#SERITOKOH "The Greatest Gift I Ever Had"

in #indonesia6 years ago

seritokoh edisi kali ini, agak berbeda dikarenakan saya akan menggambarkan sedikit dari tak terhingganya memory saya akan sosok "Bapak".

Bapak. Panggilan yang saya sematkan padanya. Beliau lahir 51 tahun silam yang merupakan orang tua saya, dan berprofesi sebagai Tentara Nasional Indonesia (Angkatan Darat). Sosoknya yang sangat menanamkan perihal disiplin kepada anak-anaknya tak diragukan lagi, bagaimanapun ingatan saya saat masih bersekolah dulu sangat kental ketika bapak dan ibu sangat marah jika kami terlambat ke sekolah. Pada masa kecil dulu, jam 4 sore kami harus sudah mandi dan rapi karena mengaji dan jika hari libur tentu saja ajang menunggu bapak pulang selalu menjadi agenda favorit kami. Setiap sore bapak akan mengajak kami jalan-jalan, dan jikalau hari/malam minggu kami akan bermain di tempat-tempat rekreasi di Banda Aceh pada beberapa tahun silam seperti Pante Pirak (salah satu mall yang ada di banda aceh), namun mall ini sekarang sudah tutup, dan laut juga menjadi tempat favorit kami pada saat itu.

Bapak, selalu bermusyawarah perihal yang terbaik untuk kami, hingga sekarang bertukar pendapat sangat dibebaskan dalam keluarga ini. Karena dari sd hingga kuliah pun, bapak selalu mengedepankan kemauan saya, sehingga jika saya bingung pun terhadap pilihan, kami akan selalu bermusyawarah dengan santai ketika jam malam selepas mengaji dan shalat isya. Atau ketika sekedar duduk santai melepas penat dari aktivitas di pagi hingga menjelang sore hari. Kegiatan kami pada malam hari tak hanya sekedar bertukar pendapat, namun Bapak sangat mengharuskan kami selepas mengaji maghrib harus belajar, dan tidak boleh menonton tv, terbayang dalam ingatan saya, menghidupkan tv butuh keberanian yang luar biasa pada saat itu, sehingga kami tidak terbiasa menonton tv dan harus belajar/mengulang pelajaran bersama bapak.

edit.jpg

Perhatian bapak terhadap ketiga anak perempuannya seperti unlimited. Jika dulu bapak selalu ada di sela-sela kesibukannya hadir sekedar menengok saya di sekolah, saat sedang belajar betapa senangnya saya ketika di luar pintu kelas bapak sering duduk di bawah pohon yang ada di SD pada saat itu, dan memberi tanda semangat dengan menggepalkan tangannya, jika bukan itu bapak akan datang menemui ketika jam istirahat walau hanya sekedar mengantarkan titipan (susu atau makanan). Perhatian lainnya, dapat saya rasakan sampai saat ini, ketika bapak sampai sekarang selalu bisa memperhatikan ketiga anak perempuannya dengan cara yang berbeda dan dengan porsi yang sama, hingga sekarang pun bapak tidak akan membiarkan anak-anaknya melakukan hal yang masih bisa ia lakukan.

Memiliki anak yang semuanya perempuan, mungkin menjadikan bapak tak pernah lelah senantiasa selalu memberikan nasihat-nasihat yang selalu terngiang dan tertanam di hati saya,kakak dan adik. Nilai-nilai serta norma-norma yang sangat kita anut membentuk karakter yang insyaAllah menjadi protect di masa sekarang. Jika dulu saya tak mengerti kenapa bapak dan ibu sering mengulang-ulang hal seperti ini, ketika ada tamu tak boleh ribut, jika bapak sedang mengobrol pantang untuk mendekatinya karena itu obrolan orang tua, jangan menganggunya karena tidak sopan, dan dengan lirikan saja sudah membuat kami mengerti.

Sering saya berfikir, bagaimana bapak bisa mengatur waktunya dengan baik, bukan hanya untuk keluarga, namun Bapak adalah pribadi yang sangat suka bergaul, pernah kami anak-anaknya yang perempuan semua heran karena Bapak tidak merokok ketika dirumah, namun merokok ketika di tempat yang Ia sebut sebagi “tempat bertukar pikiran” yaitu warung kopi. Katanya rokok bukan bentuk kecanduan bagi dirinya, namun lebih kepada menghargai teman yang sedang menjadi teman duduk nya saat di warung kopi, dan Bapak akan menyempatkan dirinya untuk sebentar “saweu warkop” selepas Shalat berjamaah Subuh atau Ashar. Bermasyarakat mungkin memang sudah menjadi hobi bagi Bapak, dari saat Ia muda, sudah sangat berkirah di Gampong Lampeuot Kec.Banda Raya Kota Banda Aceh yang sekarang menjadi tempat tinggal kami, karena hamper seluruh hidup Bapak dihabiskan disini. Menyelesaikan masalah yang dimulai dari perkelahian, keributan dalam rumah tangga, membina anak muda, mengajari dalail khairat, dan kegiatan dalam masyarakat lainnya pernah bapak lakoni, yang tak akan habis saya kupas dalam seri tokoh ini.

Bapak, sosok yang tak muda lagi, sosok yang penuh dengan puing-puing faedah kehidupan dari setiap jejaknya, sosok yang tak pernah mengeluh walaupun umur yang kian menua, sosok yang tak pernah kehabisan cara mengekspresikan kasih sayang kepada keluarganya tanpa mengharapkan balasan. Seri tokoh ini, bukan untuk membuat para pembaca harus sependapat dengan saya, namun beberapa hikmah dari sang tokoh, bisa menjadi inspirasi walau hanya sedikit untuk para pembaca.