yang lebih menakutkannya lagi beberapa kejadian terorisme kerap dituduhkan terhadap Islam, padahal sangat jelas terorisme berbeda dengan konsep Islam yang berbicara mengenai jihad.

Media yang mengambil andil mungkin boleh saja menyudutkan Islam, namun nyatanya Islam tak seperti apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang anti terhadapnya, bahkan Islam sangat mengajarkan toleransi umat beragama, bahkan jauh sebelum modern mencetusnya, Rasulullah sudah berhasil mencetus PiagamMadinah sebagai konstitusi yang luar biasa, dan hidup saling berdampingan dengan umat beragama non-muslim. Agama ini datang sebagai Rahmatan lil Alamin, rahmat bagi seluruh Alam dan ini yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas, sehingga pikiran mereka terus terperdaya oleh isu-isu aksi terorisme dan radikalisme.

IMG-20180609-WA0042.jpg

Pada kesempatan ini, saya hanya ingin menulis bagaimana potret toleransi yang nyata bahkan di sebuath kota yang memiliki identitas “Syari’at Islam” sekalipun, yang penegakan hukum Islam di daerah ini selalu mendapat kecaman dari berbagai pihak luar yang katanya tidak sesuai dengan HAM, karena isu tersebut masyarakat luar pasti “ngeri” akan daerah ini.

Banda Aceh, merupakan ibukota dari Provinsi Aceh yang membuktikan bahwa di daerah paling Islam sekalipun di Indonesia ini, nyatanya mampu hidup dengan ajaran toleransi dalam islam. Gampong Keberagaman, merupakan salah satu Gampong yang ada di Peunayong, Banda Aceh yang warganya adalah Tionghoa, yang menganut agama mulai dari Muslim,Kristiani hingga Budha. Gampong ini, dihias atau didominasi dengan pernak Pernik khas Tionghoa, dan disini beberapa langkah pun kita juga dapat menemukan Vihara Dharma Bhakti/Klenteng tempat mereka beribadah.

IMG-20180609-WA0040.jpg

Pada hari biasanya, beberapa toko yang ada dalam kampong ini yang pemiliknya merupakan orang Tionghoa buka, dan seperti biasa yang menjadi pembeli tentu saja sangat di mayoritas kan oleh muslim, namun wujud toleransi yang luar biasa, ketika pada Bulan Ramadhan ini, mereka menutup tokonya yang menjual makanan saat waktu masih dalam puasa. Bahkan, mereka tinggal disini sudah menjadi turun-temurun, dan sangat mudah bergaul dengan muslim, bahkan walaupun minoritas mereka tak merasakan diskriminasi apapun, karena ketika dagangan mereka dijual, tetap banyak yang membelinya.

Ketika saya mengun jungi Gampong Keberagaman ini pada bulan Ramadhan, walau mereka tak sedang berjualan, namun mereka tetap saling mengobrol satu sama lain dengan pedagang muslim yang sedang berjualan disitu, bahkan juga tak heran, walau bukan muslim mereka turut juga menjual takjil, bahkan restaurant yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa disini juga ikut berpartisipasi dalam menerima orderan buka puasa bersama, seperti di salah satu Restaurant Gunung Salju.

IMG-20180609-WA0038.jpg

Namun, toleransi juga diberikan oleh umat muslim kepada mereka, buktinya saja pada setiap tahun mereka merayakan hari besar agamanya sepeerti Imlek, umat Islam tetap melakukan silaturahmi terhadap mereka bahkan juga ikut meramaikan ara-arakan barongsai. Bahkan, melalui cerita teman saya yang dulu pernah tinggal di Peunayong bahkan ketika Idul Fitri mereka juga turut menghargai seperti menerima parsel dari masyarakat Tionghoa, dan ketika mereka Imlek, dia juga menerima Angpau. Beginilah potret toleransi nyata yang ada di Aceh, dapat dibuktikan penegakan Syari’at Islam bukan suatu hal yang menyeramkan seperti yang digembar-gemborkan, namun ketika kita hidup berdampingan, saling menghargai maka kedamaian akan diperoleh, karena Islam merupakan agama yang melindungi non-Muslim, jika non-muslim tersebut tidak saling mengusik satu sama lain.

IMG-20180609-WA0039.jpg

“Barang siapa yang menyakiti Kafir Dzimmi, Maka aku (Rasulullah) akan menjadi lawannya di Hari Kiamat” (HR.Muslim)
Bukti Islam tidak menyakiti non-Muslim juga dapat kalian dapati dari sejarah yang diukir oleh umat islam terdahulu, semoga kita dapat hidup dengan saling damai dan tentram.. MasyaAllah..

Sort:  

Deen Assalam...

MasyaAllah..

Karna ada yg bermain dibelakang media makanya media menyudutkan islam

oleh karena itu jadikan media media terpercaya saja sbg rujukan 👍