CULTIVATE QUALIFIED POSTINGS OR INCREASE QUANTITY. (MEMBUDAYAKAN POSTINGAN TULISAN YANG BERKUALITAS ATAU MEMPERBANYAK KUANTITAS). #BILLINGUAL

in #indonesia6 years ago

CULTIVATE QUALIFIED POSTINGS OR INCREASE QUANTITY. (MEMBUDAYAKAN POSTINGAN TULISAN YANG BERKUALITAS ATAU MEMPERBANYAK KUANTITAS). #BILLINGUAL

Dear stemians around the world......!

ste.jpg

If we are faced with a choice between qualified or quantitative writing, we may prefer quality of course rather than quantity. It is certainly very natural for a writer to choose quality, because our present perception assumes that the quality of writing is more important than everything. It may be okay for someone to choose the quality because it is viewed from the extraordinary influence that can improve the quality of the writing itself. So ultimately many people choose quality, because it is superior and better than quantity.

Jika kita dihadapkan dengan pilihan antara tulisan yang berkualitas atau yang berkuantitas, mungkin kita lebih memilih kualitas tentunya dari pada kuantitas. Hal ini tentunya sangat wajar bagi seseorang penulis untuk memilih kualitas, karena persepsi kita sekarang ini menganggap bahwa kualitas sebuah tulisan itu lebih penting dari pada segalanya. Mungkin boleh-boleh saja seseorang itu memilih kualitas karena ditinjau dari pengaruhnya yang luar biasa yang dapat meningkatkan mutu dari tulisan itu sendiri. Jadi akhirnya banyak orang memilih kualitas, karena lebih unggul dan lebih baik dari pada kuantitas.

But behind the magnificent quality of writing there is a hidden thing that many people do not realize it is quantity. Quantic in Indonesian dictionary is often interpreted by the amount or quantity of something. If we look closely at these two things we will gain a very close relationship for both of them. Why is that? Because believe it or not, to get a quality, we must first through a street whose name quantity.

Akan tetapi dibalik megahnya sebuah tulisan yang berkualitas ada hal yang tersembunyi yang selama ini banyak orang yang tidak menyadarinya yaitu kuantitas. Kuantis dalam kamus bahasa indonesia sering di artikan dengan jumlah atau takaran dari sesuatu. Jiak kita perhatikan deengan seksama terhadap kedua hal ini kita akan memperdapatkan hubungan yang sangat erat bagi keduanya. Kenapa demikian? Karena percaya atau tidak untuk mendapatkan sebuah kualitas kita harus terlebih dahulu melalui jalan yang namanya kuantitas.

meningkatkan-penjualan copy.jpg

This is actually the most unusual thing happening in our lives. But this is often escaped, because we have been blinded by an obsession called quality. Maybe we can see an example in a child who wants to be able to run faster and become the champion. In his first life the child will start by learning how to crawl, and then they will learn how to stand. Once they get to their feet they will learn to walk through with a limp and then they will go smoothly. Afterwards, with many and often exercises finally the child able to run and become a reliable runner.

Ini sebenarnya adalah hal yang paling unum terjadi dalam kehidupan kita. Akan tetapi ini sering terluput, karena kita telah dibutakan dengan obsesi yang bernama kualitas. Mungkin kita bisa melihat contoh pada seorang anak yang ingin bisa berlari lebih cepat dan menjadi sang juara. Pada kehidupannya pertama- tama sang anak itu akan memulai dengan belajar bagaimana caranya merangkak, selanjutnya mereka akan belajar bagaimana caranya berdiri. Setelah mereka bisa berdiri mereka akan belajar berjalan walau dengan tertatih-tatih dan setelah itu barulah mereka berjalan dengan lancar. Setelahnya, dengan banyak dan seringnya latihan akhirnya sang anak mamapu untuk berlari dan menjadi pelari yang handal.


Source

As well as Thomas Alva Edison which is a famous character of inventor in the world among the scribes and writers. Before he found the lamp he had done a research that amounted to 999 times. Thereafter in the 1000 experiment he finally managed to create a glowing ball that is called lamp. Now let's think for a moment to reflect on what lessons we can take. Do we only see the 1000 experiments without regard to every effort and failure that he experienced?

Begitu juga dengan Thomas Alfa Edison yang merupakan seorang tokoh penemu dinia yang sangat mashur dikalangan para pencita sains dan penulis. Sebelum dia menemukan yang namanya bola lampu dia telah melakukan penelitian yang jumlahlah mencapai 999 kali. Setelahnya pada percobaan yang ke 1000 akhirnya dia berhasil menciptakan sebuah bola yang berpijar terang yaitu bola lampu. Sekarang mari kita berpikir sejenak untuk mereungkan pelajaran apa yang dapat kita ambil. Apakah kita hanya melihat percobaan yang ke 1000 tanpa menhiraukan setiap usaha dan kegagalan yang dia alami?


Source

Thomas certainly does not think of this as a failure but as a learning that gives it a different result because it performs different experiments as well. It tells us that to achieve a quality is inseparable from the quantity of quantities we work on. As well as the powerful writers we are currently seeing, all of them are inseparable from the ups and downs they have done so far whether it's the bitter sweetness of a business and its survival until finally they gain a success.

Tentusaja thomas tidak menganggap ini sebagai kegagalan akan tetapi sebagai sebuah pembelajaran yang memberikannya hasil yang berbeda karena melakukan percobaan yang berbeda-beda pula. Hal ini memberitahukan kepada kita bahwa untuk mencapai sebuah kualitas tidak terlepas dari banyaknya kuantutas yang kita kerjakan. Begitu juga dengan para penulis handal yang saat ini kita lihat, semua itu tidak terlepas dari usaha jatuh bangun yang mereka lakukan selama ini baik itu pahit manisnya sebuah usaha dan tetap bertahan yang sampai akhirnya mereka memperoleh sebuah kesuksesan.

So if we want to be a reliable writer with quality writing without going through the business process until it has to fall up and continue to rise to keep trying, then the success you earn is very unreasonable and unreasonable. Therefore do not expect more to produce a quality work without the effort and hard work that is accompanied by quantity in trying and keep trying.

Jadi jika kita ingin menjadi seorang penulis yang handal dengan tulisan yang berkualitas tanpa melalui proses usaha sampai harus jatuh bangun dan terus bangkit untuk terus mencoba, maka kesuksesan yang anda peroleh sangatlah tidak wajar dan tidak masuk akal. Karenanya jangan berharap lebih untuk menghasilkan sebuah karya yang berkualitas tanpa adanya usaha dan kerja keras yang disertai dengan kuantitas dalam berusaha dan terus mencoba.


Source

Therefore, we must realize that to achieve a peak called quality or success, can not be separated from the things that the name of quantity, the number of businesses and stay afloat and keep trying to rise despite having to fall up and rise again. So this quantity is as an initial capital or a process that will lead to results that lead to success called quality.

Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa untuk mencapai suatu puncak yang disebut kualitas ataupun kesuksesan, tidak bisa terlepas dari hal yang namanya kuantitas, banyaknya usaha dan tetap bertahan dan terus berusaha untuk bangkit walau harus jatuh bangun dan bangkit lagi. Jadi kuantitas ini adalah sebagai modal awal atau sebuah proses yang nantinya akan membuahkan hasil yang membawa pada kesuksesan yang disebut kualitas.

So between quality writing and quantity is a very closely related unity because it is a process that runs naturally. Of course in it there is effort and hard work and unyielding spirit to continue to rise.

Jadi antara tulisan yang berkualitas dan berkuantitas adalah suatu kesatuan yang sangat erat hubungannya karena ini merupakan suatu proses yang berjalan secara alami. Tentunya didalamnya terdapat usaha dan kerja keras dan semangat pantang menyerah untuk terus bangkit.

Bendera_Indonesia_(Merah_Putih)_by_Vibriel.jpg

Sort:  

curious:

did you write both the English and Indonesian text in this?

Yes, I wrote it by myself. But for English, I get some help from mr. Google translate. But most of my story based on my experience.

not bad. I've seen some pretty horrible translations from Google Translate, though this reads quite well. :-)

I don't blame you to said so, I confess my English is not good as you but I always my best.

one of my most influential mentors, Roger Hamilton - the creator of Wealth Dynamics, who is based in Bali - taught often about how if you want to succeed faster, to speed up your learning cycles. (or to *fail faster).

this, I believe, is the essence of that "quantity" piece, as you're trying to describe it. (though maybe in different words).

that perhaps, yes, it is great to always strive for the highest quality we're capable of. though, by keeping consistent to produce more quantity, we speed up our learning cycles - i.e. writing and posting three articles a day instead of one, we'll learn - and thus succeed - three times faster... :-)

Yup, it make a sense, I agreed. The more time you have to being practice, the fastest time you have to be success. I think that the point if I don't wrong.

nice brother @bangmax

thank you very much brother

That meurasa iteume pasoe lam rok heuh.

teuunang, bek gabuk di plung euntuek

Hahahahahaha.
Bereh.
Neuyue yak saweu lon sigoe2 hai.